Mohon tunggu...
Sadiyah
Sadiyah Mohon Tunggu... Guru - Guru

Moto : Selalu Bisa

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Meningkatkan Kemampuan Siswa dalam Menulis Teks Editorial Tingkat SMA

7 Desember 2022   10:50 Diperbarui: 7 Desember 2022   11:05 983
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada saat menulis teks editorial yang dibutuhkan peserta didik tidak hanya sekedar menulis tentang suatu isu tertentu saja,  tetapi peserta didik harus memperhatikan isi. Isi dalam teks editorial adalah berupa fakta dan opini. Hal tersebut dilakukan bertujuan untuk menciptakan teks editorial yang baik. Namun, hal tersebut bertolak belakang dengan kondisi yang dialami peserta didik di sekolah. Umumnya siswa kurang tertarik dalam pembelajaran menulis teks editorial. Mereka menganggap bahwa menulis teks editorial merupakan kegiatan yang rumit dan membosankan.

Adapun yang menjadi latar belakang permasalahan rendahnya kemampuan peserta didik dalam menulis teks editorial disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya adalah sebagai berikut.

Faktor guru

guru kurang kreatif dan inovatif dalam menggunakan model, metode, dan media pembelajaran yang mudah dan menyenangkan (sehingga pembelajaran menulis teks editorial cendrung monoton);

guru hanya menjelaskan materi pelajaran tanpa adanya praktik langsung yang dilakukan siswa dalam pembelajaran menulis teks editorial;

Faktor siswa

siswa acuh tak acuh dalam mengerjakan tugas,

selama pembelajaran berlangsung sebagian besar siswa banyak yang tidak fokus atau tidak serius mengikuti pelajaran, sehingga hasil menulis teks editorial banyak yang tidak tuntas atau tidak selesai,

siswa tidak memahami cara mengembangkan fakta dan opini dalam isi,

Praktik pembelajaran ini menurut saya penting dibagikan karena materi menulis teks editorial harus diajarkan dengan baik agar kemampuan peserta didik sesuai dengan standar yang ditetapkan, yaitu mampu menulis teks editorial sesuai kaidah penulisan teks editorial. Dengan menulis teks editorial peserta didik diharapkan mampu membedakan fakta dan opini dalam suatu teks. Pada hakikatnya, semua informasi mengandung fakta dan opini.

Peran dan tanggung jawab saya sebagai guru yaitu mengupayakan media atau strategi pembelajaran yang tepat untuk mengatasi masalah yang dihadapi peserta didik dalam pembelajaran menulis teks editorial. Oleh karena itu, saya menggunakan model pembelajaran Project Based Learning (PjBL), metode diskusi dan media video pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis teks editorial. Penulisan teks editorial ini dilakukan dengan cara mendata fakta dan opini berdasarkan gambar dan video yang disajikan oleh guru.

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, dapat disimpulkan bahwa penyebab rendahnya kemampuan siswa dalam menulis teks editorial yaitu:

  • Guru kurang tepat dalam menggunakan model, metode dan media pembelajaran.
  • Kurangnya motivasi siswa dalam menulis teks editorial

Dari penyebab permasalahan di atas, maka tantangan yang dihadapi seorang guru untuk mencapai tujuan yaitu:

  • Pemilihan model, metode dan media yang tepat sesuai materi pelajaran dan karakteristik siswa.
  • Guru harus bisa menumbuhkan motivasi belajar siswa khususnya menulis teks editorial melalui proses pembelajaran yang menarik dan menyenangkan.

Dilihat dari tantangan tersebut dapat disimpulkan bahwa tantangan yang dihadapi melibatkan guru dari sisi kompetensi yang harus dimiliki yaitu kompetensi pedagogik dan profesional sedangkan dari sisi siswa adalah motivasi belajar.

Langkah-langkah yang harus dilakukan oleh guru sesuai tantangan yang dihadapi antara lain:

  • Penerapan Model Pembelajaran Project Based Learning (PJBL)
  • Project Based Learning (PJBL) merupakan model pembelajaran yang berpusat pada siswa dan berangkat dari suatu latar belakang masalah untuk mengerjakan suatu proyek atau aktivitas nyata yang akan membuat siswa mengalami berbagai kendala-kendala kontekstual sehingga harus melakukan investigasi/inkuiri dan pemecahan masalah untuk dapat menyelesaikan proyeknya sehingga dapat mencapai kompetensi sikap, pengetahuan serta keterampilan sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Sintaks atau langkah-langkah pelaksanaan model pembelajaran PjBL (Project Based Learning) adalah sebagai berikut:

  • Penentuan pertanyaan mendasar
  • Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial, yaitu pertanyaan yang dapat memberi penugasan siswa dalam melakukan suatu aktivitas.
  • Mendesain perencanaan proyek
  • Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara guru dan siswa. Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan aktivitas yang dapat mendukung dalam menjawab pertanyaan esensial, dengan cara mengintegrasikan berbagai subjek yang mungkin, serta mengetahui alat dan bahan yang dapat diakses untuk membantu penyelesaian proyek.
  • Menyusun jadwal
  • Guru dan siswa secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain: (1) membuat jadwal (timeline) untuk menyelesaikan proyek, (2) membuat batas akhir (deadline) penyelesaian proyek, (3) membawa siswa agar merencanakan cara yang baru, (4) membimbing siswa ketika mereka membuat cara yang tidak berhubungan dengan proyek, dan (5) meminta siswa untuk membuat penjelasan (alasan) tentang pemilihan suatu cara.
  • Memonitor siswa dan kemajuan proyek
  • Guru bertanggungjawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas siswa selama menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan dengan cara menfasilitasi siswa pada setiap proses.
  • Menguji hasil
  • Penilaian dilakukan untuk membantu guru dalam mengukur ketercapaian standar, berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing-masing siswa, memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai siswa, membantu guru dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya.
  • Mengevaluasi pengalaman
  • Pada akhir proses pembelajaran, guru dan siswa melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan baik secara individu maupun kelompok. Pada tahap ini siswa diminta untuk mengungkapkan perasaan dan pengalamannya selama menyelesaikan proyek.

Kelebihan model pembelajaran Project Based Learning (PjBL) antara lain:

Meningkatkan motivasi belajar siswa, mendorong kemampuan mereka untuk melakukan pekerjaan penting, dan mereka perlu untuk dihargai.

Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.

Membuat siswa menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan problem-problem kompleks.

Meningkatkan daya kolaborasi.

Mendorong siswa untuk mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan komunikasi.

Meningkatkan keterampilan siswa dalam mengelola sumber.

Memberikan pengalaman kepada siswa pembelajaran dan praktik dalam mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.

Menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan siswa secara kompleks dan dirancang untuk berkembang sesuai dengan dunia nyata.

Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan, sehingga siswa maupun pendidik menikmati proses pembelajaran.

Penerapan metode diskusi

Diskusi merupakan suatu percakapan ilmiah oleh beberapa yang bergabung dalam satu kelompok untuk saling bertukar pendapat tentang suatu masalah atau bersama-sama mencari pemecahan untuk mendapatkan jawaban dan kebenaran atas suatu masalah. Metode diskusi adalah salah satu cara memecahkan suatu masalah melalui pengumpulan beberapa jawaban alternatif yang dapat mendekati kebenaran. Melalui diskusi dapat merangsang siswa untuk berpikir sistematis, kritis dan bersikap dalam menyumbangkan pikiran-pikirannya untuk memecahkan suatu permasalahan.

  • Penggunaan media video pembelajaran dan gambar
  • Video pembelajaran yaitu suatu media yang menyajikan audio dan visual yang berisi materi-materi pembelajaran yang berisi konsep, prinsip, prosedur, teori aplikasi pengetahuan untuk membantu pemahaman terhadap suatu materi pembelajaran yang diajarkan. Penggunaan media ajar berbasis TPACK untuk memudahkan guru mentransformasi ilmu pengetahuan dan juga membangkitkan motivasi belajar siswa. Guru menggunakan video pembelajaran yang menarik dan disajikan lewat proyektor (LCD).
  • Media pembelajaran berbasis cetak (print out) adalah berbagai media penyampai pesan pembelajaran dimana padanya terkandung teks (bacaan) dan ilustrasi-ilustrasi pendukungnya. Berbagai bentuk media pembelajaran jenis ini contohnya: buku teks pembelajaran, majalah, buku kerja, LKPD, guntingan koran; majalah, leaflet, brosur, dan sebagainya.

Dampak dari penerapan model pembelajaran Project Based Learning dipadukan dengan media video pembelajaran berbasis TPACK dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam belajar, membuat suasana pembelajaran menjadi menarik dan menyenangkan sehingga berpengaruh pada meningkatnya hasil belajar siswa.

Project Based Learning mewajibkan siswa untuk belajar dan menghasilkan sebuah karya. Oleh karena itu, model ini dapat meningkatkan motivasi siswa untuk belajar, meningkatkan kecakapan siswa dalam pemecahan masalah dan meningkatkan kerjasama siswa dalam kerja kelompok.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun