Dari kesemuannya itu, dapat kita jadikan sebagai pegangan, panduan atau contoh untuk beradaptasi dengan kehidupan kota. setidaknya hal seperti itulah yang aku lakukan selama hidup kurang lebih tiga tahun di jakrta dan bogor.Â
Bogor, berbeda dengan jakarta. Meskipun aktivitasnya masih hampir sama, tetapi lingkungan alam yang membedakan antara kehidupan jakarta dan bogor, begitupun kota lain yang secara geografis berdekatan dengan jakarta.Â
Hal lain yang lebih penting adalah perkara pergaulan. Pergaulan di kota jakarta tidak membedakan kalangan muda atau tua. Di kota jakarta, pergaulan berlaku sama pada semua usia.Â
Perkara pergaulan menurut saya, disesuaikan dengan kehidupan kebiasan kita sebelumnya. Setidaknya (manajemen) keuangan harus dapat dipahmi meski hanya sedikit. Tujuannya adalah kelola uang pribadi untuk menghadapi kehidupan jakarta.Â
Efek pergaulan bebas akan bersentuh atau mengarahkan kita pada kemungkinan pergaulan dengan orang yang salah, hiburan, narkoba, sex dan sejenisnya adalah hal paling dasar dari pergaulan bebas.Â
Prinsipnya, nikmati hidup di jakarta dengan kekuatan kesabaran dan tetap mawas diri pada semua jenis kemungkinan yang menyeret kita kepada kesalahan bergaul bersandar pada kesehatan kita serta kesadaran dan kekuatan mental diri sendiri.Â
Terakhir dari Komplikasi eforia di kota jakarta, intinya tulisan ini hanya sebagai materi pengingat untuk mengingatkan kembali pada kita semua bahwa sedikit pintar menjaga diri akan membuat kita mudah dalam menghadapi segalanya.Â
Sehingga buat kita yang terbiasa dan sudah bisa hidup di kota keras (menurut kata orang) ini, maka kehidupan di kota lain dan tidak keras kehidupannya dapat kita hadapi..**
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H