Harapan negara terhadap petani sangatlah besar. Betapa tidak, karena ditangan-tangan petani ratusan juta penduduk Indonesia sepanjang waktu hingga berakhirnya dunia kebutuhan akan pangan  tidak boleh berhenti. Oleh sebab itulah pemerintah tidak boleh memandang enteng dan sepihak keberadaan petani. Masa depan dan kesejahteraan mereka harus mendapatkan kepastian dari pemerintah melalui kebijakan dan regulasi, karena tanpa jaminan dari pemerintah sangat dimungkinkan masa depan pertanian khususnya ketersediaan pangan akan mampu terpenuhi secara maksimal.
Melihat secara umum perkembangan sektor pertanian Indonesia khususnya sektor pangan masih belum sesuai harapan, hal ini cukup menjadi alasan karena beberapa komoditas tertentu yang bersifat kebutuhan pokok masyarakat masih mengharapkan dari negara lain melalui mekanisme impor misalnya kedelai, jagung, gula dan daging. Tentu hal ini sangat ironis dan tidak wajar, karena Indonesia merupakan negara agraris dan luas wilayahnya pada saat yang bersamaan masih tergantung dengan negara lain.
Lalu yang menjadi pertanyaan adalah? Mengapa hal ini bisa terjadi? Apa permasalahan apa sebenarnya pada sektor pertanian Indonesia?Berbagai pendapat dan analisis menyatakan, bahwa pengelolaan pertanian di Indonesia di hadapkan pada permasalahan utama yaitu:
(1) kepemilikkan lahan pertanian petani yang relatif kecil rata rata 1/4 hektar per kk,Â
(2) kelembagaan dan pemberdayaan petani belum eksis atau solid baik secara administrasi dan pelaksanaan program,Â
(3) akses petani terhadap pasar relatif kecil, artinya petani tidak mampu mendapatkan keuntungan maksimal dari usahataninya karena panjangnya rantai penjualan/pemasaran,Â
(4) akses petani terhadap modal relatif sulit dan rendah terutama dalam upaya pemenuhan biaya biaya input produksi dan perbaikan infrastuktur pertanian seperti irigasi dan perbaikan jalan,Â
(5) penyuluhan/diseminasi terhadap teknologi teknologi terbaru pertanian belum maksimal. Hal tersebut disebabkan kapasitas penyuluh yang belum memadai dan relatif sedikitnya jumlah penyuluh,Â
(6) pengelolaan pertanian khususnya pengunaan alat alat pertanian/mekanisasi masih belum optimal, sebagain besar petani masih mengelola pertanian menggunakan cara cara manual,Â
(7) nilai tambah yang didapatkan petani belum signifikan di bandingkan dengan biaya yang sudah dikeluarkan untuk menghasilan produksi, sehingga petani tidak bisa keluar dari tekanan biaya hidup. Tidak sedikit petani yang melakukan usaha lain di luar pertanian, bahkan ada kecenderungan meninggalkan usaha pertanian dan menjual tanah/sawahnya untuk modal usaha lainnya,Â
(8) belum adanya koordinasi yang baik antara pemerintah pusat dan daerah dalam pengelolaan sektor pertanian, danÂ
(9) alokasi anggaran sektor pertanian belum mampu memenuhi kebutuhan krusial khususnya di sektor hulu (ketersediaan benih, pupuk, alat alat pertanian, irigasi, diseminasi dan seluruh instrumenya).
Sembilan permasalahan yang masih melilit sektor pertanian tersebut seharusnya menjadi titik tolak pemerintah daerah dan pusat untuk mencari solusi kongkrit agar permasalahan sektor pertanian tidak berlarut larut sepanjang masa. Jika Thailand saja mampu menjadikan sektor pertanian sebagai sektor unggulan dengan luas negara yang relatif kecil dibanding Indonesia mengapa kita tidak bisa?Bahkan Thailand menjadikan sektor pertanian sebagai sektor dengan penanganan secara modern dengan target mampu menembus pasar dunia dan sebagai handalan penyumbang devisa negara.Â
Indonesia sangat luas, berbagai potensi sumber daya genetik melimpah yang tidak dimiliki oleh negara negara lain, namun pertumbuhan sektor pertanian sepanjang tahun belum mampu membanggakan dan menjadi sektor yang sangat menarik bagi generasi muda. Kecenderungan anak muda tidak tertarik lagi dengan sektor pertanian juga mengambarkan bahwa sektor ini sebenarnya akan masih dipertanyakan masa depanya.
Pemerintah harus memiliki kemampuan maksimal dalam melihat permasalahan sektor pertanian tersebut dan harus mampu memecahkan masalah tersebut melalui pendekatan program dan kegiatan yang riil dan memeberikan hasil sesuai yang diharapkan petani dan masyarakat. Jangan samapai sektor pertanian jalan di tempat atau terpasung oleh pendekatan pendekatan manual/lama, karena dengan maksimalisasi penggunaan teknologi baik pada sektor hulu dan hilir sangat dimungkinkan nilai tambah petani akan meningkat. Regulasi terkait isentif input produksi, harga, pasca panen  dan akses pasar serta jaminan modal terhadap petani untuk saat ini masih sangat dibutuhkan dengan perencanaan dan pengelolaan yang benar dan tepat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H