Wacana publik global untuk mendesak China membayar kompensasi atas kerusakan yang disebabkan oleh pandemi coronavirus yang ditengarai berasal dari kota Wuhan masih terus menggema dan hal itu rupanya membuat Presiden Xi Jinping serta jajarannya tidak bisa tinggal diam.
Presiden Donald Trump dalam jumpa pers (27/4) menyatakan bahwa AS akan menuntut kompensasi "substansial"atas penanganan Beijing terhadap wabah coronavirus yang sebenarnya bisa dicegah penyebarannya dan menambahkan bahwa pemerintah AS sedang melakukan "penyelidikan serius" tentang asal-usul pandemi ini serta, " ... ada banyak cara anda dapat meminta pertanggungjawaban mereka (China)."
Keesokan harinya pemerintah China melalui juru bicara Kementerian Luar Negeri  Geng Shuang dalam sebuah konferensi pers membalas ucapan Trump dengan menyatakan,"Kami menyarankan politisi Amerika untuk mendalami masalah mereka sendiri dan mencoba yang terbaik untuk mengendalikan epidemi sesegera mungkin, ketimbang terus terus memainkan trik untuk menyangkal kesalahan." (The New York Times, 29 April 2020).
Bukan hanya di negeri Trump, nyatanya China juga merasa perlu membela diri di Australia. Duta Besar China untuk Australia Cheng Jingye memperingatkan pada hari Senin bahwa seruan pemerintah Negeri Kangguru itu untuk melakukan penyelidikan internasional independen tentang asal-usul pandemi ini dapat mengarah pada boikot konsumen China terhadap produk dan layanan Australia.
"Mungkin orang awam akan berkata,' Mengapa kita harus minum anggur Australia? (Atau) makan daging sapi Australia? ''Kata Jingye dalam sebuah wawancara yang diterbitkan oleh The Australian Financial Review.
Menanggapi hal itu Menteri Luar Negeri Australia Marise Payne menolak upaya China untuk melakukan "pemaksaan ekonomi."
Sebagaimana diketahui Australia adalah salah satu negara yang sangat bergantung pada China sebagai pembeli dari sepertiga ekspornya dan konflik dapat membawa konsekuensi serius. Konflik pandemi ini, menurut The New York Times, merupakan ledakan magma atas upaya sebelumnya pemerintah China untuk mempengaruhi politik Australia melalui sumbangan dan tekanan.
Perang kata-kata antar pemerintah kedua negara tampaknya telah dimulai pada 17 April 2020, ketika Menteri Dalam Negeri Australia Peter Dutton menuntut transparansi yang lebih besar dari China mengenai asal-usul coronavirus.
Kedutaan Besar China menuduhnya membeo propaganda Amerika. Namun Perdana Menteri Scott Morrison, yang telah berupaya keras untuk tetap dekat dengan Trump, mendukung bawahannya itu dan terus mendesak agar China memberikan akuntabilitas yang lebih sesuai dengan tuntutan Gedung Putih (The New York Times, 29 April 2020).
Morrison berbicara dengan Trump (21/4) lalu esoknya mengumumkan bahwa ia mendukung perombakan World Health Organization (WHO), termasuk dalam perekrutan penyelidik yang sama ketatnya dengan seleksi "pemeriksa senjata" untuk menentukan sumber wabah penyakit.
Di Perancis awal bulan ini, duta besar China dipanggil oleh kementerian luar negeri untuk membahas sebuah artikel yang dirilis di situs kedutaan yang mengklaim negara-negara Barat membiarkan orang tua meninggal di panti jompo. Hal itu telah menyebabkan anggota parlemen Perancis mengeluhkan Beijing karena menyebarkan informasi yang salah.