Mohon tunggu...
Mr Sae
Mr Sae Mohon Tunggu... Administrasi - Peneliti

Pemerhati sosial dan kebijakan

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Realita 3 Komoditas Unggulan Perkebunan

19 Februari 2018   08:55 Diperbarui: 19 Februari 2018   11:43 685
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Persaingan pasar global tidak bisa dihidarkan dari nilai daya saing produk, sementara kualitas produk tidak hanya mencerminkan nilai/harga yang diperoleh dari suatu transaksi, namun kualitas sekaligus mencerminkan keseriusan suatu sistem produksi dalam memenuhi permintaan konsumen. Komoditas unggulan yang selama ini menjadi daya tarik pasar global adalah komoditas perkebunan terutama kelapa sawit, kopi dan kakao. 

Pertumbuhan permintaan pasar dunia tersebut tidak hanya dari sisi kualitas namun juga dari sisi kuantitas. Untuk pengelolaan dan pengembangan ketiga komoditas tersebut menjadi sangat penting dimasa mendatang terutama dari aspek produksi dan produktifitas yang dapat ditempuh dengan intensifikasi dan ekstensifikasi melalui itroduksi teknologi VUB dan pasca panen.

Perkembangan Luas Areal, Produksi dan Produktivitas

Berdasarkan Statistik Pertanian 2017, luas areal, produksi dan produktivitas perkebunan di Idonesia tahun 2012-2016 menunjukkan, bahwa luas areal komoditas kopi pada tahun 2012 seluas 1.235.289 juta hektar dan mengalami penurunan luas areal tahun 2016 sebesar 1.228.512 juta hektar diikuti oleh penurunan pertumbuhan sebesar -0,04 persen. 

Sementara untuk komoditas kelapa sawi mengalami pertumbuhan luas dari selama periode 2012-2016 sebesar 4,70 persen, dimana pada tahun 2012 luas areal sebesar 9.572.715 juta hektar, pada tahun 2016 mengalami penambahan luas arela sebesar 11.914.499 juta hektar. Sebaliknya komoditas kakao mengalamai penurunan luas areal dari 1.774.464 juta hektar pada tahun 2012 menjadi 1.701.351 juta hektar pada tahun 2016 atau mengalami pertumbuhan luas areal sebesar -1,05 persen. 

Dari sisi produksi, selama periode 2012-2016 ketiga komoditas tersebut mengalami penurunan kecuali komoditas kelapa sawit yaitu mengalami peningkatan pertumbuhan produksi sebesar 6,12 persen dengan rata-rata produksi selama 5 tahun sebesar 29.475.021 juta ton (TBS). Sementara produksi komoditas kopi dan kakao mengalami penurunan pertumbuhan produksi masing-masing sebesar -0,69 persen dan 18,54 persen. 

Dimana produksi kopi pada tahun 2012 sebesar 691.163 juta ton kemudian mengalami penurunan pada tahun 2016 sebesar 639.305 juta ton, sementara komoditas kakaojuaga mengalami penurunan sebesar 656.817 juta ton darai tahun sebelumnya 2012 sebesar 740.513 juta ton. 

Selanjutnya dari sisi produktivitas ketiga komoditas tersebut juga mengalami penurunan selama 5 tahun terakhir kecuali kelapa sawit, mengalami pertumbuhan walalaupun kurang signifikan sebesar 0,65 persen, sementara untuk komoditas kopi dan kakao mengalami penurunan pertumbuhan produktivitas masing-masing sebesar -1,31 persen dan -3,49 persen. 

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Permasalahan dan Langkah

Jika melihat dari kondisi luas arela, produksi dan produktivitas ketiga komoditas tersebut, komoditas kelapa sawit menempati urutan pertama sebagai komoditas unggulan dan penyumbang devisa terbesar dibandingkan 2 komoditas lainnya.  Tentu, dari sisi supply terhadap kebutuhan ekspor masih sangat memungkinkan terutama dari sisi jumlah. 

Sementara untuk kopi dan kakao sepanjang 5 tahun terakhir mengalami penurunan dari 3 aspek tersebut (luas, produksi dan produktivitas). Hal ini menjadi perhatian serius semua pihak baik pemerintah dan swasta dalam upaya mengembangkan ketiga komoditas tersebut. 

Jika trnd penurunan tersebut tidak diantisipasi secera cepat dan sistematis akan berdampak pada 3 hal, yaitu (1) nilai ekspor akan menurun dan akan memilki ketergantungan kebutuhan dengan negara lain (import), (2) lapangan pekerjaan di 2 komoditas tersebut akan menurun yang berujung pada tingkat pengangguran dan menurunya kontribusi devisa negara dan (3) akan sangat memungkinkan petani akan beralih pada komoditas lainnya atau tidak fokus dalam pengembanganya sebagai dampak dari menurunnya nilai ekspor dan harga yang diterima petani. 

Langkah yang dapat ditemuh pemerintah dan pihak swasta adalah bagaimana membangkitkan kembali aktiviats usahatani kedua komoditas tersebut dimana kedua komoditas tersebut dimasanya menjadi komoditas unggulan dan primadona dunia terutama kopi. 

Selain dilakukan peningkatan aspek luas areal, produksi dan produktivitas aspek penguatan kelembagaan komoditas tersebut harus menjadi pertanian serius terutama jika sudah dihadapkan pada aspek pasar dan harga. Aspek lain yang sangat penting adalah dari sisi pengelolaan pasca panen dan sistem budidaya yang berpengaruh terhadap kualitas dan daya saing produk pada pasar internasional. 

Perhatian pemerintah dan swasta harus bersinergi terhadap 3 aspek tersebut tanpa mengenyampingkan aspek yang lain yaitu peningkatan mutu, kualitas dan kuantitas ketiga komoditas tersebut. 

Semoga komoditas perkebunan ke depan semakin berjaya dan diminati pasar dunia dengan memiliki syarat kualitas produk tinggi (hight quality product).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun