Di bawah rintik hujan kita pernah berikrar,...
Kau miliku, dan Aku milikmu....
Dalam tetesan yang berkelabat itu, tangan kita bersentuh erat
Sama-sama takut melepaskan...
Katamu : jangan lepaskan eratnya peganganku.
Lalu semakin kueratkan peganganku..
Kulihat, Kau melukis senyum yang manis.
Disuatu malam, kita pernah sama-sama takjub pada bintang dan saudara-saudaranya...
Malam itu, Kau mendekapku.
Hangat dan Erat.
Katamu : Kau mau terus begini, selamanya, menatap langit malam bersamaku.
Lalu kukecup keningmu...
Kau tersenyum, senyum yang tetap manis.
Masih ingat dengan peristiwa malam minggu pertama kita?
Ketika itu, tak sengaja kusentuh tanganmu
Dan tak  kusangka, Kau membalasnya
Lalu tangan kita saling tak ingin melepas
Mata kita beradu, menyelami satu sama lain.
Katamu : Sudah cukup pedih kisah yang dulu...
Kau ingin bahagia denganku...
Kali itu, giliranku yang tersenyum. Terpesona, tengggelam dalam kata-katamu.
Sekarang, setelah beberapa purnama
Setelah lama kita tak bersua, tak saling tahu satu sama lain
Sekarang, barulah kita tahu,,
Bahwa dulu kita hanya takut kehilangan
Terlalu takut untuk saling mengenang.
Sekarang, setelah berupa-rupa orang baru hadir dan meninggalkan
Ternyata kita masih bisa memiliki fantasi yang indah.
Kita masih bisa bahagia
Karena Kita hanya takut kehilangan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H