Mohon tunggu...
Hr. Hairil
Hr. Hairil Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis itu kebutuhan, bukan hiburan.

Institut Tinta Manuru

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tiga Pemimpin yang Ditentang Rakyatnya

26 Oktober 2017   16:29 Diperbarui: 26 Oktober 2017   16:40 1467
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi pribadi

Saduran Nurani Soyomukti dan Muhammad Iqbal mengantar kita pada pergolakan politik global di Jazirah Arab pada abad 21. Buku Cetakan I (Pertama) terbitan Medium pada 2011 ini, mengarahkan kita pada penasaran mendalam ingin mengetahui lebih jauh tentang kepentingan Global di Jajirah Arab dibawah tiga pimpinannya. Ben Ali, Mubarak dan Khadafi. 

Pemerhati dan para praktisi jaman sekarang terlihat dengan kesibukannya sebagaimana Geliat warna pergolakan di Afrika Utara dan Timur Tengah. Mereka menganalisis, mengkaji dan menemukan bermacam faktor penyebab serta imbas dari pada pergolakan yang terjadi. 

Kepentingan ekonomi dan politik menjadi sorotan tajam semua negara besar, sampai pada batas kemungkinan sebenarnya. Rakyat menjadi seperti kehilangan akal, kekuasaan ketiga pemimpin besar ini dibilang dapat mengantar negara nya pada kehidupan lebih baik, disamping lamanya masa kepemimpinan, keresahaan masyarakat lahir sebagai penentang. 

Aksi masif rakyatnya menentang pemimpinnya sendiri, alih-alih memimpin sebuah negara besar dangan gaya kepemimpinan klasik. Pandangan masyarakat tertuju pada kediktatoran dan otoriternya memanfaatkan Kepemimpinan sebagai tujuan kesejahteraan secara pribadi. 

Di Tunisia, revolusi melati harumnya mewabah sampai seantero dunia. Menjatuhkan Ben Ali adalah salah satu cara mengakhiri rezim otoriter. Begitulah pamdangan rakyat Tunisia.  Mesir dengan problem yang sama, imbas dari runtuhnya rezim Ben Ali di Tunisia membawa kabar itu sampai pada telinga rakyat Mesir. Hosni Mubarak pun dilengserkan oleh rakyatnya sendiri. 

Pergerakan rakyat dalam aksi jalanan tidak bisa terhindarkan. Pada abad 21, perkembangan teknologi mempercepat segala bentuk informasi yang ada dibelahan dunia. Paska Runtuhnya Pemimpin Diktator Tunisia dan Mesir, gerakan makin bergejolak. 

Saluran gerakan melalui banyak media dari perkembangan teknologi menggiring tuntutan demokrasi menjadi semakin mewabah. Moammar Khadafy di Libya yang paling di kenal sangat getol melawan Amerika pun, rakyanya melakukan perlawanan dan tuntutan demokrasi menuntut hal yang sama seperti di lakukan Tunisia dan Mesir. Keinginan rakyatnya, Khadafy dituntut turun dari jabatannya sebagai seorang pemimpin yang otoriter. 

Pergolakan politik yang memanas di Jazirah Arab abad 21 memicu gerakan masif dari rakyatnya. Media tidak lebih sebagai jembatan menyalurkan informasi kepada seluruh dunia tentang tuntutan demokrasi yang terjadi di tiga negara dengan ketiga Pemimpin yang dapat dibilang sebagi pemimpin dengan kekuasaan absolut. 

Buku ini, telah ditulis untuk sebagai informasi pada publik tentang peristiwa terbaru yang menyita perhatian banyak negara.  Peristiwa dirangkum dalam bentuk karya kolaborasi dan sangat mudah dipahami oleh pembaca. 

Melihat dinamika pergolakan politik yang disadur oleh penulisnya, menjadikan buku ini sebagai catatan menarik untuk menyelam lebih dalam tentang sejarah dengan pergolakan dan revolusi besar. 

Buku 191 halaman ini dapat kita simak beberapa peristiwa penting lainnya selain pergolakan di bawah Tiga negara yang menjadi sorotan utama pengkajian penulis. 

Pergolakan juga terjadi dengan intensitas yang sama pada negara lain. Yordania, Bahrain, Yaman, Kuwait, Aljazair dan Maroko. Intensitas pergolakan tuntutan demokrasi ini terjadi tidak terlepas dari jejaring komunkasi yang mereka ikuti.  Seperti itulah dampak perkembangan teknolgi (Komunikasi) membawa arus perubahan yang kadang intensitasnya tidak dapat dibendung dengan cara apapun, apalagi menyogok.

Itulah sedikit sebagai pengantar untuk kita lebih jauh membuka dan mengkaji bagian-bagian dari buku ini. 

Pada bagian pertama, halaman 15 sampai halaman 74 membahas dan mengkaji tentang gerakan yang terjadi. Dengan tema "Dari Tunisia Menuju Revolusi Arab"

Bagian ini menceritakan pada pembaca tentang Revolusi terjadi dengan penyebaran melalui banyak cara seperti daya gerak itu sendiri. Revolusi meluaskan sayapnya pada tempat mana saja yang bisa dijangkau disertakan dengan efek domino sehingga terjadilah pergolakan dari rakyat terhadap pemimpin mereka dibanyak negara terutama benerapa Negara Arab dan Afrika Uatara. 

Yang paling menarik untuk dijadikan sebagai referensi pada bagian ini adalah 24 tahun kekuasaan Ben Ali di Tunisia berhasil digulingkan oleh rakyatnya dipicu dari masalah kecil. 

Hal ini tidak disangka, pemicu revolusi terjadi adalah salah seorang pedang sayur melakukan protes pada polisi Tunisia kerena menyita gerobak jualannya.  Kita lihat hal ini hanya sepele saja. Mengapa revolusi Tunisia berakhir pada penggulingan Ben Ali yang dianggap diktator oleh rakyatnya? 

Hanya perkara protes tukang sayur pada polisi, di negara kita sendiri, Indonesia, mahasiswa melakukan demonstrasi berujung pada baku pukul dan konflik tetapi keadaan masih tetap bisa di kendalikan. 

Kembali lagi pada protes tukang sayur di Tunisia ini, yang membuat perkara protes berujung revolusi terjadi di negara Tunisia adalah cara pedagang itu melakukan protes. Dengan membakar dirinya sendiri, memicu pergolakan dan gerakan berubah dari satu tempat dikota negara itu dan berujung pada Runtuhnya Rezim Ben Ali. 

14 hari setelah pedagang sayur membakar diri pada 17 desember. Tanggal 27 desember Ben Ali dinyatakan Turun dari Jabatan sebagai pemimpin di Tunisia. Melihat rentang waktu protes dengan bakar diri dan turunnya Ben Ali dari Jabatan sebagai Pemimpin. Waktu terbilang singkat. Artinya pergerakan revolusi adalah kekauatan besar dengan muatan ideologis yang sangat kuat pengaruhnya. 

Biasanya suatu gerakan dikaitkan dengan sebuah Ideologi tertentu sebagai pemicu. Kapitalis misalkan, merupakan tantangan keras kelompok akademis intelektual saat itu di Tunisia dan beberapa negara Arab. Sehingga jika pun kapitalis bercokol dalam kepemimpinan otoriter maka jelaslah memicu banyak perkara. 

Sudah dari dahulu, ideologi ini biasanya. Apalagi negara Islam akan mengaitkan ideologi islam dengan ideologi barat. Begitu saling kait mengait sebuah ideologi.

Pada bahasan seterusnya, revolusi dikaitkan dengan desain dari tangan Amerika. Dalam perkembangan politik timur tengah dan Afrika utara, percaturan politik masih didominasi dengan perhatian serius Amerika dan negara barat lainnya. 

Maksudnya, arus perubahan revolusi ini berpotensi merebut kesempatan dalam percaturan politik. Perhatian Amerika ini, terbaca sebagai campur tangan dalam melakukan desain ikut mendorong revolusi jika rezim yang berkuasa tidak lagi peka terhadap kepentingan politik dan ekonomi Amerika. 

Hal yang sama dilakukan pada Saddam Husein di Irak, banyak pengamat telah mengaitkan revolusi Tunisia dan beberapa negara dengan campur tangan yang lebih dari Amerika. 

Pada Bagian Dua, buku ini menceritakan tentang revolusi terjadi di mesir, masih di dunia arab dan Afrika Utara. Sebab pergolakan politik di negara ini menjadi perhatian dunia. Arus deras revolusi membawa banyak dampak, utamanya adalah politik dan ekonomi. Tidak terlepas dari kekayaan dan hal lain dalam konteks sejarah. Negara dengan peradaban besar dan macam warna ideologi politik ini akan tetap berhadapan dengan konflik dari masa ke masa. 

Bagian dua dari halaman 75 dengan tema "Revolusi Mesir: Gerakan Media Baru" sampai halaman 140, menceritakan mengapa di mesir, rakyat melakukan perlawanan terhadap rezim hampir dalam waktu bersamaan. Bagian ini, berawal dari Tunisia revolusi itu terus bergerak meluas sebagai efek domino sampai pada beberapa negara dengan dinamika revolusi yang sama, Mesir, Libya dan Yaman. 

Perubahan arus demokrasi menyentuh negara ini paska kudeta Saddam Husen, gelombang demokratisasi modern berjalan menuju tatanan kehidupan baru. Revolusi terjadi bersandar pada banyak faktor Pendorang, diantaranya kesenjangan sosial dan keterpurukan ekonomi. Efek kepemimpinan yang diktatorlah memicu gerakan perlawan rakyat. 

Telnologi komunikasi baru serta gelombang demokrasi adalah bagian lain dari faktor pendorong pergolakan terjadi, sampai pada titik Hosni Mubarak di digulingkan oleh rakyatnya sendiri. Beberapa revolusi terjadi secara integritas semacam saling dikomunkasikan, diorganisir oleh media baru menyentuh masyarakat. Gelombang revolusi ini masih pada satu terminologi yang sama. 

Selain itu, sejarah politik mesir adalah faktor lain memicu gejolak gerakan ini terjadi. Sejarah peradaban dan politik masyarak yang dikenal akrab sebagai masyarakat hulu dan hilir sungai Nil. Sebelum Mobarrak memimpin Mesir, beberapa pemimpinnya dikenal sangat keras dalam melawan penjajahan asing. Mereka adalah pemimpin mesir pertama mencetak sejarah politik bagi mesir paska deklarasi sebagai negara merdeka pada 18 juni 1953.

Muhammad Naguib adalah pemimpin Mesir pertama, Gamal Abdel Nasser menggantikanya pada tahun 1954 sampai melewati beberapa peristiwa penting dalam sejarah politik dan ekonomi Mesir. Begitu Gamal Abdel Nasser mebawa mesir melewati beberapa tahap pergolakan dengan negara besar lainnya sampai di gantikan kekuasannya oleh Muhammad Anwar As-Sadat atau dikenal dengan Anwar Sadat. 

Sebagai presiden Mesir, Anwar Sadat memukul keras israel dan menjadikan wilayah kekuasaan Mesir menjadi luas. Namun pada 1981 presiden Mesir Ini terbunuh oleh kelompok radikal dalam parade militer ulang tahun ke 8 Perang Yom Kippur. Sejak itulah Hosni Sayyid Mubarak menggantikannya sebagai presiden ke 4 Mesir. Otoriter dan kekuasaan tunggal di praktiknya, menumpuk kekayaan untuk pribadi dan keluarga membuat dirinya dilengserkan oleh rakyatnya sendiri dengan tuntutan mundur dari jabatan sebagai Presiden mesir. 

Pemicu mundurnya Mubarak adalah diktator dan korup dan banyak faktor lainnya sehingga arus pergolakan aksi jalanan oleh massa rakyat mesir tidak dapat dihindarkan olehnya. Terakhir pada Bagian Tiga buku ini. Mengkaji gerakan rakyat Libya yang seru dan dramatis dalam sejarah politik dan demokrasi. 

Bagian ini dengan tema " Khadafy Melawan Gerakan Rakyat" membawa kita lebih jauh tentang pemimpin yang represif sehingga rakyatnya melakukan perlawanan. Dipicu dari dari Pesannya melalui media kepada sekolompak kaum opisisi, bahwa jika ada yang melawannya dan meniru negara lain. Artinya pesan Khadafy dinilai sebagai ancaman oleh kaum opisisi. 

Libya di bawah pimpinan Khadafi, dengan perkembangan teknologi dan revolusi pada negara tetangga mewabah menjadi satu kekuatan besar. Gerakan dan pergolakan masyarakat terhadap Khadafy yang dengan sistem politik kolaborasi antara sosialisme dan islam menuai banyak perubahan. 

Ekonomi dan politik Libya menjadi perhatian dunia. Pergolakan terjadi, krisis berdarah melanda Libya. Upaya meretas krisis terjadi di libya telah dilakukannya. Presiden Venezuela, Hugo Chavez dan liga arab turut memecahkan solusi krisis Libya.

Tidak kalah penting dan menarik adalah campur tangan Cina dan Jerman memperkuat posisi khadafy mengendali kekuasaan di Libya. Alih-alih ikut dalam meretas krisis terjadi,  disamping Amerika. Intervensi negara barat lainya cukup besar terhadap negara Arab.  Khadafy sendiri, melewati kritisnya krisis Libya. Pada sampai pada 2011 silam, belum ada tanda-tanda kekalahan dia. Baik setelah di tantang oleh kelompok oposisi, rakyatnya, intervensi Cina, Jerman, dan beberapa negara lainnya. 

Akankah perubahan terjadi pada ekonomi dan politik Libya? 

Setelah Khadafy masih memegang tampuk kekuasaannya menangkal pergolakan besar yang akan menyusul paska penyerangan opisisi dan krisis berdarah yang dia hadapi.  Sebagai penutup, buku ini dalam ketiga bagian yang sebenarnya banyak hal yang diulas oleh penulis didalamnya. Hanya saja dalam pengkajian terbatas sesuai dengan porsi kemampuan. 

Saya hanya melihat sisi terpenting untuk sebagai bahan kajian pribadi yang saya tulis ini. Maka hanya memberikan pandangan tentang tiga bagian dari buku ini tidak terlepas dari belajar mengkaji sejarah revolusi dan ekonomi politik yang ditulis oleh mereka para praktisi dan analisis. 

Semoga kisah-kisah kemarahan rakyat terhadap pemimpin yang terjadi di Dunia Arab dan Afrika Utara melalui gerakan-gerakan masif, dan faktor ekternal yang menjadi pemicu ini memberikan saya dan pembaca yang budiman lebih banyak lagi pelajaran politik dan ekonomi, pun pandangan tentang sejarah revolusi.

Serta dapat mengetahui sejarah terpenting abad 21 ini dari ketiga negara dan pemimpinya seperti pada ulasan awal dari tulisan ini. Kenyataan saat ini, bisa jadi imbas pergerakan masif dan pergolakan masih terlihat dibeberapa negara Arab. 

Untuk menambah khasanah dalam melihat sejarah sebagai hal penting dalam perjalan kita. Berbagi untuk bermanfaat, karena yang bermanfaat hanya datang dari mereka yang mau berbagi. 

Semoga

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun