Mohon tunggu...
Sabrina Ayumetias
Sabrina Ayumetias Mohon Tunggu... Lainnya - Sarjana 1 - Sastra Indonesia - Universitas Pakuan Bogor

Bentuk profesionalisme dalam hidup : Menyelesaikan apa yang sudah kita mulai.

Selanjutnya

Tutup

Kkn Pilihan

Sosok Hitam Bermata Merah Dibalik Pohon Pisang

21 Mei 2024   21:25 Diperbarui: 21 Mei 2024   22:00 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar : www.kompas.com

Kisah ini saya alami sekitar 2 tahun yang lalu pada saat saya masih menjadi mahasiswa, pada saat itu saya mengikuti kegiatan organisasi himpunan mahasiswa di kampus saya, program tersebut dinamakan Bina Desa dalam artian umum masih sama dengan kegiatan KKN, program terebut bertujuan untuk melakukan kegiatan pengabdian masyarakat, mengajar, dan lain-lain. 

Pada hari pertama saya dan teman-teman menuju desa yang terletak di Desa Tugu Utara, Cisarua, Kab. Bogor. Jalan menuju desa tersebut tidaklah mudah karena medan area yang sangat curam dan jalanan yang rusak, karena desa tersebut dikelilingi oleh bukit dan kebun teh. Saya dan teman-teman menggunakan kendaraan yang berbeda ada yang mobil dan ada yang motor, disaat itu langit mulai gelap. Saya dan teman-teman yang menggunakan kendaraan bermotor menghadapi jalan yang rusak dengan kondisi cuaca yang sedang hujan deras, tidak ada lampu di sekeliling kami hanya lampu motor yang menerangi jalanan yang curam itu. 

Sesampainya kami di desa tersebut kami duduk di warung untuk beristirahat sejenak, karena hujan masih turun dan di sana sangat dingin baju kami basah akhirnya kami menuju majelis tempat kami tinggal untuk segera mengganti pakaian. Setelah semua sudah rapih kami berkumpul untuk merapatkan kegiatan dan pembagian tugas untuk esok hari. Setelah rapat kami bersantai ria, bercengkrama, dan ada juga yang tidur.

Keesokan harinya, dihari kedua kami melakukan kegiatan mengajar anak-anak desa, kami mengajar membaca, menulis ,dan berhitung sampai jam 12 siang. Lalu, kami melakukan tugas yang sudah diberikan semalam, ada yang merapihkan barang-barang yang tidak sempat dirapihkan semalam dan ada juga yang memasak untuk disantap bersama-sama. 

Selesai kami ishoma kami merapihkan bekas makanan dan lanjut bermain dengan anak-anak desa tersebut. Kami berkeliling desa untuk melihat pemandangan yang sungguh indah di sana dan sambil mencari sinyal untuk menghubungi keluarga di rumah, karena tempat kami tinggal sangat minim sinyal jadi kami harus ke kebun teh untuk mencari sinyal. 

Sore menuju malam lalu, kami bergegas untuk kembali ke majelis untuk menunaikan ibadah, bersih-bersih, memasak untuk makan malam, evaluasi kegiatan, dan istirahat. Hari demi hari mengulang kegiatan dengan lancar dan belum ada sesuatu yang aneh. Sesampainya kami di malam ketiga, saya dan 2 teman saya ingin mencari suasana dingin sambil melihat lampu-lampu yang menyala di kebun teh. Sebut saja 2 teman saya Dani dan Akbar, sesampainya kami bertiga di kebun teh kami duduk dan memainkan ponsel dan menikmati lampu-lampu yang menyala jauh dari mata kami, dan di kebun teh itu tidak ada lampu hanya bermodalkan cahaya ponsel yang kami genggam. 

Setelah puasnya kami bermain ponsel kami kembali ke majelis untuk istirahat, dan disinilah saya mengalami hal yang janggal. Saya, Dani, dan Akbar sedang berjalan menuju majelis, saya melihat sosok bayangan putih dibatang pohon pisang itu, dan yang melihat hanya saya Dani dan Akbar tidak melihat sosok itu, saya hanya diam dan segera berjalan dengan cepat menuju majelis. Sesampainya saya dan dua teman saya di majelis, kami bergegas untuk tidur namun, saya tetap diam dan tidak menceritakan hal itu pada teman-teman saya. 

Hari keempat, kami memulai kegiatan kembali, karena kami melakukan kegiatan pada bulan agustus dan ingin merayakan Hari Kemerdekaan Indonesia, kami mengadakan perlombaan dan permainan untuk bersenang-senang. Kami mengadakan kegiatan tersebut di lapangan yang letaknya lumayan jauh dari majelis sekitar 3-4 Kilometer, kami berjalan kaki menuju lapangan itu. Lapangan yang luas dan dikelilingi kebun teh kami mengadakan senam, dan kegiatan perlombaan. 

Kegiatan itu sangat menyenangkan dan melepas penat karena keindahan alam disana sangat menyejukan hati dan pikiran. Setelah lamanya kami melakukan kegiatan tersebut kami kembali ke majelis untuk ishoma, selesai ishoma kami lanjut bermain dengan anak-anak desa itu sampai sore. Sore menuju malam kami berkumpul di majelis untuk istirahat, makan, dan evaluasi kegiatan. Program kami sisa 3 hari, dalam evaluasi kegiatan ini program mengajar kami sudahi dan kembali berbagi tugas untuk kegiatan kemasyarakatan di desa tersebut. Kami membagi tugas untuk masing-masing orang, ada yang merenovasi majelis, pembangunan perpustakaan membaca, membantu petani untuk memetik daun teh di kebun, dan gotong royong bersama warga desa. 

Setelah pembagian tugas dan evaluasi, saya dan Dani pergi untuk mencari sinyal di kebun teh, tetapi di kebun teh kami tidak mendapatkan sinyal mengingat tadi kami lomba di lapangan akhirnya kami menuju lapangan untuk mencari sinyal. Suasana merinding mulai menggerayangi tubuh kami berdua yang saling menyimpan rasa takut, karena di sana seringkali kami menjumpai pohon pisang yang sangat besar dan menjulang tinggi dan di sana jugalah tempat makhluk lain berada. Lamanya kami berdua asyik bermain ponsel, saya mulai merasakan ada sesuatu yang memperhatikan kami berdua di lapangan. 

Saya memanggil Dani "Dan, balik yuk ke majelis", "Sebentar lagi" ucap Dani, saya kembali memainkan ponsel. Perasaan saya makin tidak enak menoleh sekitar lapangan yang sunyi dan hanya terdengar suara kambing yang sahut-sahutan di dalam kandang. Saya kembali memanggil Dani "Dan, ayo balik... lama banget kan masih ada besok" Akhirnya Dani mengiyakan ucapan saya, Kami berdua jalan dan benar saja ada yang memperhatikan kami berdua di lapangan, sosok hitam tinggi bermata merah di balik pohon pisang mengintai kami berdua. 

Saya dan Dani berjalan dengan cepat karena perasaan yang sangat takut, kami berdua saling menyimpan suatu hal yang ganjal yang tidak kami ceritakan di perjalanan menuju majelis. Sesampainya di majelis mulailah saya bertanya pada Dani, "Dan, liat gak tadi?", Dani membalas "Liat apa? Yang hitam itu?" ucap Dani yang langsung menebak apa yang saya lihat sebelum saya beri tahu ciri-cirinya. Saya menjawab lagi tebakan Dani "Ko... langsung tau sih?... Serem banget matanya merah Dan...", "Iya, lidahnya melet panjang banget" ucap Dani. Saya meninggalkan obrolan kami berdua dan langsung ke kamar saya dan teman-teman perempuan untuk tidur.

Hari kelima, saya dan teman-teman lainnya kembali melakukan kegiatan kemasyarakatan, saya kembali diam dan tidak menceritakan hal itu sampai selesainya kegiatan ini. Lalu, saya membantu teman yang lainnya untuk bersih-bersih area desa dan juga membantu mengamplas tembok majelis untuk dicat ulang, namun hal yang saya alami terus menggentayangi pikiran saya tetapi saya berusaha untuk melupakan dan tidak menceritakan untuk menghindari ketakutan teman-teman yang tidak mengalami hal itu. 

Waktu demi waktu yang kita jalani akhirnya kegiatan itu selesai, lalu kami kembali merapat ke majelis untuk evaluasi kegiatan dan kembali pembagian kelompok untuk membantu petani di 2 hari terakhir. Badan saya mulai tidak enak karena melihat kejadian tersebut saya memutuskan untuk pulang di hari esok dan malam ini kami berkumpul di depan majelis untuk bakar-bakar sekedar nyemil dan santai. Terjadi lagi... saat saya menoleh kanan kiri saya melihat kembali sosok yang berbeda di dekat pohon pisang, tetapi saya hanya diam dan mengalihkan suasana itu yang saya lihat hanya sosok biasa dan tidak menakutkan. Beberapa menit kemudian saya memutuskan untuk tidur duluan. Keesokan harinya saya memutuskan pulang duluan dan selesai.

Cerita yang saya alami ini nyata, saya mengikuti program ini karena saya sangat senang bersosialisasi dan kegiatan ini sangat menyenangkan, bermanfaat, dan berguna. Tanpa saya mengikuti kegiatan ini mungkin saya hanya seorang mahasiswi yang tidak memiliki pengalaman berharga di luar kampus dan tidak mengenal kehidupan di pelosok desa. Dari hal yang saya alami selama mengikuti kegiatan KKN ini saya banyak belajar tentang alam dan kehidupan lainnya yang mengisi dunia ini. Belajar untuk saling menghargai dan menjaga etika terhadap makhluk lainnya. Untuk nama dalam cerita ini hanya samaran. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kkn Selengkapnya
Lihat Kkn Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun