Ini menyebabkan runtuhnya struktur pemerintahan dan keamanan di negara tersebut, setelah jatuhnya Baghdad, Irak mengalami periode kekacauan dan ketidakstabilan. Penjarahan dan kerusuhan meluas, menunjukkan kelemahan kontrol koalisi atas situasi pasca perang.
Infrastruktur yang rusak dan ketidakmampuan untuk segera membangun kembali pemerintahan yang fungsional memperburuk situasi. Ketidakstabilan pasca-invasi memicu kekerasan sektarian antara kelompok Sunni dan Syiah, serta antara kelompok etnis Arab dan Kurdi.
Kekerasan ini sering kali dipicu oleh kelompok militan dan ekstremis, termasuk cabang Al-Qaeda di Irak yang kemudian berkembang menjadi ISIS (Islamic State of Iraq and Syria). Amerika Serikat dan sekutunya berusaha untuk membangun kembali Irak dan mendirikan pemerintahan baru yang demokratis.
Namun, upaya ini menghadapi berbagai tantangan, termasuk korupsi, resistensi dari populasi lokal, dan serangan berkelanjutan dari kelompok militan. Invasi ini menyebabkan ketegangan dalam hubungan internasional, terutama antara Amerika Serikat dan negara-negara yang menentang invasi seperti Prancis, Jerman, dan Rusia.
Operasi Pembebasan Irak memperburuk citra kebijakan luar negeri Amerika Serikat di dunia dan menimbulkan biaya ekonomi serta kerugian manusia yang besar. Kondisi kemanusiaan di Irak memburuk, dengan ratusan ribu warga sipil tewas dan jutaan mengungsi.
Meski berhasil menggulingkan Saddam Hussein, invasi ini menyebabkan ketidakstabilan dan kekerasan yang berkelanjutan, serta alasan-alasan invasi banyak diperdebatkan dan dipertanyakan kebenarannya. Dampak dari invasi ini dirasakan hingga hari ini, tidak hanya di Irak tetapi juga dalam dinamika politik dan keamanan global.
Invasi dan pendudukan Irak menelan biaya yang sangat besar bagi Amerika Serikat dan sekutunya. Biaya langsung yang dikeluarkan oleh pemerintah Amerika Serikat untuk operasi militer dan pendudukan diperkirakan mencapai triliunan dolar.
Menurut laporan dari Kantor Anggaran Kongres AS (Congressional Budget Office), pada tahun-tahun awal invasi, biaya operasional tahunan bisa mencapai sekitar $100 miliar. Biaya ini mencakup logistik, peralatan militer, gaji prajurit, serta biaya perawatan medis bagi tentara yang terluka.
Selain biaya langsung, ada juga biaya tidak langsung yang signifikan. Ini termasuk pengeluaran untuk perawatan kesehatan bagi veteran yang menderita luka fisik dan gangguan mental akibat perang.
National Priorities Project memperkirakan bahwa biaya perawatan kesehatan bagi veteran Irak dan Afghanistan bisa mencapai ratusan miliar dolar dalam beberapa dekade mendatang. Selain itu, ada juga biaya terkait dengan dampak ekonomi domestik, seperti peningkatan defisit anggaran dan dampak pada ekonomi yang lebih luas karena pengalihan sumber daya yang signifikan untuk mendanai perang.
Bagi Irak, biaya ekonomi dari invasi dan pendudukan juga sangat besar. Infrastruktur negara hancur akibat serangan dan pengeboman, banyak fasilitas publik seperti rumah sakit, sekolah, dan instalasi listrik yang rusak atau hancur.