Mohon tunggu...
Sabilla Putri
Sabilla Putri Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - XII MIPA 4

pelajar tingkat akhir

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Beranjak Dewasa

25 Februari 2022   18:25 Diperbarui: 25 Februari 2022   18:32 522
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah mendengar jawaban aku kembali ke dalam kamar.Serasa ada yang mengganjal apa bagusnya aku tanyakan juga ya pada ayah,Mau bagaimanapun aku tetap anak terakhir di keluarga. Siapa tau ada salah satu yang pengen aku kuliah lebih dulu, kebetulan juga di keluarga mamah dan ayah belom memiliki anak yang bergelar sarjana. 

Semua Kaka Kaka ku pada berkerja di bank dan juga pabrik. Sebenernya aku pengen bisa kuliah di universitas negeri pasti akan sangat bangga kedua orang tuaku. Tapi apa daya niat itu sudah terlalu duluan gugur karena beberapa kendala dan kesulitan yang sudah terjadi.

Kemudian jam berlalu,siang berganti sore. Sudah terlihat ayah duduk santai sambil menikmati kopi.Cocok sekali untuk usil sebentar. Aku datang dan langsung mengelus-elus perut buncit ayahku sambil tertawa meledek, ekspresi yang di berikan ayahku pun cuman tersipu malu,sambil tertawa kecil. Setidaknya itu yang ingin aku dapat dari ayah. Langsung pada topik obrolan aku duduk di sampingnya dan bertanya.

“Ayah,boleh tidak nanti setelah lulus putri daftar kerja saja?,Tapi setelah itu putri pasti akan menyisihkan selalu uang untuk kuliah,ya walaupun swasta” sautku
“Boleh saja,selagi itu jadi hal yang ingin Ade lakukan. Emang mau kerja dimana? Bandung?”
“Kalo keluar Bandung boleh ga?”
“iya boleh saja,selalu jaga diri”
“Terima kasih AYAHHHHH SAYANG” (Nada manja)

Mengakhiri pembicaraan,beranjak dari kursi kemudian bergegas kembali ke kamar. Menyusun planning. Berarti setelah lulus nanti aku harus secepatnya membuat surat lamaran kerja, allhamdulilah senang rasanya banyak dukungan dari orang sekitar yang tersayang. Membangkitkan semangat untuk membuktikan “AKU BISA!”.

Hari berganti, Pertemuan keluarga besar di sore hari.Semua bertegur sapa, saling berbincang, dan bercanda. Setelah habis makan-makan segera untuk membantu bibi dan lainnya membereskan dan merapikan kembali tempat. Semua santai-santai bersama,adapula yang masih sibuk dengan urusannya. Terlihat om yang sedang duduk di teras dan menikmati angin sepoi-sepoi. Aku Dateng menghampiri om dan mengobrol, seketika om bertanya

“Sebentar lagi lulus ya de,mau kemana nih rencananya?” tanya om
“Pengennya sih kerja keluar Bandung om,terus kalo udah penghasilan yang cukup mau kuliah juga di universitas swasta,gitu si planning nya”
“HAH?! SERIUS?  jadi mau merantau gitu? Emang udah izin ke ayah,kan putri anak manja ayah. Yakin bisa jauh,kenapa ga yang Deket Deket aja dulu kan itu juga ga kalah bagus kenapa harus jauh jauh”
Saut om yang cukup heran dan kaget.
“Udah ko om,udh izin dan kata mama ayah boleh boleh aja asalkan bisa jaga diri dan pegang amanah”
“ANAK OM SUDAH BESAR YA HEBAT!,gadis kecil pemberani sudah mau merantau. Semangat ya semoga sukses,Kalo sudah sukses jangan sampai lupa keluarga ya”
”Pastinya dong,makasii ya om”

Berakhir nya obrolan,langit berjalan semakin gelap,sudah saatnya menutup acara dan berpamitan untuk pulang. Setelah sampai dirumah,semua sibuk sendiri untuk bersihkan diri bergegas karna adzan sudah berkumandang.

Waktu berjalan jam sudah menunjukkan pukul 20.00,waktu dimana semuanya santay oleh handphone masing-masing.Gabutnya di malam hari aku membuka playlist musik, terputar lirik.

“Takut tambah dewasa,takut aku kecewa,takut tak seindah yang kukira...”
Sambil termenung di atas kasur muncul pikiran.
“Kenapa ya aku serasa bebas? Kenapa aku bisa bebas milih apa yang jadi tujuan dan cita-cita ku,tidak seperti orang lain yang dimana antara keinginan diri sendiri dan keinginan dari orangtuanya kadang suka tidak sesuai”
”Dan kenapa ayah ngizinin Ade buat pergi jauh ya? Padahal Ade belum memiliki pengalaman untuk merantau dan hidup sendiri.”

Saat termenung ayah datang memberi nasehat pendek namun melekat dalam perasaan, pikiran,dan entah kenapa sekujur tubuh merinding mendengar setiap kalimat yang diucapkan sangat mengasah otak atas apa yang telah diucap,Ayah berkata padaku

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun