Maka dalam mitologi, sering dijumpai dua materi ini: matahari dan tumbuhan. Matahari diagungkan sebagai Dewa Ra. Namun perlu dicatat bahwa maksud awal dari penetapan ini lebih bermotif simbolik ketimbang dianggap sebagai sesembahan. Orang-orang kuno tahu bahwa matahari bukanlah Tuhan utama, karena ia juga tercipta. Hanya saja matahari adalah portal, tempat di mana energi bisa disalurkan. Sedang tumbuhan, selalu dijumpai pada banyak mitologi, berupa pohon-pohon aneh. Ini juga bisa jadi pertanyaan kita: mengapa dalam narasi kejatuhan Adam dan Hawa, mempersyaratkan suatu tumbuhan (pohon khuldi)?
Naskah kuno mengisahkan matahari memberi kehidupan melalui daun, sedang bulan melalui akar (terutama pada umbi-umbian). Ini kedengarannya baru: bulan bagi pertumbuhan umbi? Maka kearifan kuno seakan punya sains tersendiri. Contoh yang dikemukakan oleh Jonathan dalam bukunya ini adalah pengaruh planet venus bagi pergerakan garam di ginjal. Pergerakan venus mesti diketahui siklusnya dalam rangka pengobatan proses ginjal kita. Sebab letak benda-benda langit itu saja, sudah mirip dengan letak organ-organ dalam tubuh kita, demikian yang ditemukan dalam buku itu.
Dari mana pandangan-pandangan sains seperti ini berasal? Bukankah seharusnya orang-orang kuno itu fokusnya ke hal-hal mitos? Bukankah mereka kesulitan membedakan mana dunia nyata dan mana dunia gaib, dan semua menjadi tampak nyata?
Justru di sinilah hipnagogis itu hanya sekadar dugaan (karena seakan-akan demikianlah kenyataannya). Rupanya lebih dari itu, orang-orang kuno memandang yang gaib "lebih nyata" dari yang nyata. Agama dan sains sepakat bahwa yang nyata itu materi dan yang tidak nyata itu gaib. Tetapi versi ketiga ini lebih melihat gaib sesejatinya kenyataan.
Jonathan Black menggunakan Plato sebagai model ini, baik secara figur maupun pola pikir, bahwa meja yang ada di alam pikiran, itulah yang sejati ketimbang meja yang ada di depan anda. Meja yang bisa anda sentuh, tidak lain adalah realisasi dari meja yang ada di kepala pembuat meja.
Kelak cara pandang Plato inilah--yang kerap disimbolkan dengan "kehidupan di dalam goa"--menjadi titik pijak dimulainya narasi sejarah yang tersembunyi ini.
***
Bersambung ....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H