Kopi yang kupesan dan duduk menunggu segelas seduhan rasa itu
Aku duduk menyendiri di keramaian dengan melirik gerak tubuh
Terdiam dalam suasana ramai mematung diri dengan isi kepala yang menggerutu
Khayalan tentang kamu yang kurindukan penuh
Datanglah segelas kopi yang kupesan mengalihkan khayalan
Aku menyeruput kopi itu dengan perasaan yang sangat dalam
Teringat kembali pada khayalan itu dan kopi yang mengalir di kerongkongan
Suasana dingin yang mencekik tubuhku di sebuah malam
Keramaian itu tidak mengalihkan perasaan yang kurindukan
Kamu adalah objek yang sempurna dalam bayanganku
Suara yang berlalu lalang disekitarku menyambutmu perlahan
Dikit demi sedikit kusentuh bibirku di sisi gelas kopi membuatku terpaku
Aku berandai jika kau ada di depanku dan kita berbicara
Seolah dua sejoli yang sedang bertukar kata dan bermakna
Bincang hangat dari berbagai logika yang beraksara
Lalu, kembali kepada diriku sendiri pada keramaian yang buatku terpana
Angin berlalu lalang mengelilingi tubuhkuÂ
Dan kopi yang mulai menyurut pada gelas itu
Aku mencuri pandangan ke arah lampu-lampu
Menghentikan khayalanku tentang kamu dengan hati yang menggerutu
Kusematkan perasaanku di tetesan terakhir kopiku yang pahit
Sembari aku berkata dalam hati agar khayalanku tentang kamu
Bisa menjadi kenyataanku untuk menyebutmu dalam bait
Biarlah kopi ini yang mendengar semua perasaan yang kurindukan itu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H