Kesultanan Banten adalah salah satu kesultanan Islam yang terletak di pesisir pantai utara pulau Jawa. Banten yang semula hanya vasal dari Kesultanan Demak menjadi kesultan mandiri pasca gugurnya Sultan Trenggana , raja ketiga Demak dalam ekspedisi militer ke Pasuruan pada tahun 1546. Perlahan namun pasti Banten tumbuh menjadi kesultanan kuat dan mandiri. Banten berhasil mencapai masa kejayaan di era Sultan Ageng Tirtayasa.
Sultan Ageng Tirtayasa berhasil memperluas wilayah Banten dengan menaklukan Lampung, Sukadana (Kalimantan Barat). Ekspansi wilayah bisa terjadi karena Bnaten berhasil memperoleh senjata api dari Inggris dan surplus ekonomi yang terjadi di Banten kala itu. Dalam urusannya dengan hubungan diplomatik, Banten menjalin hubungan dengan Inggris , Arab Saudi, Turki , China , Aceh , Makassar dan sebagainya.
Sebagai entitas baru, Kesultanan Banten melakukan perluasan wilayah. Daerah - daerah yuang dikuasai Kerajaan Pajajaran satu persatu direbut dan dikuasai Kesultanan Banten. Dalam waktu singkat Kesultanan Banten tumbuh menjadi kekuatan baru dalam konstelasi politik di nusantara pada abad ke-16. Di bawah kekuasaan Sultan Ageng Tirtayasa Kesultanan Banten menjelma menjadi kerajaan kuat , kokoh dan mandiri.
Sejak awal para pendiri Kesultanan Banten sadar betul bahwa Kesultanan mereka terletak di wilayah pesisir. Dengan konsekuensi tersebut Banten menjadikan daerahnya sebagai pusat perdagangan kosmopolitan. Perdagangan dijadikan dasar utama dalam membangun dan menopang sistem ekonomi di Banten. Berbagai komoditas mulai dari cengkih , lada , pala , beras dan sebagainya dijual di pelabuhan di Banten.
Hubungan Diplomatik Banten dan InggrisÂ
Salah satu alasan Kesultanan Banten dapat tumbuh besar dan menaklukan banyak daerah di kepulauan Nusantara karena perlengkapan alat utama sistem persenjataan (Alutsista) yang secara lengkap. Lantas dari manakah Banten mendapatkan senjata api untuk menggepur musuh-musuhnya ?
Untuk membendung pengaruh Belanda bersama orgnisasi dagangnya Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC), Banten menjalin hubungan diplomatik dengan banyak negara-negara di dunia, khususnya dengan Inggris. Para penguasa Banten secara berkala pergi ke Arab untuk menunaikan ibadah haji dengan menumpang kapal milik Inggris.
Perjalanan Duta utusan Kerajaan Banten ke Inggris
Pada waktu itu, tepatnya pada tahun 1682, dua utusan Kerajaan Banten , Kyai Ngabehi Naya Wipraya an Kyai Ngabehi Jaya Sedana, menjadi tamu Raja Charles II.
Dilansir website Nu.or.id, mereka sempat tinggal tiga setengah bulan di Istana Windsor , Inggris.
Dikutip dari kemendikbud.go.id, Dalam kunjungannya, kedua duta besar itu diiringi rombongan berjumlah 31 orang dengan membawa persembahan berupa 200 karung lada, perhiasan permata dan intan, serta emas berukir burung merak.
Jhon Evelyn, dalam catatannya berjudul The Diary Of Jhon Evelyn, menuliskan waktu itu duta besar dari Banten diundang ke tempat kediaman resmi Lord George Berkeley.
Saat itu London sedang berlangsung penerimaan tamu kehormatan Duta Besar Rusia, Maroko dan India.
Salah satu daru dua duta besar itu merupakan duta besar utama, sedangkan duta yang kedua dikirim untuk menjadi pengganti jika duta besar pertama meninggal dunia di tengah pelayaran.
Sebelum berlayar ke inggris , keduanya disebut pernah pergi ke Mekah. Dalam tulisan Jhon Evelyn, diceritakan bahwa pelayaran dari Banten menuju Inggris ditempuh selama lima bulan melewati Tanjung Harapan , Afrika Selatan.
Pada masa itu, pelayaran jarak jauh tersebut terhitung sulit dn berbahaya. Namun kapal yang ditumpangi utusan Banten tersebut dapat tiba dengan selamat tanpa hambatan berarti. Rombongan Kesultanan Banten berangkat pada tanggal 10 November 1681 dengan menggunakan kapal dengan East India Company yang bernama New London. Mereka tiba di London pada tanggal 27 April 182. Selama tiga bulan lebih delegasi tersebut mengunjungi kawasan wisata utama di London, menyaksikan pertunjukan teater, melihat langsung pabrik senjata api modern dan sebagainya.
"Mereka diterima sejumlah pejabat penting termasuk Duke of York. Sedangkan Charles II tidak saja menerima mereka dengan segala kebesaran di Windsor pada tanggal 13 Mei, namun juga memberikan gelar kehormatan kepada utusan kedua tersebut, yaitu Sir Abdul dan Sir Ahamad, " tulis Reid dalam bukunya.
Dalam perjalanan tersebut, seorang anggota rombongan yang menjadi juru masak meninggal dunia. Dia dimakamkan di tempat pemakaan Saint James Park, bersebrangan dengan Hyde Park.
Namun sayang saat utusan Kesultanan Banten diterima Raja Inggris di London, dinamika politik di Kesultanan Banten sedang kacau. Di Banten terjadi perang saudara antara Sultan Ageng Tirtayasa dengan Sultan Haji yang tidak lain anak kandung Sultan Ageng Tirtayasa.
Perselisihan internal mendalam antara Sultan Ageng Tirtayasa dengan Sultan Haji dimanfaatkan oleh VOC. VOC memberikan dukungan penuh kepada Sultan Haji. Perang tersebut berakhir dengan kemenangan Sultan Haji yang dibantu VOC. Setahun kemudian Sultan Ageng Tirtayasa bersama dengan pengikutnya ditangkap Belanda.Selanjutnya setelah Sultan Haji meninggal pada tahun 1687 kekuasaan VOC semakin besar di Kesultanan Banten. Banten telah menjadi vasal dari VOC.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI