Mohon tunggu...
Hr. Hairil
Hr. Hairil Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis itu kebutuhan, bukan hiburan.

Institut Tinta Manuru

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kota Suram dan Bulan Mati di Pangkuan Jurna

25 Mei 2021   20:21 Diperbarui: 25 Mei 2021   20:59 671
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"mangapa nestapa ini harus aku peluk, aku benci kelap kelip lampu kota mati ini oh Batang, kota ku yang sepi" matanya sudah menjangkau bulan yang sedari tadi menunggu

Jurna memandang bulan dengan tatapan tajam pertanda keseriusan, antara secangkir kopi spesial yang dia buat, diantara aroma hutan di bukit, lampu kota yang menyebalkan tidak mengurangi asa di hatinya. Jurna masih saja berpikir tentang nestapa bulan

"tidakkah kau tahu, beberapa tahun sudah aku menyapamu bulan, lalu apa yang aku dapat saaat ini?" seperti orang yang sedang menggila, dihipnotis dengan kekaguman suatu keindahan, jurna berbicara sandiri sambil memeluk kedua tangan di dadanya

Dia tidak lagi kagum pada bulan, sejak setahun lalu. Di sekolah, masa-masa indah menurutnya, dia angat menikmati. Hingga suatu ketika seseorang yang dia kagumi, sukai ternyata lebih menyukai orang lain

Masalah itu membawa jurna sangat benci pada malam dan aroma bukit yang dingin. Malam-malam sebelumnya di tempat yang sama, dirinya memuji suasana indah kota Batang, bangga dengan aroma bukit yang menggairahkan rasanya

Dia suka dengan senja yang pulang di balik bukit, menurut jurna. Senja hanya kembali ke hutan belantara menunggu bulan. Imajinasi dan sejumlah tanya membersihkan kecemburuan dalam hatinya, dan malam-malam indah sebelumnya ternyata hampa

Tidak memberikan seutuhnya yang dijanjikan, di tempat yang sama dengan sekeras mungkin jurna berteriak histeris membuat beberapa orang di komplek menghampirnya. Jurna dengan satu juta alasan bahwa dirinya hanya sengaja

Di benaknya, jurna berbisik seraya menaruh emosi pada sang bulan "benar apa yang disampaikan malam pada kopi membuat aku dirundung benci, aku benar-benar benci malam ini"

Kembali jurna menulis dua kata di lembaran buku kecilnya. Menulis dengan kebencian yang sangat. Dia membenci beberapa hal yang membuat dia lupa kalau mimpi tidak akan bisa dicapai dengan terlalu percaya pada imajinasi

"Bulan dan Nito" dua kata dihalaman pembuka yang ditulisnya di buku kecilnya

Nito, seseorang remaja yang dia kenal di sekolah dan ternyata kekagumannya adalah kesalahan jurna sendiri. Nito memilih dekat dengan teman kelas jurna membuatnya sangat-sngat benci pada beberapa hal yang indah yang dia anggap keajaiban nyata

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun