Mohon tunggu...
Mr Sae
Mr Sae Mohon Tunggu... Administrasi - Peneliti

Pemerhati sosial dan kebijakan

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Menilik Surat Edaran WFH ASN

8 April 2020   08:03 Diperbarui: 8 April 2020   08:07 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nah, yang menjadi pertanyaan menarik adalah? bagaimana dampak penerapan SE tersebut terhadap kinerja ASN dan birokrasi? Sejauh ini belum ada laporan kinerja semenjak diterapkan WFH terutama terhadap 3 tujuan utama  tersebut. Berdasarkan data yang diperoleh bahwa ASN yang terdeteksi Covid-19 per 6 April 2020 bersumber dari Kedeputian SINKA BKN menyatakan 221 ASN dari 40 instansi (22 instansi pusat dan 18 instansi daerah). Dalam data tersebut disampaikan 3 instansi terbayak adalah: (1) Pemerintah Daerah Kabupaten Cilacap sebanyak 54 orang, (2) Kementerian Pertanian sebanyak 23 orang, dan (3) Pemerintah Daerah Kabupaten Solok Selatan Sumatera Barat sebanyak 16 orang. Lokasi pasien 27 orang (12%) di rumah sakit dan 194 orang (87%) dirumah, dengan katagori pasien 195 orang (88,23%) ODP, 12 orang (5,4%) PDP, dan terkonfirmasi Covid-19 sebanyak 14 orang (6,37%).

Data tersebut belum menjelaskan pada periode/fase bulan dan minggu ke berapa ASN terkonfimrasi Covid-19 serta dari mana sumber terserangnya. Apakah melalui pertemuan dalam rangka menjalnakan tugas birokrasi baik dalam dan luar negeri dan atau karena diluar tugas birokrasi (perjalanan wisata dan interaksi dengan positif Covid-19). Informasi tersebut sangat penting untuk mendiaknosa sumber atau asal usul ASN terkena Covid-19. Untuk sementara waktu saya menduga ASN tertular sebelum dan sesudah diberlakukan WFH, namun sulit untuk menentukan jumlah atau besaran sebelum dan sesudahnya. Ini menjadi catatan penting dan dapat dijadikan pijakan analisis lebih lanjut, misalnya melalui pendataan atau sensus seluruh ASN terutama pejabat struktural jika kaitkan penyebaran akibat kerumunan atau rapat resmi birokrasi.

Selanjutnya saya ingin mencermati terkait perilaku, efektivitas WFH. Beberapa keuntungan yang diperoleh dari WFH adalah: (1) menghemat biaya pengeluaran bagi pegawai dan birokrasi. Bagi ASN, kerja dari rumah mapu menjadi perilaku yang sangat efektif untuk efisiensi biaya/pengelauaran konsumsi dan mampu menekan biaya makan dan ongkos transportasi yang harus secara rutin makan diluar dan berangkat ke kantor, (2) fleksibel. Bekerja dari rumah secara umum mampu menciptakan ASN relatif lebih efektif menggunakan waktu kerja dan mampu menentukan sesuai keinginan ingin bekerja pada jam berapa saja. Hal tersebut disebabkan bahwa, setiap orang memiliki jam produktif yang berbeda satu sama yang lain. 

Jam bekerja tidak terpaku lagi pada sistem jam 07.30-16.30 atau 6-9 jam, demikian halnya dengan posisi duduk, pakaian serta jam makan dapat disusuaikan dengan kondisi, dan (3) mampu mendekatkan diri kepada keluarga dan lingkungan terdekat. Bekerja dari rumah tentu sangat menguntungkan seseorang yang telah berkeluarga dan atau memiliki anggota keluarga, komunitas dan asuhan. Kesempatan-kesempatan bersama keluarga akan diperoleh seiring dengan pekerjaan di rumah. 

Namun, tetap perlu tata tertib atau penjadwalan secara disiplin agar target pekerjaan tetap tercapai bahkan pekerjaan akan mampu melampui batas yang ditargetkan. Suasana nyaman, bahagia dan tidak adanya gangguan atau tekanan mampu memacu semangat dan kreativitas bekerja.

Selain sisi kelebihan, beberapa kekurangan dari WFH adalah: (1) Kedekatan dan interaksi terlalu sering dengan keluarga biasanya cenderung lebih menarik atau menguras waktu jika tidak disiplin dalam merencanakan dan menentukan target kerja. Hal sangat dimungkinkan, jika jumlah anggota keluarga banyak dengan berbagai kebutuhanya. 

Apalagi pada saat yang bersamaan WFH bersamaan dengan kebijakan belajar anak di rumah, sehingga anak juga harus mendapatkan pemantauan dan bimbingan dari keluarga, (2) Tidak ada keteraturan jam bekerja. Sistem kerja dirumah yang dinamis dan fleksibel, namun jika fleksibelitasnya tidak di manajemen dan tertib, maka unsur dinamisnya akan terganggu, bahkan batasan jam kerja tidak akan tercapai dan berdampak pada tidak tercapainya target kerja. Situasi ini akan semakin pelik, jika ASN yang model bekerjanya karena faktor pengawasan pimpinan langsung baru termotifasi. 

Perlu ada regulasi atau kesepakatan bersama dengan anggota kelurga, kapan saatnya terpaku pada pekerjaan kantor dan kapan saatnya melakukan kewajiban terhadap keluarga, dan (3) kurang termotifasi. 

Model bekerja dirumah, disisi lain mampu menciptakan kenyamanan, namun pada sisi yang lain bekerja sendirian tanpa team mampu menciptakan motivasi menurun dan kurang kompetitif. Lingkungan yang dinamis dan kompetitif menjadi sebagian besar ASN yang produktif mampu menjadi daya dukung dalam bekerja, apalagi jika budaya bekerjanya terbiasa dengan diksusi dan team.

Untuk itu, budaya bekerja dari rumah perlu dilakukan evaluasi yang mendalam dengan menggunakan suatu pendekatan dan analisis yang komprehensip, sehingga analisis tersebut akan memberikan informasi penting tentang efektivitasnya. 

Jika, pada hasilnya menunjukkan, bahwa bekerja dirumah mampu memberikan dampak positif dalam menunjang target-terget birokrasi dan mampu menciptakan efsiensi waktu dan anggaran negara, maka akan bisa menjadi model pilihan bekerja ASN dimana mendatang dan akan menjadi budaya baru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun