Mohon tunggu...
Muhammad Sabiq Hilmi
Muhammad Sabiq Hilmi Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Santri

Alumni Perguruan Islam Mathali'ul Falah Kajen-Pati Sekarang nyantri di Pondok Pesantren Mamba'ul Ulum Pakis Tayu

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Maratib Al-Idrak: Tingkatan Pengetahuan dalam Ilmu Mantik

3 April 2024   23:28 Diperbarui: 3 April 2024   23:32 413
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam panggung sejarah kehidupan manusia, akal menjadi salah satu peran penting perkembangan zaman yang semakin kompleks. Banyak penemuan-penemuan penting yang lahir karena pemikiran para ilmuwan yang kritis dan pragmatis. Adanya akal juga yang membuat manusia memiliki keistimewaan tersendiri dibanding makhluk hidup lain. Sebuah karunia tuhan yang patut kita syukuri bersama.

Jika kita membicarakan tentang akal, tentu kaitannya dengan ilmu. Ilmu merupakan elemen penting dalam berakal. Sebab, berakal tanpa berilmu pun sama saja menurunkan derajat manusia dengan makhluk lain. Dengan ilmu, kita bisa membedakan mana yang baik dan buruk, yang haq dan bathil. Sungguh miris jika melihat di zaman sekarang banyak manusia yang bertindak jauh dari kata berakal dan berilmu.

Membicarakan tentang ilmu, alangkah baiknya kita mengetahui apa definisi ilmu itu tersendiri, dan bagaimana penerapan ilmu tersebut. Sehingga tidak ada kesalahan berfikir yang dapat merusak esensi akal itu sendiri.

Menurut KBBI Ilmu diartikan sebagai pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metodologi tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala tertentu di bidang tertentu.

Disini banyak perbedaan definisi ilmu menurut para ilmuwan muslim. Namun, pada umumnya, ilmu sering diartikan sebagai “penghukuman yang sesuai dengan kenyataan dan bersandar pada bukti dan dalil.” Disini dapat kita mafhum bahwa ketika tidak sesuai kenyataan dan tanpa berlandaskan dalil yang kuat, maka menurut definisi tersebut, tidak layak disebut sebagai ilmu.

Kalau kita menelisik lebih jauh lagi, ternyata ada definisi ilmu yang lebih luas lagi. Yakni, para logikawan dalam ilmu logikanya (mantik) mendefinikan ilmu sebagai “pengetahuan” saja (muthlaq al-idrak). Segala hal yang kita ketahui, menurut para logikawan, dinamakan ilmu.

Melihat definisi diatas bisa disimpulkan bahwa jika kita mengetahui sesuatu, sekalipun tidak yakin akan sesuatu tersebut, hal ini masih dikatakan sebagai ilmu. Artinya, pengetahuan kita tentang segala sesuatu tidak diharuskan bersifat yakin dan pasti. Sebagaimana ilusi, sangkaan, atau keraguan semuanya bisa disebut sebagai ilmu.

Nah, untuk menghindari kesalahan dalam penggunaan definisi ilmu tersebut, para ilmu logikawan menyusun sebuah maratib al-idrak (tingkatan pengetahuan). Sehingga walaupun definisinya umum, namum dalam penggunaanya tetap ada aturannya.

Setidaknya ada 5 tingkatan pengetahuan yang disusun oleh para logikawan, dengan uraian sebagai berikut:

1.Keyakinan (Yaqin)
Tingkatan tertinggi dalam sebuah ilmu ialah al-yaqin (keyakinan) yakni “pengetahuan tentang sesuatu sebagaimana adanya dan bersifat pasti.”

Lebih tepatnya, suatu pengetahuan bisa tergolong yakin apabila berlandaskan dalil dan sesuai dengan fakta yang ada, sehingga tidak ada celah keraguan sama sekali. Hal ini tentu sama dengan definisi ilmu yang telah saya singgung diatas. Yang mana, ilmu tergolong salah satu tingkatan pengetahuan berupa al-yaqin.

Kita ambil contoh semisal ada orang memberi kabar kepada anda bahwa teman anda menikah dengan tetangga anda. Kemudian anda datang menyaksikan pernikahan dengan mata kepala sendiri. Tentu anda lebih yakin dengan melihatnya secara langsung, karena sudah berlandaskan bukti dan sesuai dengan kenyataan yang terjadi.

2.Sangkaan (Zhann)
Tingkatan kedua dinamakan zhann (sangkaan) atau didefinisikan sebagai “pengetahuan yang lebih condong pada kebenaran.” Artinya apabila al-yaqin tidak memberikan celah keraguan, maka zhann disini masih memungkinkan adanya kesalahan dengan kemungkinan salah yang sangat lemah.

Lebih mudahnya, apabila al-yaqin itu dipersentase 100% maka zhann berkisar antara 51% sampai 99%. Kita bisa ambil contoh semisal anda sudah berkenalan dengan seorang wanita. Anda mendapatkan kode-kode tertentu dari cara berbicaranya, gerak tubuhnya atau indikasi-indikasi lain yang mana membuat anda berprasangka baik bahwa dia memiliki perasaan kepada anda.

Kemudian, di lain hari anda mencoba memberanikan diri untuk mengungkapkan perasaan anda. Tanpa berfikir panjang lebar, ia pun langsung menerimanya. Dan ketika itu, anda sudah menduga bahwa anda akan diterima dengan berlandaskan indikasi-indikasi yang ada sebelumnya.

Pertanyaannya, apakah pengetahuan ini bisa disebut sebagai al-yakin sebagaimana sebelumnya? Tentu saja tidak. Karena masih ada kemungkinan salahnya. Anda masih memungkinkan untuk ditolak, tapi sangat kecil.


3.Keraguan (Syakk)
Lanjut pada tingkatan ketiga ialah Syakk (keraguan). Ini perlu digarisbawahi bahwasanya syakk ini berbeda dengan zhann. Syakk bisa kita persentase 50% benar, 50% salah. Artinya tidak condong kearah benar dan salah atau bersifat setara.

Misalnya ketika anda ingin melamar seorang putri kyai yang dikenal cantik dan terhormat di kalangan pesantren. Lalu anda melihat diri sendiri misalnya, seorang sarjana tampan dan dikagumi banyak orang, namun anda bukan dari keturunan kyai. Dan anda tidak pernah berkenalan dengan perempuan itu sebelumnya, sehingga tidak ada indikasi-indikasi tertentu yang membuat anda menduga bahwa anda akan diterima.

Kemudian, anda berniat untuk datang dan melamar perempuan itu bersama keluarga anda. Apa yang terjadi? Pasti anda akan ragu. Yakin ditolak tidak, yakin diterima juga tidak.

Artinya pengetahuan yang anda dapatkan ketika itu bersifat netral. Itulah yang dinamakan syakk.

4.Ilusi (Wahm)
Jika syakk tidak ada sisi yang lebih condong. Maka wahm ini kebalikan dari zhann. Wahm adalah “pengetahuan yang lebih condong pada kesalahan.” Dengan kira-kira persentase antara 1% sampai 49%. Artinya, kecil kemungkinan benarnya berbanding terbalik dengan zhann yang kecil kemungkinan salahnya.

Misalnya, ada seseorang bercita-cita menjadi presiden, tetapi dia tidak mau sekolah tinggi dan bekerja keras. Keyakinan seseorang untuk menjadi presiden, dengan tidak adaya usaha untuk mewujudkannya adalah bagian dari ilusi (wahm).

5.Kebodohan (Jahl)
Tingkatan paling rendah dalam maratib al-idrak adalah jahl atau kebodohan. Dalam konteks ini, para logikawan membagi jahl menjadi dua bagian. Pertama jahl basith. Kedua, jahl murakkab. Jahl basith adalah kebodohan yang bermakna tidak tahu sama sekali tentang sesuatu tersebut.

Para logikawan memasukkannya ke dalam pembagian ini hanya untuk memperinci saja dan sebagai perbandingan dengan jahl murakkab yang diartikan sebagai “pengetahuan tentang sesuatu, yang bertolak-belakang dengan kenyataan, dan disertai keyakinan.”

Misalnya ketika ada yang bertanya kepada anda “dimana Monas itu?” Kemudian dengan penuh keyakinan anda menjawab “di Bandung”. Artinya, anda yakin dengan keyakinan anda dan tidak merasa salah, padahal faktanya jelas salah. Inilah jahl murakkab. Berbeda ketika anda menjawab “tidak tau”. Maka. ketidaktahuan anda dinamakan jahl basith.

Jahl murakkab masuk dalam tingkatan pengetahuan dikarenakan adanya gambaran kebenaran yang terlintas di dalam pikiran, walaupun pada kenyataannya salah. Namun, kalau kita kembali ke definisi awal tentang ilmu, maka hal ini mencakup jahl murakkab.

Itulah tadi kelima tingkatan pengetahuan (maratib al-idrak) dalam ilmu logika. Semoga dengan adanya pengetahun ini, kita bisa mengambil manfaat khusunya bagi diri kita dan orang lain agar tidak adanya kesalahan berfikir yang sekarang marak terjadi di media social. Wallahu a’lam.

Refrensi
1.Muhammad Nuruddin, Ilmu Mantik, (Depok: Keira: 2021), hal.32-36

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun