Mohon tunggu...
Sabrina Larasati
Sabrina Larasati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pendidikan Sosiologi Universitas Negeri Jakarta

Artikel Bebas

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dampak Pembelajaran Daring: Degradasi Moral Siswa

23 Oktober 2022   18:06 Diperbarui: 23 Oktober 2022   18:15 737
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sabrina Larasati

Prodi Pendidikan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Jakarta

sabrinalarasatii12@gmail.com

ABSTRAK

Pandemi covid-19 merubah sistem pendidikan dari semula luring menjadi daring dengan menggunakan gadget dan aplikasi online sebagai media pembelajarannya. Pembelajaran daring dipilih karena dianggap sebagai metode yang paling tepat di tengah wabah covid-19 dengan tidak menghadirkan siswa dan guru bertemu secara tatap muka. Meskipun dianggap sebagai kebijakan yang tepat, pembelajaran daring berdampak pada terhambatnya penanaman nilai moral siswa dan pendidikan karakter. Hal ini dibuktikan dengan terjadinya kasus-kasus degradasi moral yang dilakukan para siswa selama pembelajaran daring seperti bertingkah laku kurang sopan kepada guru, minimnya tingkat disiplin siswa, dan menurunnya tingkat kejujuran siswa. Dalam teori interaksionisme simboliknya Mead, Self mengalami perkembangan melalui proses sosialisasi. Penyebab degradasi moral yang dialami siswa karena terhambatnya proses sosialisasi pendidikan karakter yang seharusnya dilakukan oleh sekolah sebagai agen sosialisasi membuat Self tidak mengalami perkembangan karena proses sosialisasinya terhambat. Sehingga, perlu dibentuk kembali moral siswa dalam pendidikan karakter agar dapat terbangun konsep "Me" yang selalu mempertimbangkan aturan serta norma yang berlaku di masyarakat dalam setiap tindakan.

Kata Kunci: pembelajaran daring, pendidikan karakter, penurunan moral, proses sosialisasi, agen sosialisasi

 

PENDAHULUAN

Pada penghujung tahun 2019, dunia dihebohkan dengan kabar munculnya virus dari Wuhan, China. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menamakan virus ini COVID 19. Virus ini menyebar dengan cepat ke seluruh dunia karena sangat menular dan mudah beradaptasi di semua lokasi dan kondisi. Februari 2020 adalah saat virus COVID-19 mulai menyebar di Indonesia. Penyebaran COVID 19 di Indonesia dimulai ketika warga negara Indonesia yang baru pulang dari Wuhan terinfeksi virus COVID 19. Pemerintah segera mengambil langkah strategis untuk menekan penyebaran virus COVID-19 di Indonesia dengan melacak orang-orang yang baru pulang dari luar negeri. Kondisi pandemi covid-19 ini juga memaksa pemerintah mengeluarkan kebijakan baru mengenai sistem pembelajaran sekolah, yang semula luring menjadi daring.

Menurut KBBI Kemendikbud Pusat, pembelajaran daring adalah aktivitas belajar yang terhubung jaringan internet. Aktivitas belajar, mengajar, mengumpulkan tugas, dan interaksi guru dengan murid berlangsung tanpa tatap muka. Pemilihan kebijakan sistem pembelajaran sekolah menjadi daring tentunya sudah dipertimbangkan secara matang dan dilansir data menurut who.int, covid-19 dapat menyebar secara lansung dan tidak langsung (melalui benda atau permukaan yang terkontaminasi) atau kontak erat dengan orang yang terinfeksi melalui sekresi mulut dan hidung. Sekresi ini meliputi air liur, sekresi pernapasan, atau droplet (percikan) sekresi. Sekresi ini dikeluarkan dari mulut atau hidung misalnya ketika orang yang terinfeksi batuk, bersin, atau berbicara. Orang-orang yang berada dalam jarak dekat (1 meter) dengan orang yang terinfeksi dapat terpapar covid-19 ketika percikan infeksius masuk ke mulut, hidung atau mata mereka. Berdasarkan cara penyebarannya akan sangat beresiko jika pemerintah tetap diam dan memaksakan sistem pembelajaran sekolah tetap luring di tengah kondisi seperti itu dan sistem pembelajaran sekolah daring menjadi kebijakan yang tepat.

Meskipun pembelajaran daring dianggap sebagai kebijakan yang paling tepat dan efektif dalam penanganan covid-19 di bidang pendidikan, tetapi nyatanya mempunyai dampak negatif pada penanaman nilai moral terhadap karakter siswa. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) karakter atau watak adalah sifat batin yang mempengaruhi segenap pikiran, perilaku, budi pekerti, dan tabiat yang dimiliki manusia. Dalam mengembangkan pendidikan karakter perlu ditanamkan nilai-nilai karakter agar pendidikan dapat berjalan dengan baik. Pendidikan tidak hanya membuat siswa mendapatkan pengetahuan saja, tetapi menumbuhkan kesadaran dalam bertindak dengan mempertimbangkan akibat dari perbuatannya.

Salah satu faktor yang mendasari terhambatnya penanaman pendidikan karakter kepada siswa karena terbatasnya interaksi sosial secara langsung antara siswa dengan siswa dan antara siswa dengan guru. Hal ini disebabkan kurang terjalinnya aspek-aspek interaksi sosial saat pembelajaran daring. Aspek-aspek sosial yang dimaksud ialah:

Partowisastro menurutnya aspek-aspek interaksi sosial digolongkan menjadi tiga aspek, yaitu:

a. Kontak sosial, yaitu membangun hubungan, penerimaan dan dukungan dari teman, dan keterbukaan dalam kelompok, individu menunjukkan keterbukaan terhadap kelompok.

b. Aktivitas bersama, individu bekerja sama dalam kelompok. Individu ingin berpartisipasi dalam kegiatan kelompok dan menyumbangkan ide untuk kemajuan kelompok

c. Frekuensi hubungan dalam kelompok. Individu sering menghabiskan banyak waktu untuk bertemu dengan anggota kelompok, menikmati obrolan intim, dan mengunjungi teman.

Pada pembelajaran daring siswa tidak melaksanakan kontak sosial dengan maksimal yaitu hubungan antara guru dan siswa dalam proses penerimaan informasi khususnya pada penanaman nilai moral yaitu pendidikan karakter. Pembelajaran daring berdampak signifikan terhadap perkembangan karakter siswa dan membuat peran sekolah sebagai agen sosialisasi dalam pendidikan karakter tidak tersampaikan dengan baik dan tuntas. Ketika proses sosialisasi siswa mengenai penanaman nilai moral dalam pendidikan karakter terhambat, para siswa yang belajar melalui pembelajaran daring mengalami penurunan moral atau degradasi moral.

Menurut kamus besar bahasa Indonesia degradasi adalah kemunduran atau kemerosotan dan menurut Immanuel Kant moralitas adalah hal keyakinan dan sikap bathin dan bukan hal sekedar penyesuaian aturan dari luar, entah itu aturan hukum Negara, agama atau adat istiadat. Maka degradasi moral adalah berkurangnya perilaku manusia akibat ketidakpatuhan terhadap hati nurani karena kurangnya kesadaran akan kewajiban mutlak.

Menurut Kuypers manusia sebagai makhluk sosial berarti sepanjang hidupnya harus selalu menjalin hubungan sosial dengan manusia atau individu lain karena terus membentuk kepribadiannya dimanapun berada sampai mati. Inilah sebabnya mengapa manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup sendiri dalam komunitas manusia lain (Santoso, S. A., & Chotibuddin, 2020). Degradasi moral yang dialami para siswa dalam pembelajaran daring membuat siswa bertindak tidak sesuai dengan aturan dan norma yang berlaku dan mempengaruhi interaksi sosial karena menggangu keseimbangan aturan dan norma yang telah menjadi kesepakatan di dalam masyarakat itu sendiri. Penanaman moral dalam pendidikan karakter bagi siswa sangatlah penting karena manusia harus bertindak dan berperilaku sesuai dengan aturan serta norma yang ada dan manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa manusia lain.

Tindakan sosial atau aksi pada dasarnya adalah sebuah tindakan di mana seseorang bertindak dengan selalu mempertimbangkan orang lain di dalam pikirannya. Dalam teori interaksionisme simboliknya Mead, Self mengalami perkembangan melalui proses sosialisasi dan diri sebagai subyek atau "I" adalah sisi non-reflektif. Dia bereaksi terhadap tindakan nyata tanpa refleksi atau refleksi. Jadi ketika ada tindakan "I" langsung bereaksi tanpa berpikir atau mempertimbangkan. Tetapi apabila di antara Aksi dan Reaksi itu ada sedikit pertimbangan, pikiran, atau refleksi, maka pada waktu itu "I" telah menjadi "Me". Diri sebagai subyek yang bertindak "I" hanya berada dalam saat bertindak itu. Ketika kemudian dia melihat kembali tindakannya itu, maka pada waktu itu "I" telah menjadi "Me". Hal ini karena "Me" bertindak dengan mempertimbangkan nilai serta norma yang berlaku di masyarakat. Sehingga, kegagalan proses sosialisasi sekolah dalam penanaman nilai moral dan pendidikan karakter membuat siswa cenderung apatis atau tidak mempertimbangkan orang lain di pemikirannya ketika bertindak. Kegagalan proses sosialisasi ini yang membuat siswa mengalami degradasi moral.

TEMUAN

Ada beberapa faktor yang menyebabkan turunnya sikap sosial siswa. (1) faktor internal, faktor internal yang timbul dalam diri orang itu sendiri. (2) faktor eksternal; Faktor ini terjadi di luar manusia. Meliputi lingkungan, keluarga, masyarakat dan sekolah. Hurlock (2000) menyatakan bahwa salah satu hal yang dapat dikembangkan sekolah adalah bahwa orang tua, guru, dan orang lain yang memiliki tanggung jawab membimbing anak harus membantu mereka menyesuaikan diri dengan pola yang diterima, menunjukkan adanya aturan. Hal ini dilakukan dengan menetapkan aturan perilaku yang telah ditentukan sebagai pedoman. Aturan membimbing perilaku anak dan memotivasi mereka untuk bertindak sesuai dengan harapan masyarakat.

Ditemukan beberapa kasus yang dapat memperkuat bahwa proses sosialisasi pendidikan karakter saat pembelajaran daring kurang maksimal dan membuat para siswa mengalami penurunan moral atau degradasi moral. Kasus yang pertama, melansir dari data dream.co.id ketika guru memberikan tugas melalui chat Whatsapp grup kelas, siswa bukannya langsung mengerjakan tugas tetapi malah beramai-ramai keluar dari grup dan hanya tersisa satu siswa di dalam grup kelas tersebut. Lalu ketika guru kembali mengirimkan pesan yaitu bertanya mengenai progres tugas, siswa yang terakhir itupun turut meninggalkan grup tanpa menjawab pertanyaan dari sang guru. Selanjutnya pada kasus yang serupa, melansir dari hits.suara.com saat guru mengirimkan pesan kepada siswanya untuk mengerjakan tugas melalui chat Whatsapp grup, tetapi guru tersebut justu dikeluarkan dari grup kelas.

Selama pembelajaran daring melalui aplikasi contohnya via Zoom Meeting atau Google Meet sangat sedikit siswa yang menghargai guru dengan membuka kameranya selama pembelajaran berlangsung. Para siswa cenderung apatis dan minim rasa untuk menghargai orang lain. Selain itu, rasa kejujuran siswa juga menurun selama pembelajaran daring karena mudahnya akses mencari informasi sehingga pada saat berlangsungnya ujian atau pemberian tugas, mereka melakukan kerja sama antara satu dengan yang lain atau mencari jawaban di internet. Tingkat kedisiplinan juga cenderung menurun, dapat dilihat ketika absensi akan banyak siswa yang telat mengisi karena bangun kesianan. Padahal sudah seharusnya setiap hari senin sampai jumat bangun pagi untuk bersekolah tanpa memperdulikan sekolahnya via daring atau luring.

Penjelasan di atas selaras dengan data balitbangdiklat.kemenag.go.id, mengenai survei karakter siswa yang dilakukan oleh Pusat Studi Agama dan Pendidikan Agama pada tahun 2021 menunjukkan angka indeks rata-rata lebih rendah dibandingkan hasil indeks tahun lalu. Indeks kepribadian sekolah menengah tahun ini adalah 69,52, dua poin di bawah benchmark tahun lalu (71,41). Karena survei kepribadian sebenarnya dilakukan dalam suasana dunia pendidikan menghadapi pandemi infeksi virus corona baru, dampak infeksi virus corona baru diduga kuat menjadi penyebab turunnya indeks. Suasana yang akan mempengaruhi tingkat kecerdasan kepribadian mahasiswa tahun ini sudah diantisipasi sejak awal. Dari lima dimensi yang disurvei yaitu religiusitas, nasionalisme, kemandirian, gotong royong dan kejujuran nyatanya hanya dimensi nasionalisme yang mendapat nilai lebih tinggi (74,26) dibandingkan survei tahun lalu (74,13). Empat dimensi lainnya mengalami penurunan, namun penurunan terbesar adalah pada kemandirian siswa.

SIMPULAN

Pada pembelajaran daring yang menjadi kebijakan pemerintah dalam menangangi covid-19 terjadi penurunan moral atau degradasi moral, seperti menurunnya tingkat kejujuran dan kedisiplinan siswa dalam pembelajaran daring. Siswa terlambat dalam mengikuti proses pembelajaran, tidak menyelesaikan tugas yang diberikan guru, dan mencari jawaban tugas di Google. Hal ini dikarenakan guru tidak bertemu langsung dengan siswa, sehingga sulit untuk memberikan bimbingan dan nasehat. Dibuktikan dengan ditemukan beberapa temuan kasus mengenai tindakan siswa yang kurang sopan terhadap guru.

Sebelum pandemi, pendidikan karakter dilakukan di bawah pengawasan langsung guru. Kegiatan yang mendukung pembentukan karakter juga dilakukan secara langsung sehingga dapat diukur keberhasilannya. Kegiatan pembelajaran daring tidak menjamin siswa akan mendapatkan pendidikan karakter dari orang tua. Pembentukan karakter tidak dijalankan secara optimal ketika pembelajaran daring, karena transfer pengetahuan atau proses pembelajaran lebih mungkin terjadi.

Dalam bertindak manusia harus selalu mengukur dampak atau impaknya untuk orang lain yang terlibat dalam tindakan itu. Sekalipun ada manusia yang bertindak tanpa berpikir namun manusia mempunyai kemampuan untuk melakukan tindakan sosial, yakni tindakan yang terarah atau yang mempunyai tujuan tertentu dan sosialisasi menjadi media untuk memahami norma serta aturan yang menjadi pertimbangan dalam melakukan tindakan. Sosialisasi adalah proses yang bersifat dinamis. Di dalam proses itu, manusia tidak cuma menerima informasi melainkan dia menginterpretasi dan menyesuaikan informasi itu sesuai dengan kebutuhannya.

Dalam sosialisasi terdapat proses sosialisasi yang menjadi media dalan penanaman pendidikan karakter siswa, dimana sekolah berperan sebagai agen sosialisasi maka sekolah harus menggunakan berbagai pola sosialisasi untuk membentuk moral siswa. Moralitas yang diterapkan di sekolah mengenai kebiasaan berperilaku baik, meliputi kebiasaan, perbuatan, perilaku, dan tindakan. Keteraturan moral ada untuk menjaga kedamaian di dalam masyarakat. Moral dibagi menjadi dua, antara lain:

a) Moral sebagai ajaran kesusilaan, berarti segala sesuatu yang berhubungan dengan tuntutan untuk melakukan perbuatan-perbuatan baik dan meninggalkan perbuatan buruk yang bertentangan dengan ketentuan yang sudah berlaku di dalam suatu lingkungan masyarakat

b) Moral sebagai aturan, berarti ketentuan yang digunakan oleh masyarakat untuk menilai suatu perbuatan manusia, apakah dirinya sudah termasuk kedalam baik atau buruk.

Emile Durkheim, salah satu pendiri sosiologi modern, mengatakan dari perspektif pendidikan moral bahwa tidak ada masyarakat tanpa moralitas, tetapi moralitas masyarakat terbelakang bukanlah milik kita yang penting dalam kehidupan seorang anak yaitu untuk menjadikannya sebagai pribadi baik dan berakhlak mulia, serta membangkitkan generasi muda yang beretika dan berkarakter. Pendidikan moral ini sangat penting dalam membentuk karakter siswa, sehingga dapat mengerti penilaian moral yaitu mengenai apakah sesuatu itu baik atau buruk, layak atau tidak berharga, benar atau salah, siswa akan bisa menilai.

Oleh karena itu, peran sekolah sudah dalam tahap dari generalized other karena sekolah membuat aturan untuk mengatur segala hal sesuai dengan kebutuhan siswa mereka. Aturan berlaku untuk semua siswa dan guru, jadi setiap orang harus mematuhi aturan yang mereka buat bersama. Hal ini juga sesuai dengan teori moral Emile Durkheim, di mana disiplin keterikatan pada kelompok sosial dan otonomi, bila diterapkan dengan benar akan membentuk moral siswa di sekolah. Terhambatnya proses sosial dalam penanaman nilai moral siswa yaitu pendidikan karakter karena pembelajaran daring yang menyebabkan degradasi moral siswa, sudah sepantasnya menjadi tanggung jawab sekolah untuk membenahi masalah tersebut dan dibantu peran orang tua di rumah untuk memperkuat. Dalam teori interaksionisme simbolik, "Me" bertindak dengan mempertimbangkan nilai serta norma yang berlaku di masyarakat. Siswa harus menerapkan "Me" di dirinya dalam bermasyarakat dan sekolah sebagai agen sosialisasi membantu membentuk karakter siswa dengan membentuknya mempunyai pribadi baik dan dapat memahami aturan serta norma yang berlaku agar dapat diterima lalu menjadi bagian dari masyarakat. Jika siswa bertindak sesuai dengan aturan serta norma, maka kehidupan bermasyarakat akan damai karena berjalan seperti seharusnya.

DAFTAR PUSTAKA

Arafah, Sitti. "SEKOLAH SEBAGAI AGEN SOSIALISASI DALAM PEMBENTUKAN MORAL SISWA DI PONDOK PESANTREN SMP UMMUL MUKMININ MAKASSAR." PhD diss., Universitas Negeri Makassar, 2019.

Gunadha, Reza & Nur Afitria Cika Handayani. Viral! Hanya Demi Konten, Siswa Sekolah Lakukan Hal Tak Sopan Ini ke Guru. 2021. https://hits.suara.com/read/2021/02/04/132109/viral-hanya-demi-konten-siswa-sekolah-lakukan-hal-tak-sopan-ini-ke-guru?page=all. (diakses pada 22 November 2022)

Gunadha, Reza. Viral Siswa Nekat 'Kick' Guru saat Kelas Online, Aksinya Dikecam Publik. 2021. https://www.suara.com/news/2021/08/06/181231/viral-siswi-nekat-kick-guru-saat-kelas-online-aksinya-dikecam-publik. (diakses pada 22 November 2022)

Heriyanti, Indah Pratiwi. Waspada Penurunan Karakter Kesopanan pada Masa Pandemi. 2021. https://koranbernas.id/waspada-penurunan-karakter-kesopanan-pada-masa-pandemi. (diakses pada 22 November 2022)

Irwanto, Didik. Susahnya Membangun Karakter Siswa di Masa Pandemi Covid-19. 2020. https://ayoguruberbagi.kemdikbud.go.id/artikel/susahnya-membangun-karakter-siswa-di-masa-pandemik-covid-19/. (diakses pada 22 November 2022)

Kodir, Abdul, and Berlianto Haris. "Faktor--Faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya Sikap Sosial Siswa Pada Masa Pandemi Covid-19 Di SMPI As-Shofiani Ahmadi." Jurnal Serambi Akademica 9, no. 7 (2021): 1200-1204.

Murtadlo, Muhammad. Indeks Karakter Siswa Menurun: Refleksi Pembelajaran Masa Pandemi. 2021. https://balitbangdiklat.kemenag.go.id/berita/indeks-karakter-siswa-menurun-refleksi-pembelajaran-masa-pandemi. (diakses pada 22 November 2022)

Raho, Bernard. Teori Sosiologi Modern (Edisi Revisi). Bantul Yogyakarta: Ledalero. 2021.

Sugiono. Guru Beri Tugas Via WhatsApp, Siswa Ramai-ramai Left Group. 2020. https://www.dream.co.id/lifestyle/guru-beri-tugas-sekolah-via-whatsapp-siswa-ramai-ramai-keluar-dari-grup-wa-2006197.html. (diakses pada 22 November 2022)

Umar, Aziz. Pendidikan Karakter yang (terasa) Hilang di Masa Pandemi. 2022. https://www.republika.co.id/berita/r6q3g6483/pendidikan-karakter-yang-terasa-hilang-di-masa-pandemi. (diakses pada 22 November 2022)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun