Mohon tunggu...
Sabrina Yudhistira Jumiranto
Sabrina Yudhistira Jumiranto Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

43223110015 - S1 Akuntansi - Fakultas Ekonomi dan Bisnis - Universitas Mercu Buana - Pendidikan Anti Korupsi dan Etik UMB - Dosen pengampu Prof. Dr, Apollo, M.Si.Ak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Diskursus Sigmund Freud dan Fenomena Kejahatan Korupsi di Indonesia

19 November 2024   20:57 Diperbarui: 19 November 2024   20:57 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Namun, tidak semua orang tua memberikan dukungan yang tepat. Beberapa orang tua malah menghukum, mengejek, atau memalukan anak untuk memberikan efek jera. Freud menganggap bahwa respons orang tua yang tidak tepat dapat menyebabkan dampak negatif. Jika orang tua terlalu keras atau mulai pelatihan toilet terlalu dini, Freud percaya ini dapat membentuk kepribadian anal-retentif, di mana individu tersebut menjadi terlalu teratur, kaku, dan obsesif.

*Tahap phallis 

Pada tahap phallic, perhatian utama anak terfokus pada organ reproduksi. Anak mulai menyadari perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Freud juga percaya bahwa anak laki-laki mulai melihat ayah mereka sebagai pesaing karena ibu harus membagi kasih sayangnya dengan ayah. Kompleks Oedipus menggambarkan perasaan anak laki-laki yang ingin memiliki ibu dan menggantikan posisi ayah. Namun, anak juga merasa takut bahwa ayah akan menghukum mereka karena perasaan tersebut.

*Tahap laten 

Periode laten adalah masa eksplorasi di mana energi seksual tetap ada, namun diarahkan ke hal-hal lain seperti pencapaian intelektual dan interaksi sosial. Tahap ini sangat penting untuk mengembangkan keterampilan sosial, komunikasi, dan rasa percaya diri. Freud menggambarkan fase laten sebagai periode yang relatif stabil. Karena itu, fase ini sering kali tidak disebutkan sebagai tahap utama dalam teori, melainkan sebagai periode yang terpisah.

*Tahap genital 

Pada tahap terakhir perkembangan psikoseksual, individu mengembangkan minat seksual yang mendalam terhadap lawan jenis. Sementara pada tahap sebelumnya, fokus utama adalah pada pemenuhan kebutuhan pribadi. Pada tahap ini, perhatian terhadap kesejahteraan orang lain mulai muncul. Jika tahap-tahap sebelumnya berhasil dilalui dengan baik, individu diharapkan menjadi pribadi yang seimbang, penyayang, dan peduli. Tujuan dari tahap ini adalah mencapai keseimbangan antara berbagai aspek kehidupan.

Tahap-tahap perkembangan kepribadian biasanya berlangsung secara normal, bergerak dari satu tahap ke tahap berikutnya. Namun, terkadang perkembangan kepribadian seseorang bisa terhambat. Meskipun usia bertambah, individu mungkin masih terjebak dalam tahap perkembangan yang lebih awal. Freud menyebut kondisi ini sebagai fiksasi.

Ketidakpuasan pada masa oral, seperti saat disapih atau kelahiran adik dapat menyebabkan gejala regresi (kemunduran), di mana anak menjadi lebih bergantung pada orang tua dan menunjukkan perasaan cemburu. Hal ini bisa memengaruhi perkembangan kepribadian anak, membuatnya merasa tidak aman, selalu ingin perhatian, dan egosentris. Sebaliknya, kepuasan berlebihan juga dapat berdampak buruk, mengarah pada ketidakmandirian, bersikap tamak, dan haus perhatian. 

Selain itu, kepuasan berlebihan pada fase oral dapat membentuk oral incorporation personality pada masa dewasa, yaitu kepribadian yang terfokus pada pengumpulan pengetahuan atau harta benda serta membuat seseorang mudah terpengaruh orang lain. Sedangkan ketidakpuasan dapat menyebabkan sifat tamak dan selalu merasa tidak puas dalam mengumpulkan harta.

Fiksasi pada tahap oral yang dikemukakan oleh Freud dapat dikaitkan dengan perilaku korupsi, di mana ketidakpuasan dan keinginan berlebihan untuk memenuhi kebutuhan pribadi mendorong individu menjadi tamak, mengumpulkan kekayaan secara tidak sah, atau bergantung pada kekuasaan. Hal ini juga dapat mengarah pada sikap manipulatif dan dominan yang sering terlihat dalam tindakan korupsi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun