Paspor
Salah satu dokumen utama yang harus disiapkan oleh calon jamaah haji tentunya adalah paspor. Bagi calon jamaah haji KBIH, biasanya persiapan ini akan dibantu secara kolektif. Dan di sisi lain, bagi calon jamaah haji mandiri, tentunya harus mempersiapkan paspor sendiri. Sudah sejak beberapa tahun terakhir, Arab Saudi membuat ketentuan bahwa paspor jamaah haji adalah menggunakan paspor biasa warna hijau, dan tidak lagi menggunakan paspor khusus ibadah haji, warna cokelat. Paspor hijau ini adalah paspor yang juga bisa dipakai untuk berpergian ke negara-negara lainnya.
Hanya istri saya yang harus memperbarui paspornya, karena akan habis menjelang bulan haji. Orang tua kami sudah punya paspor sejak tahun sebelumnya (karena disiapkan untuk keberangkatan tahun itu, yang ternyata pada akhirnya mundur lebih lambat satu tahun). Bila masih mempunyai paspor aktif, pastikan bahwa masa kadaluarsa paspor adalah lebih dari 7 bulan dari perkiraan tanggal Idul Adha. Alasannya, karena pada umumnya negara-negara manapun akan mewajibkan masa berlaku paspor adalah lebih dari 6 bulan dari rencana tanggal keluar dari
Pelunasan BPIH
BPIH dibayar dan dilunasi di BPS BPIH tempat mendaftar di awal. Besarnya sisa pembayaran yang harus dibayarkan adalah besaran BPIH sesuai embarkasi sesuai dengan keputusan presiden, dikurangi 25 juta Rupiah yang merupakan uang pendaftaran minimal untuk mendapatkan antrian (porsi) ibadah haji. Di BPS BPIH tempat kami melunasi, kami menyetorkan uang ke rekening tabungan haji masing-masing sebesar sisa uang yang harus dibayarkan, ditambah 100 ribu rupiah uang minimum saldo rekening. BPS BPIH akan memberikan Tanda Bukti Setoran Lunas. Pastikan pelunasan ini dilakukan langsung oleh calon jamaah haji (untuk tanda tangan).
Setelah pelunasan di bank, Tanda Bukti Setoran Lunas dibawa ke kantor Kemenag untuk proses lanjutan (alokasi kloter, akomodasi, dan lainnya) oleh petugas. Saya sempat ditawari untuk memilih masuk ke dalam gelombang pertama (sekitar setengah pertama dari total kuota jamaah haji Indonesia, terbang langsung ke Madinah terlebih dahulu), ataupun gelombang kedua (terbang langsung ke Jeddah). Saya memilih gelobang pertama. Karena memilih untuk masuk gelombang pertama, maka Paspor langsung disetorkan ke Petugas saat itu juga.
Berikan juga nomor telepon yang bisa dihubungi, karena nanti petugas akan menginformasikan kapan koper jamaah bisa diambil disana. Sebaiknya minta juga nomor yang bisa dihubungi di kantor Kemenag untuk keperluan mencari informasi lanjutan mengenai proses-proses persiapan keberangkatan, seperti jadwal pemeriksaan kesehatan dasar di Puskesmas, General check up di Rumah Sakit Umum Daerah, Vaksinasi di Rumah Sakit yang ditunjuk, jadwal manasik haji, pembagian kloter dan jadwal keberangkatan.
Oh ya, saat proses pelunasan di bank, petugas bank pun memberi tahu bahwa mereka akan menghubungi lagi untuk memberi tahu kapan bisa kembali ke bank untuk mengambil bahan untuk baju batik jamaah haji, mukena untuk jamaah haji wanita, dan kain ihram untuk pria. Beberapa souviner tambahan juga diberikan bank. Bank kami memberikan tas tentengan (biasa untuk mukena / alas kaki), tas gendong tali (untuk kain ihrom atau sajadah nantinya), serta payung.
KBIH
Sejak kita melapor ke Kemenag mengenai BPIH yang sudah lunas, tidak lama setelahnya akan mulai ada telepon dari KBIH. Yang menelepon adalah KBIH yang tergabung dalam kloter yang sama yang dialokasikan untuk kita. Mereka pasti mendapatkan nomor telepon dari petugas Kemenag tempat kita mendaftar. Jangan galau, kalau memang sedari awal sudah yakin ingin berhaji secara mandiri, tidak bergabung dengan KBIH. Sampai dengan akan masuk pintu pesawat di hari keberangkatan di bandara embarkasi, kegalauan untuk mandiri atau terpaksa gabung KBIH akan terus berlanjut. Nikmati saja.
Cukup diingat, di setiap kloter biasanya sudah dialokasikan 1 orang ketua kloter, 1 orang pembimbing ibadah, 1 orang dokter, dan 2 orang asisten dokter (1 pria dan 1 wanita). Anggap saja KBIH bagi jamaah mandiri adalah Kemenag (dan memang sejatinya begitu), dan mereka para petugas adalah para petugas KBIH-nya. Bila kurang yakin dengan proses ibadah haji, maka ada pembimbing ibadah tadi yang memang sejatinya ditugaskan untuk membimbing jamaah.