Mohon tunggu...
Sabrina Asniawati
Sabrina Asniawati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pendidikan IPS UIN Jakarta

.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Peran Guru dalam Penerapan Teori Belajar Discovery Learning (Jerome Bruner)

23 Oktober 2023   00:25 Diperbarui: 23 Oktober 2023   05:24 723
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Vanessa Loring from Pexels: https://www.pexels.com/photo/focused-group-of-kids-working-on-table-together-7869239/ 

Jerome Seymour Bruner adalah seorang ahli psikologi perkembangan dan pendidik Amerika yang lahir pada 1 Oktober 1915 di New York, Amerika Serikat. Ia mengembangkan teori tentang persepsi manusia, memori, pembelajaran, dan kognitif pada anak. Dalam bukunya yang berjudul The Process of Education (1960), ia berpendapat bahwa mata pelajaran apapun dapat diajarkan pada anak manapun dan pada tahap perkembangan apapun, jika disajikan dengan cara yang tepat. Dalam mempelajari manusia, Ia menganggap manusia sebagai pemroses, pemikir, dan pencipta.

Bruner mempunyai 2 asumsi tentang belajar sebagai proses perkembangan kognitif. Pertama, pengetahuan diperoleh dari proses interaksi seseorang dengan lingkunganya, yang menyebabkan terjadinya perubahan pada diri seseorang tersebut bahkan lingkungannya. Kedua, seseorang mengkonstruksikan pengetahuan yang telah dimiliki dengan menghubungkan informasi baru dengan informasi yang sudah dimiliki sebelumnya, sehingga menjadi suatu struktur pengetahuan yang bermakna. Dalam hal ini, Bruner membedakannya menjadi tiga proses, yaitu:

1. Tahap informasi, yaitu tahap awal untuk memperoleh pengetahuan atau pengalaman baru.

2. Tahap transformasi, yaitu tahap memahami, mencerna, dan menganalisis pengetahuan baru serta mentransformasikan dalam bentuk baru yang mungkin bermanfaat untuk hal-hal yang lain.

3. Tahap evaluasi, yaitu untuk mengetahui apakah hasil transformasi pada tahap kedua tadi benar atau tidak. Jerome Bruner mempermasalahkan seberapa banyak informasi itu diperlukan agar dapat ditransformasikan.

Lebih lanjut, Bruner mengembangkan suatu teori belajar yaitu Discovery Learning  atau belajar dengan penemuan. Menurutnya, pembelajaran hendaknya dapat menciptakan situasi agar siswa dapat belajar dari diri sendiri melalui pengalaman dan eksperimen untuk menemukan pengetahuan serta kemampuan baru. Bruner berpendapat bahwa kegiatan belajar akan berjalan baik dan kreatif, jika siswa dapat menemukan sendiri suatu aturan atau kesimpulan tertentu. Dalam menerapkan model pembelajaran Discovery Learning, terdapat beberapa tahapan yang harus dilakukan:

1. Stimulation, yaitu pemberian rangsangan. Hal ini dapat dilakukan oleh guru dengan memberikan pertanyaan agar siswa kemudian dapat berpikir kritis.

2. Problem statement, yaitu siswa mengidentifikasi masalah yang relevan dengan materi pembelajaran, kemudian merumuskan hipotesis atau jawaban sementara.

3. Data collection, yaitu siswa mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang sesuai dengan masalah untuk membuktikan kebenaran hipotesis yang telah dibuat.

4. Data processing, yaitu siswa mengolah data yang sudah diperoleh kemudian data tersebut ditafsirkan dengan bimbingan guru. 

5. Verification, yaitu siswa memeriksa secara cermat, menemukan konsep, dan menghubungkan hipotesis awal dengan hasil pengolahan data. 

6. Generalization, yaitu siswa membuat kesimpulan untuk dijadikan prinsip umum yang berlaku untuk semua masalah yang sama dengan memperhatikan hasil verifikasi.

Lalu bagaimana peran guru dalam melaksanakan pembelajaran Discovery Learning? Bruner sendiri menjelaskan peran guru dalam pembelajaran ini diantaranya: (1) guru sebagai fasilitator, tidak begitu mengendalikan proses pembelajaran; (2) guru harus mampu menstimulasi atau memunculkan masalah, dan membiarkan siswa memecahkan sendiri solusinya; (3) guru harus membimbing serta memotivasi siswa untuk menemukan konsep, hubungan antar bagian struktur materi, dan membuat kesimpulan. 

Berikut akan dijabarkan peran guru dalam pembelajaran Discovery Learning:

1. Merencanakan pembelajaran dengan sedemikian rupa, yakni terpusat pada masalah-masalah yang tepat untuk diselidiki oleh para siswa. 

2. Menyajikan materi pelajaran yang diperlukan sebagai dasar bagi para siswa untuk memecahkan masalah. Materi pelajaran itu diarahkan pada pemecahan masalah yang aktif dan belajar penemuan. Guru mulai dengan sesuatu yang sudah dikenal oleh para siswa, kemudian mengemukakan sesuatu yang berlawanan. Dengan demikian, akan terjadi konflik dengan pengalaman siswa. Akibatnya timbulah masalah. Dalam keadaan yang ideal, hal yang berlawanan itu menimbulkan suatu ketimbang yang merangsang para siswa untuk menyelidiki masalah itu, menyusun hipotesis-hipotesis, dan mencoba menemukan konsep-konsep atau prinsip-prinsip yang mendasari masalah itu.

3. Guru harus memperhatikan tiga cara penyajian, yaitu cara enaktif (melakukan tindakan atau mengamati benda konkret), cara ikonik (dengan gambar atau visualisasi), dan cara simbolik (simbol abstrak, bahasa, logika). Dengan kata lain, perkembangan kognitif individu dapat ditingkatkan dengan cara menata strategi pembelajaran sesuai dengan isi bahan yang akan dipelajari dan karakteristik kognitif individu. 

4. Bila siswa memecahkan masalah di laboratorium atau secara teoritis, guru berperan sebagai seorang pembimbing atau tutor. Guru jangan mengungkapkan terlebih dahulu prinsip atau aturan yang akan dipelajari, tetapi ia hendaknya memberikan saran-saran bilamana diperlukan. Sebagai seorang tutor, guru sebaiknya memberikan umpan balik pada waktu yang tepat. Umpan balik sebagai perbaikan hendaknya diberikan dengan cara sedemikian rupa, sehingga siswa tidak tergantung pada pertolongan guru. Akhirnya siswa harus melakukan sendiri fungsi tutor itu.

5. Penilaian hasil belajar penemuan meliputi pemahaman tentang prinsip-prinsip dasar mengenai suatu bidang studi, dan kemampuan siswa untuk menerapkan prinsip-prinsip itu pada situasi baru. Untuk maksud ini bentuk tes dapat berupa tes objektif, tes essay, penilaian autentik dan penilaian performance. 

Hal terpenting yang perlu guru perhatikan dalam menerapkan teori Discovery Learning adalah memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk menggali sendiri pengetahuannya. Hal ini akan mendorong keaktifan siswa dalam belajar, meningkatkan kemampuan berpikir yang sistematis, dan pengetahuan yang diperoleh dari siswa itu sendiri akan bertahan lama dalam memorinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun