Mohon tunggu...
Sadira Talitha Hanania
Sadira Talitha Hanania Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Pembangunan Jaya

Tertarik dengan mental health

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Cinta Berujung Petaka

19 Desember 2023   22:50 Diperbarui: 19 Desember 2023   23:59 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kekerasan. Sumber Ilustrasi: Ema/ Suarajogja.id

"Aku mencintaimu." tidaklah sama dengan, "Kau milikku dan itu tak boleh berubah."- Reza Rusandi

Sudahkah kamu memahami perbedaan antara kalimat tersebut? Ketika pertama kali membaca kalimat tersebut pasti kamu berpikir bahwa kedua kalimat itu memiliki makna yang sama. Akan tetapi ketika kamu membaca dengan saksama, kedua kalimat tersebut terdapat perbedaan makna. Kalimat pertama terkesan seperti ungkapan yang terasa tulus, sedangkan kalimat kedua lebih terkesan memaksa. Padahal rasa cinta yang sebenarnya bukan tentang kepemilikan yang menghakimi pasangannya.

Saat ini, siapa yang tidak tahu mengenai kekerasan verbal maupun fisik yang dilakukan oleh Leon Dozan kepada kekasihnya yaitu Rinoa Aurora, video kekerasan yang dilakukan Leon Dozan sudah tersebar luas di aplikasi Tik Tok dan pemberitaan di tv beberapa waktu lalu. Video tersebut memperlihatkan bahwa Leon sedang melakukan kekerasan kepada Rinoa dengan cara memiting Rinoa secara paksa dan terlihat bahwa wajah Rinoa dalam keadaan basah karena sehabis menangis atas perlakuan pasangannya itu. Leon Dozan juga mengeluarkan kata-kata yang tidak pantas dari mulutnya, dia mengatakan bahwa dirinya sama sekali tidak takut dengan polisi jika Rinoa menggunakan video tersebut untuk melaporkannya.

Kekerasan ini disebabkan oleh obsesi akan perasaan kepemilikan kepada pasangannya. Menurut William Berry, LMHC., CAP, psikoterapis dan dosen dari Florida International University, pada dasarnya cinta yang sehat ditunjukkan oleh rasa saling menghormati dan tidak posesif. Obsesi dalam suatu hubungan adalah sikap atau kondisi saat seseorang tergila-gila kepada pasangannya secara berlebihan sehingga ketika pasangannya ingin mengambil tindakan yang bertentangan dengannya atau memilih untuk berpisah, dia akan marah dan melakukan kekerasan fisik ataupun kekerasan verbal. Hubungan yang berawal dari rasa cinta dan kebahagiaan dengan berjalannya waktu berubah menjadi obsesi dan berujung pada kekerasan. Bukan hanya Rinoa Aurora yang merasakan hal seperti ini dalam hubungan percintaan, tetapi banyak perempuan lainnya yang merasakan hal yang sama walaupun dengan penyebab yang berbeda.

Berdasarkan riset yang dilakukan World Health Organization (WHO) pada tahun 2018, menyebutkan bahwa kekerasan oleh pasangan sebagai bentuk pelecehan yang paling banyak dilaporkan. Sekitar 641 juta perempuan mengaku pernah mengalaminya. Di luar itu, 6% perempuan di seluruh dunia mengatakan telah diserang oleh orang lain yang bukan suami atau pasangan mereka. Jumlah korbannya bisa jauh lebih banyak jika tidak adanya ketakutan korban terhadap berbagai stigma negatif saat ingin melaporkan kejadian yang dialaminya. Menurut Sheri Jacobson (2011), penyebab seseorang melakukan kekerasan disebabkan karena ketidakmampuan menahan emosi bahkan kekerasan juga digunakan sebagai media untuk mengekspresikan emosinya seperti marah, frustrasi, atau sedih. 

Banyaknya kasus kekerasan dalam pasangan yang terjadi saat ini dapat disebabkan karena kurangnya kontrol emosi ketika merasa marah sehingga melampiaskannya kepada orang sekitar bahkan orang yang sebenarnya disayangi. Faktanya, masih banyak pasangan yang mengabaikan perilaku-perilaku kecil yang menuju pada kekerasan, seperti posesif yang berlebihan atau keinginan mengontrol dan mendominasi pasangannya. Akibat dari itu, pasangan dapat mengalami tekanan yang begitu besar dan mengganggu kesehatan mental hingga trauma.

Bagaimana mungkin rasa cinta yang seharusnya membuat orang yang dicintai merasa aman berubah menjadi menyeramkan? Kemudian ketika mengalami hal tersebut, apakah kamu harus diam saja? Tentu tidak! Sekarang korban kekerasan sudah dapat menyuarakan haknya. Jangan takut untuk mengungkapkan kebenaran karena kamu berhak untuk mendapatkan perlindungan. Seperti yang dilakukan oleh Rinoa Aurora kepada Leon Dozan yang berani untuk mengungkapkan kekerasan yang dialaminya kepada pihak berwenang. Artinya Rinoa Aurora sudah menggunakan haknya untuk keluar dari hubungan yang tidak sehat.

Jika kamu sedang mengalami kekerasan dalam hubungan percintaan seperti yang Rinoa Aurora alami, segera laporkan kepada pihak berwenang! Kamu berhak mendapatkan keadilan. Mungkin sulit untuk mengungkapkannya dan membayangkan apa yang akan orang lain pikirkan terhadap kamu. Tetapi setidaknya kamu bisa keluar dari hubungan yang tidak sehat dan mendapatkan pasangan yang lebih baik. Inilah waktu yang tepat untuk bebas dari hubungan yang menyiksa kamu.

Hal pertama yang harus dilakukan yaitu menyadari bahwa sebenarnya dirimu lebih berharga daripada pasanganmu. Dirimu tidak berhak dilakukan semena-mena oleh siapa pun termasuk pasanganmu, jadi sadarlah dan beri batasan kepada pasanganmu sebelum pasanganmu menguasi seluruh dirimu melebihi dirimu sendiri. "Give yourself permission to say 'no'. You can't be everything to everyone, and it's hard to give anything your best if you're constantly trying to do it all. Still, if you need to say "yes" to someone, you can say it and put limits or boundaries in place." Tulis Akilah Reynolds (2021) dalam artikel berjudul "33 Ways to Love Yourself More" yang dimuat di PsychCentral.

Menghargai diri sendiri akan lebih mudah dilakukan jika kita berpikiran bahwa pasangan hanya sebagai pelengkap kebahagiaan dalam hidup, bukan kebahagiaan utama. Yakinkan bahwa kebahagiaan utama datangnya dari dirimu sendiri. Selalu fokus dalam hal yang membuatmu bahagia. Ingat bahwa sebelum kamu memiliki hubungan dengan pasanganmu kamu lebih bahagia daripada setelah berhubungan dengannya. Jadi, daripada kamu menyiksa dirimu sendiri dengan hal seperti itu lebih baik kamu meninggalkannya dan fokus pada dirimu sendiri.

Kemudian, susun rencana keselamatan. Jika kamu sudah siap dalam mengambil keputusan untuk melepaskan pasanganmu, segera susun rencana dengan merahasiakannya dari siapa pun. Atau jika kamu membutuhkan orang lain dalam rencana tersebut pastikan bahwa orang itu tidak akan membuka rencana rahasia ini. Apabila pasanganmu melakukan kekerasan, tetap tenang dan coba untuk mencuri kesempatan dengan memotret atau merekam kejadian yang terjadi agar dapat dijadikan bukti untuk diberikan kepada pihak berwenang, seperti yang sudah Rinoa Aurora lakukan. 

"Suatu alat bukti yang dapat berupa rekaman audio maupun video tanpa seizin maupun sepengetahuan tergugat boleh dilakukan. Tidak penting apakah "alat bukti" semacam itu akan dinyatakan sah atau invalid nantinya, yang terpenting ialah "fakta hukum" yang tersimpan dibaliknya dapat terungkap." Tulis Hery Shietra (2022) dalam artikel berjudul "Rekaman Video / Audio secara Tersembunyi, apakah Valid dan Sah menjadi Alat Bukti di Persidangan?" yang dimuat di Hukum-hukum. Jadi, kamu tidak perlu takut untuk mengungkapkan kebenaran yang sebenarnya terjadi karena sudah ada hukum yang melindungi kamu.

Hal terakhir yang harus kamu lakukan yaitu jangan pernah memberikan kesempatan kedua. Setelah kamu sudah membuat keputusan yang bulat untuk bebas dari pasanganmu, jangan pernah memberi sinyal harapan. Dalam mengakhiri suatu hubungan kalau masih ada celah yang dibiarkan terbuka maka memungkinkan jika pasangan akan memanipulasi kamu dan mengontrol kamu kembali. Menurut Efnie Indrianie (2022), seorang psikologi anak, remaja dan keluarga mengatakan bahwa jika seseorang sekali berbuat kekerasan kemudian tidak melakukan proses terapi akan sulit untuk mengubah perilakunya. Ungkapkan dengan jelas bahwa kamu ingin benar-benar pisah darinya, sehingga mantan pasangan tidak memiliki alasan untuk kembali lagi ke hidupmu. Jika dibutuhkan, kamu bisa memblokir semua sosial medianya agar dia tidak berharap dan mengetahui segala aktivitasmu.

Melepaskan hubungan dengan pasangan yang sudah dijalin memang tidak mudah, terutama dengan kenangan bahagia bersama pasangan. Tetapi dibalik itu semua, kebahagiaan dirimulah yang harus diutamakan. Tidak memungkinkan jika kamu hanya terus berdiam diri ketika pasanganmu melakukan kekerasan, ingatlah bahwa dirimu lebih berharga. Jadi mulailah untuk membuat rencana keselamatan bagi dirimu! Jika kamu ingin bertahan dengan sikap pasanganmu yang menyiksa, baiklah. Akan tetapi, apakah kamu rela jika tubuhmu dan jati dirimu menjadi sasaran emosi pasanganmu?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun