Mohon tunggu...
Wahyuni Susilowati
Wahyuni Susilowati Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Jurnalis Independen

pengembaraan raga, penjelajahan jiwa, perjuangan menggali makna melalui rangkaian kata .... https://www.youtube.com/c/WahyuniSusilowatiPro

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Rewel, Sakit-sakitan? Mungkin Anak Mengalami Malnutrisi

17 Juni 2020   11:49 Diperbarui: 17 Juni 2020   11:41 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kulit sangat kering pecah-pecah yang tidak kunjung sembuh di sudut mulut anak (atau orang dewasa) dapat merupakan pertanda kekurangan zat besi atau vitamin B (riboflavin)."Kata Julie Cunningham, seorang ahli diet terdaftar dan edukator diabetes bersertifikat di North Carolina. Atau jenis infeksi lain seperti sariawan.

Sementara gusi yang berdarah atau sering memar, masih menurut Cunningham, dapat mengindikasikan kekurangan vitamin C atau sejumlah masalah kesehatan lain sehingga sangat direkomendasikan untuk membawa anak ke dokter.

Anak gampang sakit

Seorang anak yang sering sekali terkena flu atau penyakit lain akibat virus, menurut Alix Turoff, ahli diet terdaftar yang berbasis di New York City;  mungkin karena sistem kekebalannya tertekan dan bisa juga merupakan indikasi menjadi kekurangan gizi.. Hal terakhir ini pun dimanifestasikan oleh seringnya mengalami infeksi dan buruknya proses penyembuhan luka.

"Khusus untuk anak di bawah dua tahun, efek dari malnutrisi kronis bisa berlangsung seumur hidup. Mereka yang mampu bertahan hidup mungkin (harus menanggung resiko dengan) mengurangi resistensi terhadap penyakit dan infeksi di kemudian hari." Tulis Cathy Bergman, direktur nutrisi kesehatan dan sistem makanan Mercy Corps dalam sebuah posting di situs mereka (Insider, 16 Juni 2020).

Mereka mungkin juga mengalami 'stunting' (kondisi tubuh dan otak gagal bertumbuh akibat kurang gizi jangka panjang sehingga tinggi-berat tubuh serta kemampuan berpikir anak di bawah rata-rata anak-anak seusianya) yang dapat memiliki efek jangka panjang berupa perkembangan intelektual yang lambat, kesulitan belajar, gangguan kognitif, dan ketidakmampuan untuk fokus.

Sangat mengerikan bila itu terjadi di fase awal kehidupan anak-anak karena kurangnya nutrisi untuk perkembangan otak pada bayi dan anak-anak di bawah usia 2 tahun dapat memiliki efek buruk pada perkembangan kognitif.

"Jika otak anda tidak pernah berkembang sepenuh kapasitasnya, maka anda tidak akan mendapatkan manfaat maksimal dari pendidikan yang anda tempuh."Kata Bergman.

Menurut The Hunger Project, hal di atas dapat memiliki efek jangka panjang, yang takkan pulih bahkan jika seseorang diberikan nutrisi yang tepat di kemudian hari; dan memengaruhi prospek serta peluang kerja hingga dewasa. Orang dewasa yang mengalami kekurangan gizi ketika mereka masih anak-anak, menurut World Health Organization, berpenghasilan rata-rata 20% lebih rendah dibanding mereka yang cukup gizi.

Suasana hati yang selalu berubah-ubah

Kemarahan dan merasa tertekan bersama dengan tanda-tanda lain, menurut Allie Gregg, seorang ahli diet terdaftar dan berlisensi, juga dapat mencerminkan seorang anak menderita kekurangan gizi. Perlu juga dicatat bahwa pergeseran kesehatan mental juga dapat menjadi penyebab kekurangan gizi karena kurangnya keinginan untuk makan sehingga hubungan antara keduanya merupakan sebuah siklus dan tentunya harus dibicarakan dengan seorang profesional.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun