Bunuh Diri
Teori Emile Durkheim ini dapat dilihat lebih jelas jika dicermati hubungan antara jenis – jenis bunuh diri dengan dua fakta sosial utamanya yaitu integrasi dan regulasi (Pope, 1976). Integrasi mengarahkan pada ketidak-kuatan terhadap sosial masyarakat. Sedangkan regulasi mengarahkan pada tingkat paksaan eksternal yang dirasakan oleh masing – masing individu. Emile Durkheim mengemukakan terdapatb empat tipe bunuh diri. Jika integrasi tinggi disebut tipe bunuh diri altruistik, dan jika integrasi rendah dapat menyebabkan peningkatan di dalam bunuh diri egoistik. Sedangkan bunuh diri fatalistik dikaitkan dengan regulasi yang tinggi, dan bunuh diri anomik dengan regulasi yang rendah. Bunuh Diri Egoistik
Kasus bunuh diri egoistik ini dapat ditemukan dalam kehidupan sosial dimana individu tidak berinteraksi dengan baik dalam unit sosial yang luas. Individu dengan masyarakat sangatlah erat kaitannya. Hal ini dikarenakan individu merupakan merupakan bagian dari masyarakat, dan masyarakat juga merupakan bagian dari individu. Akan tetapi jika integrasinya lemah, maka akan menyebabkan perasaan bahwa individu itu bukan bagian dari masyarakat, yang berarti juga bahwa masyarakat itu bukan bagian dari sang individu.
Bunuh Diri Altruistik
Kasus bunuh diri altruistik lebih mungkin terjadi ketika “integrasi sosialnya terlalu kuat” (Durkheim, 1897/1951:217). Jika angka bunuh diri altruistik semakin tinggi, jelaslah integrasi akan semakin kuat jika “semakin banyak harapan yang tersedia, karena ia bergantung pada adanya sesuatu yang indah setelah hidup di dunia ini”. Ketika integrasi melemah, seseorang akan melakukan bunuh diri karena ia beranggapan bahwa tidak ada lagi kebaikan yang lebih besar yang dapat menopang mereka. Ketika integrasi tinggi, mereka melakukan bunuh diri demi kebaikan yang lebih tinggi.
Bunuh Diri Anomik
Kasus bunuh diri yang terjadi ketika kekuatan regulasi masyarakat terganggu. Gangguan itu mungkin individu akan merasa tidak puas karena lemahnya kontrol terhadap nafsu mereka, yang akan bebas berkeliaran dalam ras yang tidak pernah puas terhadap kesenangan.
Angka bunuh diri anomik bisa meningkat terlepas dari apakah ganguan itu positif seperti peningkatan ekonomi, atau negatif seperti penurunan ekonomi. Dari kedua macam gangguan ini membuat kolektivitas masyarakat menjadi tidak mampu melanjarkan otoritasnya terhadap individu untuk sementara waktu. Perubahan-perubahan semacam ini menempatkan orang dalam situasi dimana norma-norma lama sudah tidak berlaku lagi dan sedangkan norma baru belum lagi dikembangkan. Dengan adanya semacam ini melepaskan arus rasa ketercabutan anomi dari akar dan rasa kehilangan norma-norma mengikat dan arus ini cenderung meningkatkan bunuh diri anomik.
Bunuh Diri Fatalistik
Bunuh diri fatalistik adalah sebaliknya dari anomik. Fatalistik terjadi dalam situasi regulasinya meningkat. Emile Durkheim melukiskan orang – orang yang lebih mungkin untuk melakukan bunuh diri fatalistik sebagai “pribadi – pribadi dengan masa depan yang terhalang tanpa ampun dan nafsu – nafsu yang dicekik dengan kasar oleh disiplin yang bersifat menindas”.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H