nana makin sinis sama si diana "kok kamu sewot"
"Itu jualan asal-asalan, ga ada jaminan gizinya" sambung diana makin nyindir
"Kamu yang asal-asalan, ga sopan, ga punya adab" balasan cik Erti dengan emosi
"Dasar kurang pergaulan sosial, ga tau gunakan sosmed" ardi tak kalah, makin menekan si diana
"tuh liat link taljil online, smua pd rame belanja, lu doang yang tukan nyinyir" makin panas lagi komentar ibu yatin sambil menberikan bebebrapa laman facebook milik teman-teman dia yang juga jualan takjil on line
"Dasar kurang ilmu, otaknya sempit gitu tuh ga bisa bergaul di media sosial" sambung nana
Diana tidak mau kalah, perdebatan makin memanas, semua orang ga jadi jajan karena ladenin komentar diana. Saya masih setia memantau dan membaca semua komentar mereka. Berusaha menahan diri dan tidak ikut nimbrung, meski dalam hati benar juga kalo gaptek, tidak bisa menggunakan sosmed sesuai fungsi dan kegunaanya
"hah, takjil abal-abal, ga enak, mening beli punya tetangga" diana masih berusaha memancing cik erti dan kawan-kawannya
Bedug dan serine menandakan waktu buka puasa, saya harus bikin minuman dingin dan juga kopi. Keributan tak terhindarkan, ancaman dan lainnya berseliweran di kolom komentar antara membela dan menyerang. Semakin ramai, saling undang, saling tag teman mereka dan akhirnya nana menutup komentarnya
"mening lu ribut di lapak jualan cabe, biar mulut lu di cabeiin" tutup nana
"ah jualan asalan, dasar emak-emak" diana belum menyerah