Mohon tunggu...
Muhammad Sabiq Hilmi
Muhammad Sabiq Hilmi Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Santri

Alumni Perguruan Islam Mathali'ul Falah Kajen-Pati Sekarang nyantri di Pondok Pesantren Mamba'ul Ulum Pakis Tayu

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tak Ada Hari Libur

1 April 2024   20:24 Diperbarui: 1 April 2024   23:49 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

**

Semenjak hari itu aku pasti menjumpai Mbah Dul mengaji di tempat yang sama setiap harinya.

Karena rasa penasaran yang begitu memuncak ini dan banyaknya pertanyaan yang muncul dikepalaku, aku beranikan diri bertanya kepada Mbah Dul selepas penat ngaji sore hari.

“Mbah, sampean kok bisa semangat dan istiqomah ngaji disini itu kuncinya apa? Padahal kan sudah sepuh begini, kenapa nggak istirahat saja?” tanyaku ragu dengan Bahasa yang sopan.

Lama Mbah Dul mengamati aku dengan penuh perhatian , seakan pertanyaan yang aku lontarkan tak seharusnya ditanyakan. Tapi mau bagaimana lagi? Aku sungguh sangat penasaran.

Ada sedikit penyesalan dalam diriku karena berani mempertanyakan hal itu. Tapi setelahnya, senyum itu nampak keluar dari raut wajahnya, senyumnya mengembang dan mententramkan bagi siapapun orang yang melihatnya.

Dengan nada yang lirih beliau pun menjawab “Ngaji itu ndak ada liburnya kang, walau sudah tua, walau fisik sudah melemah dan sudah saatnya untuk istirahat, tetap saja ngaji itu ndak ada liburnya.”

Diam sejenak seolah mengingat sesuatu, Mbah Dul melanjutkan dengan menyitir sebuah hadist yang masyhur “Utlubul ‘ilma minal mahdi ilal lahdi” tuntutlah ilmu sejak dari buaian sampai liang lahat, ndak ada batasan umur kanggone wong seng ngaji kang.

Seketika aku tertegun sekaligus takjub mendengar jawaban itu. Batinku terasa tercabik-cabik karena malu dengan diriku sendiri. Selama ini, hanya rasa malas yang menguasai jiwaku. Aku masih remaja dan fisikku pun masih kuat. Tapi, semangat dan keistiqomahanku kalah telak dengan Mbah Dul yang sudah sangat sepuh.

Sejak hari itu, aku mulai menata kembali niatku mondok disini. Walau memang mondok bukan kehendakku, tapi aku yakin orang tuaku pasti sudah memberikan jalan yang terbaik buatku disini. Aku sadar masih banyak kekurangan dalam diriku, tapi semua belum terlambat untuk aku perbaiki.

Beliau selalu kujadikan teladan disetiap aktivitas harian ku. Ketika rasa malas itu muncul, aku langsung teringat dengannya dan seketika rasa malas pun hilang tergantikan semangat yang menggebu gebu untuk mengaji dan tholabul ‘ilmi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun