Sekitar 2 miliar orang di dunia, menurut Global Alliance for Improved Nutrition (GAIN, Aliansi Global untuk Peningkatan Gizi), menderita beberapa bentuk kekurangan gizi atau kekurangan nutrisi yang tepat dan sebagian besar dari mereka adalah anak-anak, kurang gizi adalah penyebab kematian pada 3,1 juta anak per tahun (Insider, 16 Juni 2020).
Banyak hal dapat menyebabkan malnutrisi termasuk kekurangan makanan, masalah yang berhubungan dengan kesehatan mental, penyakit, kemiskinan, dan faktor-faktor lainnya. Berikut adalah beberapa tanda-tanda malnutrisi yang penting untuk diwaspadai, terutama pada anak-anak, pastikan juga berkonsultasi dengan dokter bila memang dibutuhkan saat menanganinya.
Malnutrisi bisa berarti kurang gizi atau kelebihan gizi
Meskipun banyak orang mengasosiasikan malnutrisi dengan penurunan berat badan yang ekstrem, malnutrisi sebenarnya bisa hadir dalam dua bentuk yang sangat berbeda, yaitu kurang gizi dan kelebihan gizi. Kekurangan gizi, menurut National Health Service (NHS), berarti anak tidak mendapatkan cukup nutrisi yang dibutuhkan dan sebaliknya bila dalam kondisi kelebihan gizi.
Cara utama diagnosa malnutrisi didasarkan pada posisi anak pada grafik pertumbuhan dengan melihat apakah perkembangannya sesuai dengan parameter yang diharapkan berdasarkan tinggi dan usia mereka. Namun cara itu masih belum mencukupi, para dokter harus mempertimbangkan faktor-faktor lain sebelum menyimpulkan seorang anak menderita malnutrisi.
Perubahan berat badan adalah tanda besar malnutrisi
Menurut NHS, tanda malnutrisi terbesar adalah penurunan berat badan sebesar 5-10% dari berat badan awal dalam periode tiga-enam bulan. Ini bisa menjadi tanda kekurangan gizi, meskipun perlu dicatat juga bahwa penurunan berat badan yang cepat dapat juga merupakan tanda bagi berbagai kondisi kesehatan lainnya. Itulah sebabnya dokter sering memperhitungkan faktor-faktor lain seperti berikut ini.
Meskipun penurunan berat badan sering terjadi pada malnutrisi, tetapi sebaliknya kondisi penambahan berat badan berlebih (obesitas) pun bisa terjadi saat anak mengalami malnutrisi.
Hal itu, menurut Heather A. Eicher-Miller, seorang profesor di Departemen Ilmu Gizi di Universitas Purdue; umum terjadi bila," ... anda mengonsumsi terlalu banyak kalori namun tanpa asupan nutrisi dalam kualitas-kuantitas mencukupi yang dapat menyebabkan (berat badan terus bertambah meski) kekurangan gizi."
Kasus penderita obesitas dan yang juga mengalami kekurangan gizi seringkali tidak terdiagnosis dan mereka akhirnya mendapatkan perawatan yang kurang intens. Namun kelebihan atau kekurangan berat badan seringkali tidak mencerminkan diagnosa secara menyeluruh yang hasilnya bisa mengancam jiwa.
Mulut dan gigi yang selalu bermasalah
"Kulit sangat kering pecah-pecah yang tidak kunjung sembuh di sudut mulut anak (atau orang dewasa) dapat merupakan pertanda kekurangan zat besi atau vitamin B (riboflavin)."Kata Julie Cunningham, seorang ahli diet terdaftar dan edukator diabetes bersertifikat di North Carolina. Atau jenis infeksi lain seperti sariawan.
Sementara gusi yang berdarah atau sering memar, masih menurut Cunningham, dapat mengindikasikan kekurangan vitamin C atau sejumlah masalah kesehatan lain sehingga sangat direkomendasikan untuk membawa anak ke dokter.
Anak gampang sakit
Seorang anak yang sering sekali terkena flu atau penyakit lain akibat virus, menurut Alix Turoff, ahli diet terdaftar yang berbasis di New York City; Â mungkin karena sistem kekebalannya tertekan dan bisa juga merupakan indikasi menjadi kekurangan gizi.. Hal terakhir ini pun dimanifestasikan oleh seringnya mengalami infeksi dan buruknya proses penyembuhan luka.
"Khusus untuk anak di bawah dua tahun, efek dari malnutrisi kronis bisa berlangsung seumur hidup. Mereka yang mampu bertahan hidup mungkin (harus menanggung resiko dengan) mengurangi resistensi terhadap penyakit dan infeksi di kemudian hari." Tulis Cathy Bergman, direktur nutrisi kesehatan dan sistem makanan Mercy Corps dalam sebuah posting di situs mereka (Insider, 16 Juni 2020).
Mereka mungkin juga mengalami 'stunting' (kondisi tubuh dan otak gagal bertumbuh akibat kurang gizi jangka panjang sehingga tinggi-berat tubuh serta kemampuan berpikir anak di bawah rata-rata anak-anak seusianya) yang dapat memiliki efek jangka panjang berupa perkembangan intelektual yang lambat, kesulitan belajar, gangguan kognitif, dan ketidakmampuan untuk fokus.
Sangat mengerikan bila itu terjadi di fase awal kehidupan anak-anak karena kurangnya nutrisi untuk perkembangan otak pada bayi dan anak-anak di bawah usia 2 tahun dapat memiliki efek buruk pada perkembangan kognitif.
"Jika otak anda tidak pernah berkembang sepenuh kapasitasnya, maka anda tidak akan mendapatkan manfaat maksimal dari pendidikan yang anda tempuh."Kata Bergman.
Menurut The Hunger Project, hal di atas dapat memiliki efek jangka panjang, yang takkan pulih bahkan jika seseorang diberikan nutrisi yang tepat di kemudian hari; dan memengaruhi prospek serta peluang kerja hingga dewasa. Orang dewasa yang mengalami kekurangan gizi ketika mereka masih anak-anak, menurut World Health Organization, berpenghasilan rata-rata 20% lebih rendah dibanding mereka yang cukup gizi.
Suasana hati yang selalu berubah-ubah
Kemarahan dan merasa tertekan bersama dengan tanda-tanda lain, menurut Allie Gregg, seorang ahli diet terdaftar dan berlisensi, juga dapat mencerminkan seorang anak menderita kekurangan gizi. Perlu juga dicatat bahwa pergeseran kesehatan mental juga dapat menjadi penyebab kekurangan gizi karena kurangnya keinginan untuk makan sehingga hubungan antara keduanya merupakan sebuah siklus dan tentunya harus dibicarakan dengan seorang profesional.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H