Mohon tunggu...
Sabitha Helmi
Sabitha Helmi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Airlangga

Swifties

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengenal "Father Hunger" serta Dampaknya terhadap Psikologis Anak

18 Juni 2024   22:20 Diperbarui: 19 Juni 2024   01:15 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Father Hunger merupakan istilah lain dari Fatherless, Father Absence dan Father Deficit. Istilah ini mulai banyak dikenal di Indonesia semenjak Indonesia dicap sebagai negara dengan tingkat fatherless ketiga di dunia. Father Hunger merupakan fenomena dari kehilangannya sosok atau “figur” dari ayah. Tidak sedikit anak-anak di Indonesia yang memiliki ayah namun tidak dengan “figur-nya”. Hal ini tidak lepas dari kesalahan masyarakat yang menganggap pria hanya bertugas untuk menafkahi anak dan istrinya sedangkan wanita bertugas untuk menjaga, mengasuh anak serta melakukan berbagai pekerjaan rumah tangga lainnya. 

Father hunger biasanya terjadi pada anak yatim namun father hunger juga disebabkan karena perceraian orang tua, kesibukan pekerjaan, penganut pola asuh lawas dan sikap ayah yang salah seperti ayah yang berperilaku kasar, egois, memiliki kecanduan tertentu, ayah yang tidak memberi nafkah serta ayah yang selalu merasa benar. Faktanya, kontribusi seorang ayah dalam bentuk perhatian, kasih sayang dan menjadi role model untuk anaknya merupakan sesuatu yang sangat penting.

Menurut penelitian yang dilakukan Cabeera (2002), kontribusi seorang ayah sangat berpengaruh terhadap masa pertumbuhan sang anak. Kenangan serta pengalaman yang dilakukan bersama ayah memiliki efek yang signifikan pada masa dewasa sang anak kelak. Sehingga, father hunger ini akan sangat memengaruhi psikologis anak di masa dewasanya.

Beberapa penelitian telah menunjukkan dampak yang paling sering muncul pada anak father hunger, antara lain:

1. Low Self-Esteem

Kehilangan figur dari seorang ayah dapat membuat seseorang memiliki low self-esteem yaitu kurangnya  kepercayaan diri yang baik karena tidak adanya role model yang dapat dicontoh. Merasa seseorang tidak menyukainya sehingga membuat pandangan negatif ke dirinya sendiri. Low self-esteem yang berlanjutan dapat menyebabkan gangguan kecemasan yang mengarah ke depresi.

2. Low Self-Control

Seseorang yang kehilangan figur seorang ayah memiliki kecenderungan untuk menjadi impulsif, melakukan banyak perilaku yang beresiko serta berpikiran sempit.

3. Low Initiative-Taking

Tidak memiliki figur ayah menyebabkan seseorang kehilangan sifat inisiatifnya sehingga mereka kecenderungan tidak dapat mengambil keputusan dan lebih mudah untuk terpengaruh hal-hal yang tidak baik.

4. Neuroticism

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun