Mohon tunggu...
Mr Sae
Mr Sae Mohon Tunggu... Administrasi - Peneliti

Pemerhati sosial dan kebijakan

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Menilik Surat Edaran WFH ASN

8 April 2020   08:03 Diperbarui: 8 April 2020   08:07 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selain berdampak pada pelambatan pertumbuhan ekonomi akibat terganggungnya seluruh sistem produksi, distribusi dan transaksi oleh penyebaran Covid-19 dampak lain yang muncul adalah terganggunya kinerja birokrasi terutama dalam pengguliran program dan kegiatan serta serapan anggaran.

Semua negara memproyeksikan penurunan pertumbuhan ekonominya akibat pandemi virus Corona. Bahkan, dalam skenario terburuk, pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa minus 0,4 persen. Kenapa hal ini bisa terjadi? kondisi sekarang ini akan berimbas pada menurunnya konsumsi rumah tangga yang diperkirakan 3,2 persen hingga 1,2 persen. 

Lebih dari itu, investasi pun akan merosot tajam. Sebelumnya, pemerintah cukup optimistis bahwa investasi akan tumbuh enam persen. Namun, dengan adanya COVID-19, diprediksi investasi akan merosot ke level satu persen atau terburuk bisa mencapai minus empat persen. 

Ekspor pun diperkirakan terkoreksi lebih dalam, mengingat sudah satu tahun belakangan ini pertumbuhannya negatif. Begitu juga dengan impor yang, menurut Ani, juga akan tetap negatif pertumbuhannya.

Demikian halnya dengan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) berpotensi melemah hingga Rp20.000 per dolar AS akibat wabah COVID-19. Untuk perkiraan moderatnya berada di kisaran Rp17.500 per dolar AS. 

Hal ini menjadi bagian dari salah satu skenario asumsi makro 2020 yang seluruhnya mengalami perubahan, seperti pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan 2,3 persen hingga minus 0,4 persen. Selain itu, inflasi 5,1 persen serta harga minyak mentah Indonesia yang anjlok menjadi USD 31 per barel.

Selain kerugian ekonomi yang tidak terhitung, aspek lain yang menjadi pertimbangan penting untuk memperkecil kerugian jangka panjang adalah meredam penyebaran Covid-19 yaitu melalui kebijakan Work from Home (WFH) yang telah menjadi rekomendasi dari WHO dan sudah berlaku di negara-negara lain.

Untuk menindaklanjuti rekomendasi tersebut, pemerintah telah mengeluarkan Surat Edaran (SE) dan memperpanjan hingga 21 April 2020 terkait bekerja di rumah terutama untuk Aparatur Sipil Negara (ASN). 

Kebijakan ini sebagai respon perpanjangan status keadaan tertentu darurat bencana wabah penyakit Covid-19 di Indonesia yang telah dikeluarkan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). 

Perpanjangan masa work from home (WFH) bagi ASN ini tertuang dalam Surat Edaran Menteri PANRB No. 34 Tahun 2020 tentang Perubahan Atas Surat Edaran Menteri PANRB No. 19 Tahun 2020 tentang Penyesuaian Sistem Kerja ASN Dalam Upaya Pencegahan Penyebaran Covid-19 di Lingkungan Instansi Pemerintah.

Tujuan utama dikeluarkanya Surat Edaran tersebut adalah: (1) mencegah dan meminimalisasi penyebaran, serta mengurangi risiko Covid-19 di lingkungan instansi pemerintah pada khususnya dan masyarakat luas pada umumnya, (2) memastikan pelaksanaan tugas dan fungsi masing-masing instansi pemerintah dapat berjalan efektif untuk mencapai kinerja masing-masing unit organisasi pada instansi pemerintah, dan (3) memastikan pelaksanaan pelayanan publik di instansi pemerintah dapat tetap berjalan efektif.

Nah, yang menjadi pertanyaan menarik adalah? bagaimana dampak penerapan SE tersebut terhadap kinerja ASN dan birokrasi? Sejauh ini belum ada laporan kinerja semenjak diterapkan WFH terutama terhadap 3 tujuan utama  tersebut. Berdasarkan data yang diperoleh bahwa ASN yang terdeteksi Covid-19 per 6 April 2020 bersumber dari Kedeputian SINKA BKN menyatakan 221 ASN dari 40 instansi (22 instansi pusat dan 18 instansi daerah). Dalam data tersebut disampaikan 3 instansi terbayak adalah: (1) Pemerintah Daerah Kabupaten Cilacap sebanyak 54 orang, (2) Kementerian Pertanian sebanyak 23 orang, dan (3) Pemerintah Daerah Kabupaten Solok Selatan Sumatera Barat sebanyak 16 orang. Lokasi pasien 27 orang (12%) di rumah sakit dan 194 orang (87%) dirumah, dengan katagori pasien 195 orang (88,23%) ODP, 12 orang (5,4%) PDP, dan terkonfirmasi Covid-19 sebanyak 14 orang (6,37%).

Data tersebut belum menjelaskan pada periode/fase bulan dan minggu ke berapa ASN terkonfimrasi Covid-19 serta dari mana sumber terserangnya. Apakah melalui pertemuan dalam rangka menjalnakan tugas birokrasi baik dalam dan luar negeri dan atau karena diluar tugas birokrasi (perjalanan wisata dan interaksi dengan positif Covid-19). Informasi tersebut sangat penting untuk mendiaknosa sumber atau asal usul ASN terkena Covid-19. Untuk sementara waktu saya menduga ASN tertular sebelum dan sesudah diberlakukan WFH, namun sulit untuk menentukan jumlah atau besaran sebelum dan sesudahnya. Ini menjadi catatan penting dan dapat dijadikan pijakan analisis lebih lanjut, misalnya melalui pendataan atau sensus seluruh ASN terutama pejabat struktural jika kaitkan penyebaran akibat kerumunan atau rapat resmi birokrasi.

Selanjutnya saya ingin mencermati terkait perilaku, efektivitas WFH. Beberapa keuntungan yang diperoleh dari WFH adalah: (1) menghemat biaya pengeluaran bagi pegawai dan birokrasi. Bagi ASN, kerja dari rumah mapu menjadi perilaku yang sangat efektif untuk efisiensi biaya/pengelauaran konsumsi dan mampu menekan biaya makan dan ongkos transportasi yang harus secara rutin makan diluar dan berangkat ke kantor, (2) fleksibel. Bekerja dari rumah secara umum mampu menciptakan ASN relatif lebih efektif menggunakan waktu kerja dan mampu menentukan sesuai keinginan ingin bekerja pada jam berapa saja. Hal tersebut disebabkan bahwa, setiap orang memiliki jam produktif yang berbeda satu sama yang lain. 

Jam bekerja tidak terpaku lagi pada sistem jam 07.30-16.30 atau 6-9 jam, demikian halnya dengan posisi duduk, pakaian serta jam makan dapat disusuaikan dengan kondisi, dan (3) mampu mendekatkan diri kepada keluarga dan lingkungan terdekat. Bekerja dari rumah tentu sangat menguntungkan seseorang yang telah berkeluarga dan atau memiliki anggota keluarga, komunitas dan asuhan. Kesempatan-kesempatan bersama keluarga akan diperoleh seiring dengan pekerjaan di rumah. 

Namun, tetap perlu tata tertib atau penjadwalan secara disiplin agar target pekerjaan tetap tercapai bahkan pekerjaan akan mampu melampui batas yang ditargetkan. Suasana nyaman, bahagia dan tidak adanya gangguan atau tekanan mampu memacu semangat dan kreativitas bekerja.

Selain sisi kelebihan, beberapa kekurangan dari WFH adalah: (1) Kedekatan dan interaksi terlalu sering dengan keluarga biasanya cenderung lebih menarik atau menguras waktu jika tidak disiplin dalam merencanakan dan menentukan target kerja. Hal sangat dimungkinkan, jika jumlah anggota keluarga banyak dengan berbagai kebutuhanya. 

Apalagi pada saat yang bersamaan WFH bersamaan dengan kebijakan belajar anak di rumah, sehingga anak juga harus mendapatkan pemantauan dan bimbingan dari keluarga, (2) Tidak ada keteraturan jam bekerja. Sistem kerja dirumah yang dinamis dan fleksibel, namun jika fleksibelitasnya tidak di manajemen dan tertib, maka unsur dinamisnya akan terganggu, bahkan batasan jam kerja tidak akan tercapai dan berdampak pada tidak tercapainya target kerja. Situasi ini akan semakin pelik, jika ASN yang model bekerjanya karena faktor pengawasan pimpinan langsung baru termotifasi. 

Perlu ada regulasi atau kesepakatan bersama dengan anggota kelurga, kapan saatnya terpaku pada pekerjaan kantor dan kapan saatnya melakukan kewajiban terhadap keluarga, dan (3) kurang termotifasi. 

Model bekerja dirumah, disisi lain mampu menciptakan kenyamanan, namun pada sisi yang lain bekerja sendirian tanpa team mampu menciptakan motivasi menurun dan kurang kompetitif. Lingkungan yang dinamis dan kompetitif menjadi sebagian besar ASN yang produktif mampu menjadi daya dukung dalam bekerja, apalagi jika budaya bekerjanya terbiasa dengan diksusi dan team.

Untuk itu, budaya bekerja dari rumah perlu dilakukan evaluasi yang mendalam dengan menggunakan suatu pendekatan dan analisis yang komprehensip, sehingga analisis tersebut akan memberikan informasi penting tentang efektivitasnya. 

Jika, pada hasilnya menunjukkan, bahwa bekerja dirumah mampu memberikan dampak positif dalam menunjang target-terget birokrasi dan mampu menciptakan efsiensi waktu dan anggaran negara, maka akan bisa menjadi model pilihan bekerja ASN dimana mendatang dan akan menjadi budaya baru.

Sesuai harapan SE, bahwa WFH tidak menganggu fungsi-fungsi pelayanan dan tercapainya target program dan kegiatan, Namun, hal tersebut sangatlah sulit direalisasikan dala situasi Covid-19 karena semua aktivitas tidak seleluasa pada situasi normal, dimana selama ini aktivitas birokrasi dapat dilakukan waktunya melampui waktu saat WFH. 

Selain itu, tidak semua pekerjaan mampu dan dapat diselesaikan di rumah, terutama yang bersifat teknis. Komunikasi melalui media online memiliki keterbatasan waktu dan peserta serta bersifat koordinatif. Sementara anggaran belanja negara dengan berbagai kompenen belanjanya dituntut pendekatan lapangan.

Untuk itu perlu langkah dan strategi menciptakan budaya bekerja dari rumah dengan baik dan benar agar tetap produktif untuk mencapai target-target birokrasi. 

Beberapa langkah yang dapat ditempuh adalah melalui: (1) setiap ASN harus memiliki ruangan kerja dan dukungan fasiltas kerja yang memadai sebagaimana yang dimiliki di kantor terutama perangkat komputer dan fasilitas jaringan internet, (2) merencanakan target, menetapkan rutinitas dan jam bekerja. Hal ini penting agar pekerjaan terorganisir dengan baik sebagaimana yang telah ditetapkan oleh pimpinan, (3) menciptakan situasi fisik sebagaimana bekerja dikantor. 

Hal ini dapat dilakukan dengan mengenakan pakaian rapi degan dukungan fasilitas ruangan yang nyaman dan kondusif. Memliki kecukupan untuk istirahat dan memiliki keteraturan dalam makan dan minum yang bergizi, (4) fokus pada pekerjaan dan menghindari perkerjaan diluar kantor. Hal ini dapat tercapai, jika ada manajemen yang baik dari pimpinan, misalnya adanya monitoring secara rutin yaitu awal pekan dan akhir pekan untuk melihat capaian kerja yang telah dilakukan, dan (5). melakukan koordinasi dan komunikasi dengan rekan kerja dan pimpinan secara rutin. Hal penting untuk fungsi saling mengontrol proses pekerjaan dan target yang telah ditetapkan bersama.

Tentu 5 hal tersebut tidak mudah untuk dilakukan, namun menjadi pilihan pada saat situasi bekerja diselimuti wabah Covid-19. Namun menurut pengamatan saya, bekerja di kantor menjadi pilihan terbaik untuk situasi Indonesia pada situasi normal karena  budaya kerja sebagian besar ASN masih dipengaruhi oleh pimpinan, fasilitas kantor dan team work. 

Bekerja dari rumah secara teknis bisa dilkaukan terhadap pekerjaan yang sifatnya admiistrasi, apalagi saat ini sarana online sudah sangat mendukung. 

Namun perkerjaan yang sifatnya teknis sangat sulit untuk direalusasikan karena keterbatasan ruang gerak dan dampaknya serapan anggaran tidak efektif dan maksimal. 

Semoga Covid-19 mampu memberikan hikmah besar terhadap seluruh ASN dan menjadi energi jagka panjang untuk berkerja lebih produktif pasca Covid-19 karena mendapat ruang waktu yang lebih luas dengan keluarga selama WFH serta terbagun soliditas dengan sesama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun