Mohon tunggu...
Mr Sae
Mr Sae Mohon Tunggu... Administrasi - Peneliti

Pemerhati sosial dan kebijakan

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Swasembada Pangan dan Kesejahteraan Petani

6 September 2016   09:12 Diperbarui: 6 September 2016   09:23 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berikutnya, penurunan NTP Maret 2016 dipengaruhi oleh turunya NTP pada 4 subsektor, yaitu: sub sektor tanaman pangan sebesar  2,54 persen, sub sektor tanaman perkebunan rakyat sebesar 0,08 persen, sub sektor peternakan sebesar 0,55 persen, dan sub sektor perikanan sebesar 0,70 persen. 

Sementara subsektor yang mengalami kenaikkan NTP adalah subsektor hortikultura sebesar 0,58 persen. INDEKS HARGA YANG TERIMA PETANI (lt), pada Maret 2016 secara nasional mengalamai penurunan sebesar 0,22 persen di bandingkan Februari 2016, yaitu dari 125,08 menjadi 124,81. 

Penurunan ini disebabkan oleh penurunan 3 sub sektor yaitu (1) sub sektor tanaman pangan sebesar 1,71 persen, sub sektor peternakan sebesar 0,17 persen dan sub sektor perikanan sebesar 0,09 persen. Sementara sub sektor tanaman hortikultura dan sub sektor tanaman perkebunan rakyat naik masing masing sebasar 1,32 persen dan 0,61 persen. (BPS, April 2016: Perkembangan Nilai Tukar Petani dan Harga Gabah Produsen Gabah dan Beras).

Nilai Tukar Petani (NTP) Sub Sektor Tanaman Pangan (NTPP). Pada bulan Maret 2016 terjadi penurunan NTPP sebesar 2,54 persen. Hal ini disebabkan penurunan Indeks Harga yang Diterima Petani (It) sebesar 1,71 persen, sedangkan Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) naik sebesar 0,85 persen. Penurunan  It pada Maret 2016 disebabkan oleh penurunan indeks pada kelompok padi sebesar 1,93 persen, yaitu 125,75 menjadi 123,32 dan kelompok palawija (khususnya komoditi jagung)  mengalami kenaikan indeks sebesar 1,00 persen yaitu dari 135,84 persen menjadi 134,84.  Kenaikan yang terjadi pada Ib sebesar 0,85 persen disebabkan oleh indeks kelompok KRT mengalami kenaikan sebesar 1,06 persen dan indeks kelompok BPPBM naik sebesar 0,22 persen.

Dari penjelasan angka terseabut, secara nasional sebenarnya kinerja sektor pertanian mengalami peningkatan dari sisi produksi terutama sektor pangan, namun pada sat yang bersamaan kenaikan angka produski tersebut belum diikuti oleh kenaikan daya beli petani sekaligus penerimaan petani dari hasil usahanya khsusnya komoditas padi. 

Untuk itu kebijakan/regulasi pemerintah dalam hal tersebut harus juga mempertimbangkan harga output (harga yang diterima petani) di samping isentif untuk faktor faktor produksi harus tetap di perhatikan terutama dalam upaya stabilitas dan peningkatan produksi. 

Jadi semangat peningkatan produksi yang iikuti oleh perluasan areal tanam, peningkatan subsidi input produksi dan introduksi teknologi harus memberikan pengaruh pada harga yang diterima petani dan daya beli petani. Jika 2 hal tersebut dipenuhi, maka program dan kegiatan swasembada pangan berkorelasi terhadap kesejahteraan petani atau pengurangan angka kemiskinan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun