Fokus pemeriksaan Covid-19 di AS, menurut Direktur National Center for Immunization and Respiratory Diseases Dr Nancy Messonier, terutama difokuskan pada orang-orang yang memiliki gejala-gejala sebagaimana tersebut di atas yang berhubungan secara dekat dengan pasien-pasien terkonfirmasi Covid-19 atau punya catatan perjalanan dari daerah-daerah epidemik, dan tentu saja pertimbangan klinis juga termasuk di dalamnya.
Sebelum adanya perumusan ini, hanya orang yang pernah berkunjung ke China atau terhubung dekat dengan pasien dikonfirmasi yang masuk kriteria prioritas pemeriksaan.
CDC mengatakan kriteria  "dimaksudkan sebagai pedoman untuk evaluasi. Sementara dalam konsultasi dengan Departemen Kesehatan masyarakat, pasien harus dievaluasi berdasarkan kasus per kasus untuk menentukan perlunya pengujian."
Pemeriksaan Covid-19 tidak mudah
Para dokter di AS harus menghubungi hotline Covid-19 sebelum menentukan apakah pasiennya memenuhi kriteria CDC sebagai pasien yang memang harus diperiksa di State Public Health Lab.
Ribetnya urusan memenuhi kriteria ini, menurut Dr. Jeffrey Duchin pejabat kesehatan untuk Seattle dan King County (Washington), membuat proses identifikasi coronavirus jadi lebih lambat karena terkendala oleh kemampuan pengujian lokal dan kriteria yang ketat tentang siapa yang akan diuji (CNN, 4 Maret 2020).
Kendala lain dalam pemeriksaan coronavirus adalah belum tersedianya set alat periksa (test kit set) yang kapabel untuk dikirim ke unit-unit kesehatan lokal. Instansi berwenang di AS masih terus melakukan pengujian terhadap set alat periksa ini setelah hasil uji awal CDC menunjukkan hasil yang mengecewakan.
Pemeriksaan coronavirus di Indonesia
Sementara di Indonesia, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) yang awalnya bersikeras menunjuk Balitbangkes Jakarta sebagai satu-satunya instansi yang diijinkan melakukan pemeriksaan tenggorokan dan mengumumkan hasilnya, kini telah menunjuk Badan Teknologi, Kesehatan, dan Linkungani (BTKL) di 10 kota -- Batam, Medan, Palembang, Makassar, Manado, Ambon, Jakarta, Yogyakarta, Surabaya dan Banjarmasin --- untuk melakukan tes (The Jakarta Post, 4 Maret 2020).
Namun, menurut jurubicara penanganan kasus Covid-19 Achmad Yurianto, laboratorium hanya akan melakukan tes reaksi berantai polimerase (PCR), yang digunakan untuk menentukan apakah seseorang telah tertular sindrom pernapasan akut parah coronavirus 2 (SARS-CoV-2) yang menyebabkan covid-19. Hanya balitbangkes, tambahnya, yang memiliki kemampuan untuk melakukan reversi-transkripsi polimerase reaksi berantai (RT-PCR) untuk mengidentifikasi virus yang menginfeksi pasien jika mereka dinyatakan negatif untuk coronavirus.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H