Berkat GOR Saparua juga, band semacam Burgerkill, Jeruji, Runtah dan yang lainnya bisa mendapat tempat di pencinta musik cadas. Faktor ini yang kemudian membuat beberapa band berani membuat karya sendiri, lalu direkam dan lagunya diedarkan meski masih bersifat konvensional.
"Kemudian beralih, dari yang tadinya kita iuran kalau bikin event, sebagian ada yang pengen juga dihargai karena memang beberapa dari mereka itu udah punya karya. Itu karena mereka bisa masuk ke pensi-pensi, pensi kan punya budget, sifatnya diundang, dikasih imbalan tertentu. Nah karena dikasih imbalan, akhirnya enggak main-main perform-nya," kata Alex.
Hingga akhirnya, kenangan tentang GOR Saparua resmi berakhir untuk gelaran musik cadas di Kota Bandung pada awal tahun 2000-an. Pemerintah saat itu memutuskan untuk mengembalikan fungsi GOR tersebut ke sediakala sebagai tempat penyelenggaraan olahraga.
Meski tidak bisa digunakan lagi, beberapa event musik bawah tanah di Kota Bandung kemudian mulai bergeser ke beberapa tempat-tempat yang menjadi kantor militer. Pergeseran ini juga sekaligus menjadi tonggang kebangkitan musik underground di Kota Bandung hingga gaungnya dikenal tak hanya di dalam negeri, namun juga sampai ke Mancanegara.
Beberapa band jebolan GOR Saparua pun sampai sekarang masih bertahan di blantika musik Indonesia. Sebut saja Burgerkill, Jasad, Jeruji hingga Pas Band yang pada masa-masa awal pembentukannya juga pernah merasakan bagaimana moshpit yang begitu memukau di GOR Saparua.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI