Mohon tunggu...
Hr. Hairil
Hr. Hairil Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis itu kebutuhan, bukan hiburan.

Institut Tinta Manuru

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

11 November (Refleksi Sejarah)

13 November 2017   04:16 Diperbarui: 13 November 2017   04:29 1361
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Diantara kita selalu berhadapan dengan suatu peristiwa, baik peristiwa yang menjadi sejarah besar maupun peristiwa yang sedang terjadi sekarang ini. 

Dari peristiwa-peristiwa itulah kita mengenalnya sebagai sejarah perjalan sesuatu menuju babak baru perubahan di era modern. 

Purubahan era moderan, meskipun membawa kekuatan dahsyat menyeret manusia pada batas-batas hidup yang bersentuh dengan teknologi. Kita tidak bisa mengabaikan sejarah yang telah terjadi.

Pentingnya sejarah bagi kita dan seluruh lapisan generasi untuk dapat meningkatkan nilai-nilai sejarah menjadi batu loncatan perbaikan semua aspek kehidupan. 

Beberapa puluh tahun silam, dari berbagai aspek hidup yang telah dilewati. Perubahan itu menyertakan para pelaku sejarah sebagai tokoh penting dalam melakukan banyak hal. 

Tanggal 11 November kemarin, saya mengajak kita feedback kembali beberapa peristiwa sejarah dengan tokoh-tokohnya sebagai pelaku. 

Pelaku sejarah, mereka memiliki pengaruh besar terhadap perubahan. Untuk itu, peristiwa yang harus kita lihat kembali pada tanggal 11 November ini menjadi catatan perjalanan generasi baru. 

Membaca dan mengkaji sejarah merupakan hal penting diera sekarang ini. Sehingga kita dengan sendirinya akan disadarkan bahwa sejarah itu bukan hanya abadi tetapi lain dari pada hal itu merupakan cermin perubahan sesungguhnya. Peristiwa tanggal 11 November, kita konstruksi kembali sebagai bahan pembelajaran. 

Oke, hal utama dalam melihat sejarah Indonesia. Kita pasti berpikir dalam sebuah pergolakan perjuangan selalu saja identik dengan kekerasan. 

Padahal, hemat saya perjuangan itu tidak hanya sebatas sesuatu yang keras dan ada muatan anarkis saja, seperti perang perebutan wilayah, kebebasan direbut, menuju kemerdekaan dan sebagainya. 

Indonesia sendiri dalam catatan sejarah melalui beberapa peristiwa penting meskipun dipandang ada nilai kekerasan. Dibalik peristiwa itu, ada nilai upaya-upaya logis yang tanpa kekerasan sedikitpun telah membuahkan hasil sebagai sebuah sejarah besar, berikut peristiwa penting dalam sejarah Indonesia,

Linggartjati, sebagai generasi yang pernah melewati tahap bangku sekolah, pendidikan formal dan non formal. Lembaran sejarah tidak luput dari awas kita menilik walau pun hanya sebentar. 

Perjuangan dengan upaya melakukan perundingan, perjuangan indonesia selain merebut kemerdekaan dari jejahan belanda dan jepang, upaya yang sangat lembut pun tidak lupa dilakukan oleh tokoh pendahulu. 

Perjanjian, dengan belanda. Indonesia membuat perjanjian damai yang disebut Linggarjati. Perjanjian ini mulai pada 11 November sampai pada 15 November 1946.

Sebelumnya perundingan damai atau perjanjian Lingarjati telah dilakukan, dimediasi oleh diplomat Inggris, Sir Archibald Clark Kerr di Hoogwe Valuwe pada 14-15 April 1946. 

Langkah untuk memperoleh pengakuan kedaulatan dari belanda pun sebagai upaya menyudahi konflik telah mendapat kegagalan besar. 

Pengakuan kedaulatan dari Belanda hanya meliputi jawa dan madura. Sedangkan indonesia dalam perundingan tersebut telah meminta belanda untuk mengakui kedaulatan selain jawa, madura, juga sumatera adalah satu wilayah yang harus dapat pengakuan kedaulatan dari belanda. 

Kegagalan perundingan awal ini, lahirlah kembali perundingan kedua di Linggarjati, jawa tengah yang kita kenal sebagai perjanjian/perundingan Linggarjati. 

Tanggal 11 November 2017 ini, kita refleksi kembali sejarah besar yang satu ini. Yang pada pelaksanaannya tepat pada 11-15 November 1946 satu tahun paska proklamasi kemerdekaan RI. 

Adapun delegasi-delegasi dari belanda dan RI pada pelaksanaan Perundingan Linggarjati, sebagai perwakilan masing-masing negara. Belanda di ketuai Prof Schermerson dan RI di ketuai Sutan Syahrir. Masing-masing memiliki tiga anggota. 

Jalannya perundingan damai tersebut dihadiri oleh banyak saksi, Soekarno adalah salah satu saksi dari RI yang turut serta dalam perundingan damai yang berlangsung. 

Hasil perundingan baru saja di sampaikan/umumkan pada 15 November 1946. Penyampaian hasil perundingan ini pun sudah disepakati oleh belanda dan Indonesia.

Artinya, secara resmi belanda mengakui sscara de facto, Sumatera, Jawa dan Madura adalah wilayah kekuasaan RI. paling lambat, belanda harus meninggalkan ketiga daerah tersebut pada 1 januari 1949.

Dari perundingan inilah diselenggarakan kerja sama mendirikan RIS (republik Indonesia Serikat) sebelum belanda mengangkat kaki dari ke tiga wilayah de facto hasil perundingan damai (Linggarjati) dan Ratu Belanda menjadi ketua dalam Uni Indonesia-belanda.

17 pasal dan 1 pasal penutup sebagai isi dari perundingan Linggarjati, setidaknya ada pro dan kontra mengenai perjanjian Linggarjati tetapi akhirnya membuahkan hasil

Negara asing, dengan perundingan Linggarjati ini, mereka mengakui kedaulatan RI. inilah dampak positif perundingan. Ada juga dampak negatif lainnya yang sangat signifikan pengaruhi RI, yakni terjadinya gejolak dan koflik yang luar biasa besar. Pernah juga Tan Malaka dan Masyumi maupun PNI menentang perundingan Linggarjati.

Perundingan/perjanjian baru disahkan oleh KNIP pada 25 Maret 1947 paska pergolakan dan serta gejolak yang terjadi di tubuh RI. Itu pun oleh desakan Hatta terhadap Soekarno sebagai RI satu. 

Selain itu ada agresi belanda I karena internal Uni Indonesi-belanda mulai goyah. 21 Juli 1947 satu hari setelah belanda tidak mengakui lagi terikat dengan perundingan Linggarjati, tanah jawa dan Sumatera kembali mendapat serangan militer belanda/agresi militer belanda I. 

Itulah mengapa tanggal 11 November adalah penting untuk mengenang sedikit sejarah dari pendahulu pelopor kemerdekaan, tanggal 11 juga di tetapkan sebagai tanggal perjanjian/perundingan damai Linggarjati. 

Selain tanggal 11 November merupakan hari bersejarah di indonesia. Ada beberapa peristiwa penting lainnya di negara asing. 

Pada tanggal yang sama 11 November Tahun 1918 adalah hari peletakan senjata antara para Sekutu dan Kekaisaran Jerman mengakhiri Perang Dunia I. Dan Polandia merdeka untuk kedua kalinya, begitupun tanggal 11 November Tahun 1975, Angola dinyatakan merdeka dari Portugal.

Beberapa tokoh senjarah RI pun lahir pada tanggal 11 November, diantaranya adalah Pangeran di Ponegoro tahun 1724, Prof. Pantur Silaban PhD., fisikawan Indonesia lahir pada 11 November 1937 dan masih banyak lagi tokoh sejarah baik di Indonesia dan negeri asing yang lahir pada tanggal 11 November. 

Di palestina, tanggal 11 November 2004, Pemimpin Palestina Yaser Arafat meninggal dan ditetapkan sebagai hari wafatnya. Polandia dengan kemerdekaan (hari kemerdekaannya)  ditetapkan pada tanggal 11 November 1918.

Kiranya itulah pentingnya tanggal 11 yang harus kita ingat kembali bahwa upaya-upaya yang dilakukan tokoh sejarah untuk menghindari kekerasan atau pun perang pertumpahan darah adalah dengan perundingan damai. 

Untuk pentingnya tanggal-tanggal yang lain, kita tunggu up date berikutnya dan semoga yang sedikit dapat memberikan manfaat. 

"Pembaca adalah spirit bagi penulis" salam berbagi*

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun