Mohon tunggu...
Wahyuni Susilowati
Wahyuni Susilowati Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Jurnalis Independen

pengembaraan raga, penjelajahan jiwa, perjuangan menggali makna melalui rangkaian kata .... https://www.youtube.com/c/WahyuniSusilowatiPro

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pilunya Nasib Warga China Uighur di Arab Saudi

29 Januari 2020   05:09 Diperbarui: 29 Januari 2020   05:31 1624
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setengah lusin keluarga Muslim Uighur di Arab Saudi menunjukkan paspor mereka  - beberapa diantaranya sudah kadaluwarsa dan sisanya sudah mendekati akhir masa berlaku - pada wartawan AFP seraya mengatakan bahwa mereka takut kembali ke China dimana lebih dari satu juta warga Uighur diyakini telah ditahan dalam kamp-kamp hukuman (BangkokPos.com, 26 Januari 2020).

Konsulat China di Arab Saudi berhenti memperbarui paspor bagi warga etnis minoritas Muslim tersebut sejak lebih dari dua tahun lalu dan kini hanya menawarkan dokumen perjalanan satu arah ke China. Sebuah taktik untuk memaksa mereka pulang.

Warga Uighur kini dihadapkan pada dua pilihan muskil antara pulang ke negeri mereka dengan resiko dijebloskan ke kamp atau tetap tinggal di Saudi secara ilegal dibayangi ketakutan akan dideportasi.

Ketakutan masyarakat Uighur pun kian bertambah saat harus menghadapi sikap menutup mata dari negara-negara berpenduduk mayoritas Muslim yang enggan bersinggungan dengan China yang merupakan salah kekuatan ekonomi terbesar di dunia. Keprihatinan mendalam mereka juga tertuju pada kian dekatnya hubungan antara Kerajaan Saudi, tempat dua kota suci Islam Mekah dan Medinah berada, dengan China yang merupakan importir terbesar minyak Saudi.

Media pemerintah China bahkan mengutip pernyataan Putra Mahkota Mohammed bin Salman tahun lalu yang berbunyi,'Arab Saudi mendukung "hak-hak China untuk mengambil tindakan kontra-terorisme dan de-ekstremisme'terkait perlakuan terhadap warga Muslim Uighur.

Tahun ini, nampaknya untuk membalas dukungan sang pangeran, China pun memberikan dukungannya pada Kerajaan Saudi atas penanganan persidangan pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi yang memicu kecaman global setelah para pembantu terdekat Mohammed bin Salman yang diduga terlibat dibebaskan dari tuduhan.

Beberapa ratus orang Uighur diperkirakan berada di Arab Saudi dan merupakan sebuah komunitas yang sudah kehilangan hak pilih dimana sebagian besar mereka adalah mahasiswa, pedagang, dan pencari suaka yang mayoritas sudah putus komunikasi dengan keluarga mereka di China.Mereka selalu waspada agar tak terjebak berinteraksi dengan orang-orang yang dicurigai sebagai mata-mata China, sementara sebagian dari mereka harus hidup secara sembunyi-sembunyi.

Seorang pengusaha Uighur yang sudah menetap di Saudi memperlihatkan pada AFP salinan delapan paspor kadaluwarsa milik sesama warga Uighur yang menjadikan mereka imigran gelap,"Selama dua tahun terakhir ini akan lebih banyak orang Uighur yang tidak memiliki kewarganegaraan."Paparnya seraya menambahkan bahwa banyak pula yang memutuskan lari ke negara yang mampu mereka jangkau seperti Turki dan Swedia.

Sejumlah ekstradisi juga telah dilakukan oleh Arab Saudi, Mesir, dan Thailand. Belum jelas benar apakah Riyadh melakukan deportasi atas tekanan China atau sekedar tindak lanjut dari operasi penyapuan warga ilegal di wilayahnya. Pihak kedutaan China menyatakan pada AFP bahwa 'mereka tidak bekerjasama dengan pihak berwenang Saudi dalam urusan deportasi orang-orang Uighur', sementara para pejabat Saudi memilih bungkam.

Seorang mahasiswa Uighur di Saudi mengatakan kepada AFP bahwa tiga temannya yang dideportasi sejak akhir 2016 "tidak bisa dilacak" setelah tiba di China, kemungkinan besar sekarang menjadi tahanan di tempat yang dinamai Beijing sebagai 'kamp pendidikan' yang dibangun untuk melawan ekstremisme.

Warga Uighur yang terhubung dengan Saudi karena faktor pendidikan atau pekerjaan memang sangat rentan menjadi sasaran gerakan yang, oleh para pengamat, disebut kampanye "anti-Saudi" Beijing untuk menghalau pengaruh ektremis dalam kehidupan Muslim China.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun