Mohon tunggu...
Saeful Ihsan
Saeful Ihsan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Sarjana Pendidikan Islam, Magister Pendidikan

Seseorang yang hobi membaca dan menulis resensi buku.

Selanjutnya

Tutup

Love

Layangan Putus dari Minoa-Kreta

21 Maret 2023   06:56 Diperbarui: 21 Maret 2023   07:29 439
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lain halnya dengan versi serialnya, filosofi judul Layangan Putus versi film agaknya ada pada bagian akhir (10 B): "... kita membutuhkan kekuatan yang jauh lebih besar untuk melepaskan sesuatu, ketimbang menggenggamnya erat-erat ...."

Layangan (yang) Putus versi film lebih bermakna 'sesuatu yang dilepaskan'. Dengan begitu kemudian yang melepaskan menjadi pribadi yang independen. Ketimbang versi--di pengakuan judul--novelnya yang bermakna 'pribadi yang goyah' tanpa pegangan.

Benar saja, versi film mengungkapkan bagimana Kinan, sebagai istri yang diselingkuhi, menempuh jalan yang rasional, membuktikan segala kecurigaan melalui penyelidikan dengan mengumpulkan bukti-bukti yang di masa kini begitu memungkinkan: pelacakan jejak digital, mencatat peristiwa, menghubungkan kejadian, termasuk strategi untuk mendapatkan bukti yang kuat. 

Ini sikap ilmiah seorang perempuan. Di balik dirinya yang selalu bergulungan dengan perasaan, rupanya perempuan adalah manusia yang pikirannya bagus. Bandingkan dengan kasus perselingkuhan yang kerap ditampilkan di tempat lain, perempuan selalu menjadi yang kalah, dengan perasaannya ia hancur. Harga dirinya di depan publik jadi robek--tak jarang diterawai dan dijadikan olok-olokan.

Lalu bagaimana dengan Islam yang di dalamnya poligami tak dilarang, malah sebagian menyebutnya sunnah--sebab Nabi menjalaninya, bukankah poligami adalah sebentuk kekalahan kaum perempuan di bawah kekuasaan kaum lelaki?

Ada beragam tafsir, salah satunya yang cukup menarik adalah apa yang dikemukakan oleh Agus Mustofa, penulis serial buku-buku tasawuf modern itu, dalam buku yang ditulisnya berjudul "Poligami Yuuuk!", bahwa poligami dalam Islam dikhususkan bagi Nabi, dan tidak untuk orang lain secara umum. Juga terhadap orang-orang dahulu yang benar-benar melindungi kaum wanita, sebab di masa itu kebudayaan di masyarakat tidak sepenuhnya memberi tempat bagi kaum perempuan untuk mandiri, disamping oleh keamanan yang belum betul-betul terjamin.

Bandingkan dengan kini, perempuan bisa berkarir dan dapat mengurusi hartanya sendiri. Kemerdekaannya lebih besar dibanding masa lalu. Lagipula pemraktek poligami dewasa ini lebih banyak menghadirkan luka bagi kaum perempuan dibanding rasa keadilan. Padahal menurut Agus Mustofa, pernikahan itu pada intinya agar tercapai sakinah, mawaddah, dan warahmah. Namun tujuan utama itu harus dikorbankan dengan adanya hasrat ingin lebih dari satu istri dengan cara merasionalisasinya dengan ayat-ayat.

Hal ini sejalan dengan tafsiran lainnya: dulunya budaya kaum lelaki Arab pra-Islam beristri banyak, ada yang sampai ratusan istri untuk seorang lelaki. Jumlah yang amat banyak itu kemudian dibatasi dengan jumlah istri Nabi yang 14 orang (versi Husen Haikal, versi Agus Mustofa 12, dan lainnya ada yang mengatakan 9), atau dalam Q.S. al-Nisa ayat 4 yang membatasi 4 saja, adalah pengurangan yang sangat besar.

Artinya, kalau peradaban Muhammad adalah peradaban termaju dibanding nabi-nabi sebelumnya, maka seharusnya semakin maju peradaban umat manusia, mestinya istri yang dimiliki seorang lelaki semakin sedikit; semakin satu saja.

Apalagi kehadiran Islam sejalan dengan spirit pembebasan dan pengangkatan harkat, martabat, dan harga diri manusia. Termasuk kaum perempuan, sudah saatnya setara dengan kaum lelaki berkaitan hak-haknya. Walau dari segi kodrat dan fitrah tetap saja berbeda.

Ini hanya salah satu sudut pandang. Bagi sudut pandang lain, silakan saja!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun