Mohon tunggu...
Saeful Ihsan
Saeful Ihsan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Sarjana Pendidikan Islam, Magister Pendidikan

Seseorang yang hobi membaca dan menulis resensi buku.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"Arthdal Chronicle": Drakor yang Berkisah Politik Tingkat Spesies

11 Januari 2023   09:00 Diperbarui: 11 Januari 2023   09:04 1792
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sedang keturunan langsung dari Asa Sin, dialah yang dianggap bisa mendapatkan petunjuk mutlak dari dewa, ia bisa bermimpi tentang masa depan, bisa meramalkan apa yang bakal terjadi. Keturunan langsung itu tak lain ada dalam suku Wahan, ia seorang perempuan bernama Tanya (diperankan oleh Kim Ji Won). Kelak kehadiran Tanya di kuil agung menggeser posisi Asa Ron menjadi pendeta tertinggi.

Tanya mengetahui kemungkinan dirinya bisa menyelamatkan seluruh anggota sukunya, Wahan, yang ditawan sebagai budak, dengan jalan menjadi pendeta tertinggi. Ia tahu hal yang dilakukannya, hanya perlu membuktikan kalau ia keturunan langsung dari Asa Sin, dan menggeser Asa Ron dan suku Asa secara keseluruhan yang hanya keturunan tak langsung.

Asa Ron tidak terima, beserta suku Asa ia melakukan makar atas nama agama. Berupaya membuktikan kalau Tagon, penguasa serikat di Arthdal adalah pembikin murka dewa. Upaya ini sesungguhnya sudah sejak lama, namun kurang tajam, sebab Asa Ron hanya ingin dirinya punya legitimasi kekuasaan, rakyat harus mendengarkan dirinya karena ia adalah perantara dewa.

Keempat, menampilkan politik yang penuh intrik serta jalan yang ditempuh dalam membangun sebuah negara. Kekuasaanlah yang dibutuhkan oleh manusia, supaya ia bisa didengarkan orang lain, dan mendapat pengikut yang banyak. Inilah yang coba dikesankan dari film itu.

Arthdal berdiri di atas serikat suku-suku bangsa Saram. Kecuali suku pinggiran yang apolitis dan bermental budak seperti Wahan, serta yang tak mau berkompromi seperti suku Ago. Konsep negara belum ada, seluruh manusia yang hidup dalam serikat mengafiliasikan diri berdasarkan sukunya. Seluruh rakyat disebut anggota serikat. Pemimpin mereka adalah pemimpin serikat, kurang lebih modelnya adalah presidium, dan punya satu pimpinan umum serikat, layaknya ketua presidium.

Sebagai pemimpin serikat, tentu punya ambisi dan halangan. Ambisi Tagon untuk menguasai dan mengendalikan seluruh suku dan wilayah selalu terhalang oleh sikap percobaan menjatuhkan dirinya. Utamanya dari suku Asa dan suku Hae. Di samping suku Ago yang enggan berbaiat dan konon kelak akan menjadi penentang utama pada season 2.

Tagon yang selalu diisukan melanggar aturan dewa, karena dengan sembarangan melakukan ritual keagamaan, yang itu hanya boleh dilakukan oleh suku Asa. Akhirnya ia harus menjadi bengis ketika dikhianati, identitasnya sebagai Igutu berusaha dibongkar. Puncaknya, ketika Tagon merasa terdesak dan mengubah gaya "politik tanpa perpecahan" dan mengutamakan simpati publik (ia dijuluki Aramun Haesulla, dewa persatuan Arthdal yang kembali dari kurun 200 tahun silam), menjadi politik diktator. 

Tagon akhirnya menjadi raja, serikat Arthdal diubah menjadi negara kerajaan. Seluruh suku lebur menjadi satu nama yang disahkan pendeta tinggi. Ketakutan harus diciptakan setiap kali ada upaya menyelisihi kehendak raja. Eksekusi secara kejam dan bengis dipertontonkan di depan umum, sebagai contoh jika ada yang mencoba melawan kerajaan. Bahkan seluruh dewa parsial--yang disimbolkan dengan patung--sesembahan rakyat dipenggal oleh Tagon. Tak boleh ada dewa yang berkuasa di atas Tagon Niruha.

Begitulah negara yang baru berdiri ini, kekuasaan mutlak ada pada raja. Sedang agama, sekadar menjadi pemberi saran, sekaligus menjadi stempel untuk setiap kehendak raja. Transformasi negara serikat menjadi negara kerajaan ini seakan mewakili fase sejarah bangsa komunal menjadi bangsa feodal, dalam analisa sejarah (materialisme historis) menurut Marx.

Kelima, secara umum, Arthdal Chronicle adalah politik tingkat spesies. Cerita awal film ini adalah upaya membangun kesepakatan antara bangsa Saram dengan Neanthal. Bisa dibilang ini adalah upaya gencatan senjata, dengan syarat Neanthal bersedia berbagi lahan pertanian dan tidak mengganggu Saram yang beraktivitas di wilayahnya. Sebab wilayah Saram sudah lebih padat penduduk, dan membutuhkan lebih banyak sumber daya alam. Kompensasinya, Neanthal juga akan menikmati buah dari peradaban yang akan dibangun oleh Saram.

Namun Neanthal menolak kesepakatan itu, mereka melihat Saram adalah makhluk yang tak dapat dipercaya, culas, licik, dan tamak. Bersepakat dengan Saram bagai menggali kuburan sendiri, kalau tidak, merelakan diri sendiri menjadi budak mereka. Dan benar saja, Saram benar-benar menumpas Neanthal. Cerita genosida ini seakan mirip dengan satu fase evolusi bagaimana Sapiens berhasil membikin punah spesies Neanderthal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun