Kak, masih ingat meja makan besar dan berat yang terbuat dari kayu jati tua itu? Siapapun yang mengunjungi Kakek dan Nenek kita pasti pernah makan bersama mengelilingi meja itu. Menu-menu biasa tapi rasanya luar biasa, senantiasa menggugah kangen hingga saat ini.
Juga jajanan khas itu yang terbuat dari aci kawung dibentuk bulat-bulat macam cincin gendut, merekah saat digoreng, kenyal-kenyal gurih. Namanya geblek.
Saat aku mengunjungimu selepas liputan tiga tahun ke belakang, kau menyuguhiku geblek itu dengan tempe goreng hangat. Secangkir teh 'nasgitel', panas legi tur kentel (panas, manis, dan kental) menyempurnakan jamuan itu. Kita ngobrol dengan merdeka tentang berbagai hal.
Tempo hari di WAG, kau menulis tentang kangen. Maafkan, tahun inipun aku absen berlebaran ke tempatmu. Namun aku akan terus ingat untuk memelukmu dalam doaku.
Wassalam,Â
Adikmu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H