Mohon tunggu...
Sabrina Yudhistira Jumiranto
Sabrina Yudhistira Jumiranto Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

43223110015 - S1 Akuntansi - Fakultas Ekonomi dan Bisnis - Universitas Mercu Buana - Pendidikan Anti Korupsi dan Etik UMB - Dosen pengampu Prof. Dr, Apollo, M.Si.Ak

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

TB2-Kebatinan Mangkunegaran IV Pada Upaya Pencegahan Korupsi Dan Transformasi Memimpin Diri Sendiri

16 November 2024   22:10 Diperbarui: 17 November 2024   05:31 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam Serat Wedhatama, Mangkunegara IV menekankan pentingnya etika dan kesopanan dalam bertindak, terutama dalam pertemuan atau interaksi sosial, tidak berbuat yang kurang sopan sehingga memalukan (gonyak-ganyuk nglelingsemi). 

Nasihat ini mengajarkan agar pemimpin tidak bertindak sembarangan atau semaunya sendiri (nggugu karepe priyangga), melainkan selalu mempertimbangkan situasi dan norma yang ada. Pemimpin harus menjaga sikap agar tidak terkesan kurang sopan atau memalukan orang lain (gonyak-ganyuk nglelingsemi) dan berbicara dengan bijaksana, tidak hanya untuk menghindari dipandang bodoh atau demi pujian pribadi.

Selain itu, Mangkunegara IV mengingatkan bahwa pemimpin harus "menempatkan diri" dengan baik (troping angganiralmnel) dan mematuhi tatanan yang ada (angger ugering keprabon) yang artinya harus menghormati aturan, norma sosial dan hukum yang berlaku. 

Hal ini sangat relevan dalam konteks pemberantasan korupsi karena pemimpin yang baik harus bertindak dengan bijak, mengedepankan kepentingan umum dan menjaga integritasnya, tanpa terpengaruh oleh kepentingan pribadi atau dorongan untuk mendapatkan pujian.

4.Bijaksana dalam Bergaul dengan Semua Kalangan (Pandai Bersosialisasi)

Menurut Serat Wedhatama, orang yang berbudi baik biasanya mampu menjalin hubungan yang harmonis dengan berbagai kalangan (bangkit ajur ajer). Meskipun ia memiliki pemahaman yang benar dan terkadang berbeda pandangan dengan orang lain, ia tetap bersikap ramah dan menjaga perasaan mereka (mung ngenaki tyasing lyan).

Kadang-kadang, orang berbudi akan bersikap rendah hati dan berpura-pura tidak tahu untuk menghindari konflik atau membuat orang lain merasa nyaman (den bisa mbusuki ujaring janmi). Selain itu, seorang yang bijaksana akan menghadapi orang yang kurang pengetahuan atau bersikap tidak pantas dengan cara yang halus (sinamun ing samudana) dan penuh kelembutan (sesadon ing adu manis).

Nasihat ini mengajarkan pentingnya sikap rendah hati, toleransi dan kebijaksanaan dalam berinteraksi. Pemimpin yang baik harus mampu menghormati perbedaan, menjaga harmoni dan menanggapi masalah dengan cara yang penuh kebijaksanaan dan empati, tanpa merendahkan orang lain.

5.Menghindari Kesombongan dan Merendahkan Orang Lain (Hindari Sifat Sombong dan Meremehkan Orang Lain)

Dalam Serat Wedhatama, Mangkunegara IV menasihati agar seseorang tidak meniru perilaku orang yang bodoh, di mana sering berbicara berlebihan tanpa dasar yang jelas (ngandhar-andhar angendhukur, kandhane nora kaprah). Orang seperti ini cenderung sombong (anggung gumrunggung) dan selalu menginginkan pujian setiap saat (ugungan sedina-dina).

Orang dengan pengetahuan yang terbatas tetapi memiliki kesombongan yang tinggi sering menunjukkan sifat aslinya melalui ucapan dan sikapnya. Mereka tidak mau kalah dalam perdebatan (lumuh asor kudu unggul) dan kerap merendahkan orang lain (sumengah sesongaran).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun