Mengapa ramadhan harus disambut? sebab ramadhan adalah tamu. Dalam sebuah hadis, Nabi menyebut ramadhan mendatangi orang-orang beriman:
"Ramadhan telah mendatangi kalian. Bulan yang penuh berkah. Allah mewajibkan kalian untuk berpuasa. Pada bulan ini  pintu langit dibuka, pintu-pintu Jahim (neraka) ditutup, dan para setan dibelenggu. Pada bulan ini terdapat satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Siapa yang tidak memperoleh kebaikannya, maka terhalangi dari kebaikan." (HR. Ahmad)
Layaknya tamu pada umumnya, ramadhan mesti disambut dengan sebaik-baiknya. Biasanya orang-orang akan membersihkan rumah, mengubah kebiasaan, lebih rajin dalam beramal, dan lain sebagainya.Â
Hal tersebut sebagai wujud seseorang telah siap dalam menyambut bulan suci ramadhan. Berbeda halnya tanpa kesiapan, ramadhan dibiarkan datang begitu saja tanpa ada tanda bahwa seseorang telah menyambutnya, juga sebagai bukti bahwa ia tidak menyatakan kegembiraannya dalam menghadapi tamu agung itu.
2. Menjalankan ibadah puasa dengan sebaik-baiknya
Rasulullah saw bersabda:
"Barang siapa yang berpuasa Ramadhan karena iman dan mengharapkan pahala, akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." (HR. Bukhari)
Hadis di atas selain mengumumkan ganjaran yang akan diterima bagi seseorang yang berpuasa dengan sebaik-baiknya, juga secara tersirat (semiotik) memberi tanda bahwa ada orang-orang yang berpuasa tidak karena dilandasi iman dan mengharapkan pahala (imanan wahtisaban).
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, membenarkan tanda itu: "Berapa banyak orang yang berpuasa tidak mendapatkan bagian dari puasanya melainkan lapar dan dahaga, ...."
Orang-orang yang dimaksud itu adalah mereka yang menjalankan puasa sekadar rutinitas, tiba bulan ramadhan maka ia juga berpuasa. Tetapi tidak mengistimewakan bulan ramadhan dengan mengerjakan amalan-amalan di dalamnya, juga tidak mengubah kebiasaannya demi menyambut ramadhan.
3. Menegakkan ramadhan dengan salat tarawih