"Dare yang lain ada gak? Aku gak mau ke rumah itu." Sam bernegosiasi dengan teman-temannya.
Zara menyilangkan tangannya. "Gak ada! Ayo lah, tadi kamu sendiri yang bilang ke Nathan untuk jangan jadi pengecut. Sekarang kenapa malah kamu yang jadi pengecut, Sam?"
Helaan napas terdengar dari Sam, ia pun mengangguk lemah dan setuju dengan dare yang diberikan. Sayangnya, hari sudah sore dan sebentar lagi bulan akan segera menampakkan diri. Oleh karena itu, dare yang akan dijalani oleh Sam pun ditunda menjadi esok pagi di hari Minggu.
Sejak semalam Sam sudah memikirkan berbagai cara untuk kabur dari dare yang diberikan oleh teman-temannya, tetapi pagi ini rupanya Zara dan Maya sudah menjemputnya di depan indekos tempat Sam tinggal karena Sam adalah seorang anak rantau. Sam mengusap wajahnya kasar saat melihat Nathan dan Serenity yang juga ikut hadir untuk menjemputnya.
"Sialan, kenapa mereka semua bersemangat sekali sih?" gumam Sam seraya menuruni tangga indekos.
Saat Sam membuka pintu indekosnya, keempat temannya sudah menyambutnya dengan senyuman. Sam menarik napasnya dalam-dalam dan menutup pintu, kemudian mengikuti teman-temannya berjalan menuju rumah hantu.
"Kalian janjian ya untuk menjemputku di indekos?" tanya Sam dengan nada kesal.
"Zara yang meminta kami untuk datang ke kos-kosanmu pagi ini," kata Nathan, menanggapi pertanyaan Sam.
Tak ada respon dari Sam selain kata-kata umpatan yang digumamkannya. Jarak dari rumah Sam ke rumah hantu tidak begitu jauh, hanya memakan waktu lima belas menit dengan berjalan kaki. Sepanjang perjalanan, Zara sibuk meledek Sam, tetapi Sam memilih untuk tidak menghiraukannya.
"Ketuk saja," titah Zara setengah berbisik.