Mohon tunggu...
Hr. Hairil
Hr. Hairil Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis itu kebutuhan, bukan hiburan.

Institut Tinta Manuru

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Indonesia dan Dramatisasi Penolakan Panglima TNI

24 Oktober 2017   06:14 Diperbarui: 25 Oktober 2017   03:57 1213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto : CNN Indonesia

Indonesia adalah negara merdeka di Proklamasikan pada 17 Agustus 1945. Semenjak Proklamasi itulah Indonesia menjadi Negara besar yang merdeka dan maju dalam semua hal. 

Diplomasi politik bukan lagi hal biasa saja yang kita lihat. Diplomasi adalah hubungan kerjasama antar dua negara dengan melalui keterwakilan masing sesuai dengan kewenangan negaranya. Hal ini lebih kepada hukum diplomatik.

Presiden RI dari Soekarno hingga Jokowi sekarang melakukan lobi dalam hal diplomasi baik itu politik, ekonomi dan sebagainya terlihat sangat maju. 

Kemajuan itu, menjadikan Negara besar ini disegani oleh negara lain. Menjaga harga diri sebagai Negara besar adalah wajib untuk seluruh WNI. 

Namun semua itu, semua kehormatan itu kembali terlukai. Dimata publik (negara lain) Indonesia bukan lagi dalam masa penjajahan dan lemah dalam hal diplomasi. 

Saat ini, negara besar ini memiliki seorang Panglima Besar ditubuh organisasi TNI yang dipilih oleh Presiden RI. Pilihan ini menjadi pilihan untuk seluruh rakyat tanpa terkecuali. 

Sebagai seorang panglima tertinggi TNI dalam semua diplomasi dinegara luar adalah membangun kerjasama dengan memperteruhkan Jati diri Negara ini. 

Semua orang sebagai warga negara Indonesia pasti dan wajib mendukungnya demi kelancaran kerja sama dan demi harga diri negaranya sendiri. 

Kembali satu peristiwa mencoreng nama baik serta jati diri sebagai negara besar yang merdeka. Hari ini ada penolakan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo masuk ke negara amerika. Ada apa dibalik penolakan ini? 

Menerjemahkan penolakan dalam hal diplomasi adalah wajib bagi kita sebagai rakyat dari negara besar ini. Penolakan pada seorang yang masuk ke negaranya itu hal biasa kalaupun itu bersandar pada tata aturan hukum pada negaranya. 

Bagaimana dengan permintaan maaf dari kedubes Amerika Untuk indonesia? Kiranya hal ini akan menjadi misteri yang menghantui perjalan politik internasional negara Indonesia di mata negara lain. 

Hal substansial saat ini yang harus dipikirkan oleh kita, jika pun benar Amerika memusuhi kita maka Amerika bukan lagi teman yang baik dalam hal diplomatik. 

Seterusnya, penolakan ini akan juga berimbas pada kerjasama ekonomi dalam hal investasi. Lalu bagaimana nasib dengan asetnya di Papua, kilang-kilang di NKRI sehingga untuk sementara Indonesia akan menanggung resiko jika nilai tukar rupiah paska penolakam ini akan jatuh atau dampak lainnya? 

Jangankan Amerika, negara lain juga akan melakukan hal yang sama dengan segenap aturan yang berlaku. Tetapi ini tidak menjadi alasan mendasar memperkuat penolakan secara hukum diplomasi. 

Seakan-akan Panglima Tertinggi TNI ini datang membawa sekotak kekacauan dan akan membuat negaranya menjadi kacau balau. Ini diplomasi loh. 

Resistensi jika pun penolakan terjadi pada saat Panglima TNI membawa misi diplomasi negara. Sebagai temu undangan pada sebuah kegiatan Chiefs of Defence conference on country violent Extremist organizations (VEOs) pada 23-24 Oktober dinegara yang melakukan penolakan tersebut

kita melihat penolakan secara politis akan berdampak lebih tajam melukai harga diri Indonesia. Kalaupun secara administrasi maka ini lebih kepada ketidaksiapan sebuah acara diplomatik yang dibangun. Mengapa tidak? 

Datang sebagai tamu undangan jelasnya pergi atau keluar dari negara Indonesia atas sepengetahuan Presiden RI sebagai keterwakilan secara diplomatik. Lantas terjadi penolakan kita anggap sebagai hal biasa? 

Saya rasa kita keliru dalam melihat penolakan ini secara politis dan diplomasi besar. Cenderung orang menilainya sebagai hal biasa dan wajar saja. Toh, kalau penolakan itu dianggap biasa. Apakah kita juga ridha bahwa penolakan Panglima tertinggi TNI ini sama seperti penolakan terhadap Presiden Indonesia. 

Meskipun yang ditolak adalah Panglima TNI, seharusnya kita melihat dalam satu bentuk kecintaan kita bahwa Negara yang besar ini mendapat penolakan pada undangan kegiatannya sendiri sama halnya nasib negara ini ditakdirkan akan sedikit lebih buruk dimata negara lain. 

Sebagian dari kita bahkan menjadi orang yang tiba-tiba menebak ini itu tentang manuver Panglima TNI dan ini sebagai imbasnya atau lebih kelihatan senyumnya ketika mendengar kabar penolakan. 

Padahal Indonesia saat ini dalam keadaan yang sangat menyita perhatian publik, darurat hubungan diplomatik. 

Kita tahu, kunjungan Panglima Tertinggi TNI ini untuk memenuhi undangan bukan mengotak atik urusan negara yang dia kunjungi. Lagi pula kunjungan kenegaraan mestinya mendapat sambutan baik serta penghormatan bukan penolakan. 

Sebelumnya, rencana kedatangan sudah pasti jelas dibicarakan bersama baik itu berupa undangan atau keterwakilan secara politis antar kedua negara. 

Biarlah asumsi sebagian orang yang melihat keadaan negara ini, asik buat mereka. Maksudnya jangan tampilkan kebencian kita secara pribadi kepada Panglima TNI menjadi konsumsi publik. 

Negara ini tidak ada yang membencinya, jadi pada prinsipnya mereka yang terlanjur kegirangan melihat penolakan olah amerika atas kedatangan Panglima tertinggi TNI tidak lebih adalah sebagai pembenci negara. Orang-orang seperti inilah yang tidak layak duduk dan hidup didalam tanah air ini. 

Bagaimana bisa kita tertawakan atau ikut menghujat dan sebagainya kepada sebuah simbol negara. Penolakan ini menjatuhkan harga diri Negara kita dan mereka wajib bertanggungjawab. Lalu, kira-kira apa tanggapan negara dengan perkara penolakan ini? 

Jelasnya negara mengutuk keras penolakan sebagai simbol ketidakhormatnya amerika kepada negara Indonesia. 

Secara diplomatik ini titik rawan paling parah yang pernah terjadi kedua kalinya paska diplomasi Soekarno saat itu. Bagaimana negara menjelaskan ini kepada rakyatnya? 

Bahwa yang terjadi bukanlah perkara biasa dalam diplomasi antara negara seharusnya keseriusan juga dalam merespon. Tidak pada pihak mana pun.

Kepada negaranya agar meminta maaf, itu pun sudah dilakukan oleh Kedubes Amerika dan kalaupun hal ini lebih pada tidak digubris maka diplomasi akan lebih menajam pada rumitnya hubungan lain selain diplomasi antara Indonesia dan Amerika. 

Setiap negara punya kedutaan masing-masing, duta besar negara amerika untuk Indonesia harus di panggil untuk menjawab penolakan ini. 

Karena kita tahu, negara ini sudah membangun diplomasi ini sangat kuat, akan tetapi hari ini menjadi sejarah baru satu penolakan terhadap negara adalah bentuk anggapan enteng amerika terhadap indonesia.

Maksudnya kalau Panglima TNI Indonesia ditolak masuk ke Amerika, maka sama halnya dengan amerika menganggap kekuatan negara ini tidak diperhitungkan. Benarkah kekuatan negara ini demikian? 

Benar, kita kembali pada hak masing-masing negara. Menolak atau tidak menerima orang dari negara luar adalah hal lumrah, biasa dan mungkin wajar. Atau, mungkin aturan hukum mereka demikian adanya. 

Tetapi perkara yang satu ini lebih pada kewenangan diplomasi yang rapuh dan enteng ditampilkan oleh Amerika untuk negara lain agar mereka tahu bahwa indonesia di mata amerika bukan apa-apa. 

Negara ini negara besar yang merdeka. Sekali lagi, negara besar yang merdeka bukan negara humoris yang sampai pada diplomasi pun negara lain masih bermain humor seakan terus berikan lelucon di panggung politik dunia, seakan mendramatiskan perkara penolakan hingga dianggap biasa. 

Negara kita ini, berulangkali dipermalukan. Bukan hanya kali ini saja, beberapa hari kemarin menjadi heboh di mata publik  soal terian-tarian, lagu, soal bendera terbalik dan banyak lagi dan yang demikian itu masih bisa ditolelir. Nah sekarang, penolakan ini menambah daftar perkara negara ini tidak dihargai oleh negara lain. 

Ketegasan adalah hal utama dalam menanggapai perkara yang baru terjadi ini. Bagaimana dengan investasi amerika, ekonomi, diplomasi dan lainnya dinegara Indonesia. Apakah harus berdiam dan tetap menjadi negara yang takut? 

Sejarah 1950an adalah bukti penolakan Soekarno terhadap diplomasi amerika atas tertangkapnya seorang pilot dari Amerika. Diplomasi itu dilihat sebaik mana hubungan mesra Bung Karno dengan Kenndey. 

Tapi toh, hubungan mesra itu akhirnya berakhir setelah Kennedy terbunuh tahun 1963. Bagaimana negara paman sam pasca terbunuhnya Kennedy? Kita kembali lagi pada sejarah Soekarno dan CIA yang sampai pada saat ini kita tahu bahwa disebalik diplomasi dengan Amerika sebaik apapun, tujuan prinsipnya negara paman sam ini hanyalah keuntungan besar di mata politik internasional.

Drama yang dimainkan amerika terhadap indonesia ini mungkinkah akan berakhir sama seperti mangkatnya (tepatnya dilengserkan) Seokarno oleh guncangan tangan rahasianya negeri paman sam. 

Kita semua tahu bagaimana akhir episode pertama waktu itu. Sekarang, penolakan itu, tidak lebih sebagai tanda bahwa episode dua akan berujung pada sebuah pukulan telak terhadap indonesia. 

Kemerdekaan kita bukan hanya diperjuangkan sendiri-sendiri. Negara menuai tekanan atau gangguan maka sama halnya rakyat akan mengalami hal demikian. 

Tetapi sekali lagi, mengapa harus ada penolakan? Mengapa harus panglima tertinggi TNI? Mengapa harus pada diplomasi? 

selama ini terlihat secara diplomasi baik-baik saja, mungkin ini perkara datang sebagai ujian pada negara atau benar-benar menganggap Indonesia adalah negara kecil yang lemah dalam hal diplomasi

Bahkan secara keamanan negara sebab yang mereka tolak masuk kenegaranya adalah simbol tertinggi keamanan negara kita. 

Kita tidak saling melakukan jajak pandangan atau semacam bentuk konfrontasi diplomasi atau apapun bentuknya. Kesadaran rakyat akan terpana pada perkara besar ini. Apakah rakyat juga ikut tepuk tangan dan tertawa melihat nasib negara dan jati dirinya di mainkan, dijatuhkan oleh negara lain? 

Rasanya itu hal mustahil. Sebab rakyat dinegara ini adalah rakyat yang cerdas, yang bisa memahami mana humor dan mana ejekan. Pada akhirnya, diplomatik kedua negara ini dari masa Soekarno hingga kini, Negeri paman sam ini masih sengaja bermain api. 

Terkahir, diplomasi dari kedua negara akan membuahkan kedua hasil positif dan negatif. Meskipun begitu, negara kita masih tetap pada prinsip meghargai sesama dalam politik Internasional.

Resikonya adalah indonesia akan dengan sendirinya melirik kembali di tanah papua (Freeport) dimana letak Investasi besar negara paman sam, atau resiko yang lain adalah nilai rupiah akan terjun bebas sampai terjungkal. 

Drama yang baru saja dibuat ini, semoga membawa Indonesia pada batas kesabaran bernegara yang adil dan tetap menjaga ketertiban dunia.

Baca juga Artikel terkait: 

Panglima TNI Gatot Nurmantyo ditolak masuk ke Amerika Serikat

Persoalan Internal Apa yang Bikin Jenderal Gatot Ditolak AS?

Menhan AS Minta Maaf Soal Gatot Nurmantyo yang Ditolak ke AS

Kronologi Panglima TNI Ditolak Masuk Amerika Serikat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun