Singkatnya, konsep kebahagiaan yang ditawarkan oleh filsafat stoa atau stoikisme adalah berdiri tegar di hadapan realitas atau fakta yang menyakitkan. Tidak ada jalan lain selain menghadapi, sebab berpikir untuk mengubah atau mengendalikan sesuatu yang terjadi di luar kendali adalah sesuatu yang mustahil, tidak realistis.
Tipikal manusia stoik adalah manusia yang kuat dan santai dalam menghadapi masalah. Ia menyadari bahwa hanya dirinya yang bisa ia kendalikan. Adapun fakta, realitas, termasuk penilaian orang lain adalah sesuatu yang tak dapat dikendalikan. Olehnya tak perlu stres, tak perlu pusing, cukup menjalaninya dengan tegar sembari melakukan hal-hal positif lain, serta merumuskan langkah antisipatif yang mungkin bisa dilakukan.
Itulah dua konsep yang juga saya sebut sebagai jalan kebahagiaan. Terserah pada kita mana yang mau dipilih, ala motivator kah, atau ala filsafat stoa, stoikisme?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H