Ngopi..!! Kata yang tepat untuk suasana pagi yang sangat asik ini. Rabu kemarin, ditempat yang sama "Bengawan Solo Caffee" saya habiskan waktu kurang lebih 3-4 jam.Â
Gegara ngobrol asik dan nikmatnya segelas Black Coffee membuat waktu tidak bisa dibendung untuk berhenti sebentar.
Pagi hari ini, saya kembali lagi ke Bengawan Solo Caffee bersama seorang senior. Tepat pukul 10.00 waktu jakarta, taksi online yang kami berdua tumpangi sudah masuk ke lobi utama Vertu Haris Hotel.Â
Vertu Tempat dimana berlangsungnya kegiatan rakontek atau Evaluasi DAK Terpadu dan Penyusunan RKA DAK Fisik, bidang Kesehatan Tahun Anggaran 2018 yang dilaksanakan oleh Sekjen Kemenkes RI.Â
Beberapa waktu lalu, bertemu juga saya dan senior-senior ditempat yang sama. Ya, itung-itung sementara belum ada kerjaan yang tetap maka saya pun mendapat profesi kerja jalanan alias jalan-jalan.Â
Dengan profesi kerja jalanan. Saya merangkap banyak jabatan strategis, pendengar setia, penikmat, peneliti (meneliti tingkah aneh) orang-orang dengan metode observasi dan juga sebagai guru (Jalan-jalan), bagian ini hanya profesi biasa yang tidak masuk pada kategori resmi secara legalitas.
Setelah memesan segelas kopi, didekat mereka saya memilih meja paling sudut. Ya, karena bersama seorang senior. Kami berdua sedikit berbisik tentang tingkah pelanggan yang lain yang sebenarnya sama tujuannya dengan kami, nongkrong di bengawan solo caffee.
Pengunjung dlm bahasa demonstratif tentang kerja mereka, pasangan, kopi, hiburan dan banyak hal. Tetapi pada intinya, Dibengawan solo caffee ini yang diincar adalah kopi. Walaupun kopi yang tersedia disini terbatas sesuai dengan harganya.
Saya sendiri sebagai pecinta kopi, tidak bisa berbuat banyak, biasanya dalam setiap tongkrongan selalu saja kopi Gayo atau kopi bajawa dan sejenis kopi Nusantara lah yang saya incar. Sangat suka sih sama kopi nusantara.Â
Didaerah saya, ketersediaan kopi di tempat asal saya pun sangat terbatas. Baik lahan maupun produksinya. Hal ini jelas tidak membatasi saya dalam menikmati kopi, sebab di kota jakarta yang besar ini. Seluruh jenis kopi nusantara tersedia di banyak tempat nongkrong.Â
Saya tidak punya keahlian atau semacam hobi melebih-lebihkan Nongkrong dan menikmati kopi di bengawan solo. Tetapi kalau dibilang kita harus realistis ya tentunya. Semua orang mestinya ralistis dan memgakui bahwa bengawan solo punya view yang berbeda dengan caffee lainnya.Â
Segelas kopi hitam yang nikmat sudah ludes, kegiatan belum juga dibuka (dimulai) untuk season ke II, lama menunggu berjalannya kegiatan. Saya memesan segelas Cokelat Angat sambil menunggu.Â
Tidak perlu saya jelaskan soal kopi, jenis apa, dimana, pemilihan kopi dan sebagainya kepada pembaca. Sebab saya yakin, pembaca sudah lah pasti sangat mahir dalam hal ini, karena kopi bukan lagi rahasia.Â
Pikiran saya sangat sederhana soal nongrong dibengawan solo. Kalau bisa dibilang, pelayanannya masih sangat bagus. Hanya saja, di room bebas merokok terlihat sudah seperti ruang terbakat sebab asap rokok memenuhi room tersebut.Â
Bagai pecinta kopi, pastinaya melihat karakter kopi secara keseluruhan. Hal ini benar, sangat nyata. Begitu aroma harum dan gurih yang sudah keluar saat tutup gelas dibuka. Sayangnya, saat ini yang ada didepan saya adalah segelas cokelat.Â
Tidak terlalu berharap lebih rasanya akan seenak aromanya kopi atau cokelat pagi hari ini dibengawan solo caffee. Intinya adalah ngobrol, belajar dan menikmati setiap aroma kopi, khas kopi asli yang diseduh.Â
Soal sejarah kopi, saya tidak terlalu banyak tau sebagai pencinta kopi. Tetapi kalau para sufi menjadikan kopi adalah sebagai wine buat Mereka saat mereka bermeditasi dan sebagainya maka makna yang tepat untuk sejarah kopi adalah turut menjadi pecinta kopi.Â
Rasa kopi sangat nyata melebihi ekspektasi yang ada. Itulah mengapa saya paling cinta kopi dan suasana ngobrol bersama di caffee atau kedai kopi.Â
Minum kopi dan ngobrol itu bukan hal biasa, artinya ada takarannya. Suhu air untuk kopi ada takarannya, pendapat kita saat ngobrol ada takarannya dan banyak lagi hal yang semuanya memiliki takarannya masing-masing.Â
Pernahkah kalian dengar orang mau ngopi saja, biji kopinya ditimbang, suhu air pun diperhitungkan. Hal ini sebenarnya bukan apa-apa, semata untuk konsistensi rasa dan kesesuaian selera saja terhadap kopi yang dia ceruput.Â
Kopi di bengawan solo caffe meskipun dibilang agak mahal, tidak mengurangi minat pengunjung. Buktinya pagi ini. Tempat ini masih dipenuhi oleh pengunjung. Ngobrol dan ngopi memberikan ruang yang cukup untuk kita nikmati suasana dengan beragam cara.
Awal menemukan kegairahan ngopi tanpa gula. Kalian pernah minum kopi tanpa gula? Pasti ya, pasti sudah pernah melakukan hal nikmat itu. Orang pernah meminum kopi tanpa gula, ekspresinya berbeda. Lihat atau buktikan saja sendiri ya.Â
Ngopi dengan kopi khas memberikan keunggulan atau keunikan masing-masing, itu pasti. Kita tidak pernah membatin kalau lagi minum kopi tanpa gula. Jelasnya dari kopi arabika sampai robusta, ada cara khas untuk menikmati dan suasana yang berbeda.Â
Kita juga tidak perlu menghakimi rasa kopi, apalagi pagi ini di bengawan solo caffee menawarkan suasana selow dengan lagu paling melownya.Â
Saya ingin belajar banyak tentang kopi, ngobrol, nikmati setiap aroma kopi dan banyak hal dalam segelas kopi dibengawan solo caffe. Sebab saya tau bahwa Indonesia adalah salah satu penghasil robusta terutama di dunia.
Waupun tidak semua daerah indonesia memiliki perkebunan kopi, tetapi banyak petani kopi menggantungkan kehidupan dari sana. Hal itu adalah perkara kehidupan. Kalau penikmat atau pecinta kopi serius dan menyadari dibalik aroma kopi khas nusantara. Maka kita pernah merasakan bagaimana derajat hidup petani kopi.
Itu hanya hal lain dari kopi dan sisi kehidupan sosial petani, kita mungkin pandai dalam menikmati, memilih memilah kopi. Tetapi kita tidak sangat bijak dan arif dalam melihat lebih jauh kehidupan para petani kopi.Â
Artinya, saya tidak mengajak untuk memikirkan hal itu, tetapi setidaknya dalam setiap tegukan kopi, ada rasa kita terhadap kerja keras petani kopi yang memberikan kita kualitas kopi khas.Â
Mungkin diantara kita menebak-nebak soal kopi nikmat dan khas, di caffee, ditangan para penyeduh handal, biji kopi kaya rasa yang dicampur dengan biji miskin rasa, hasilnya sering terjadi hal luar biasa dan sangat menakjubkan.Â
Well. Semua kopi selalu nikmat, senikmat irama dan kehidupan petani kopi didesa, didaerah dan pengunungan. Saya logikakan nikmat kopi seperti pertemuan antara rindu dan hati. Bagaimana rasanya jika kedua itu bertemu? Nanti kalian menjawab sendiri.Â
Kopi buat saya adalah semangat, pagi ini segelas kopi hitam dan segelas cokelat memberikan semangat besar. Padahal semalam begadang lagi seperti biasa. Karena kopi, nikmatnya tidak pernah bohong. Nikmatnya sangat nyata.Â
Ada kurang lebih 60-70 jenis biji kopi yang saya tau. Makanya kalau untuk menjelaskan kopi, isi kepala saya hanya merujuk pada nikmat. Sehingga akal saya tidak bisa menjelaskan secara detail seperti apa nikmat kopi dan ngobrol dibengawan solo caffee pagi ini.Â
Untuk hari ketiga saya ngopi dan ngobrol dibengawan solo bersama seorang senior dan melihat tingkah pengunjung. Segalanya tidak ada yang aneh, yang ada hanyalah nikmat, cinta dan pandangan tajam dari beberapa orang pemgunjung karena saya menggunakan kemeja batik.Â
Saya belum bisa menghitung seberapa banyak saya minum kopi dalam sehari, tetapi dalam ukuran untuk mengandai, semua kopi adalah kesempatan untuk berbagi dari nikmatnya. Jadi tidak perlu berapa banyak atau berapa gelas kopi yang kita minum.Â
Yang perlu dan terpenting saat ini adalah bicara tentang kopi tanpa menikmati kopi atau ngobrol asik, nikmat kopi dan makna bercerita menjadi kabur dan tidak jelas dalam persentase perjalanan dan tongkrongan untuk berbagi.Â
Jika ingin bahagia, mari minum kopi, mari berbagi cerita dan mari menyelami nikmat kopi.
Mari minum kopi biar terus bahagia!Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H