Sebagai sosok yang multi-talenta, Raden Mas Panji Sosrokartono dijuluki "Si Jenius dari Timur" karena kontribusinya yang luas di berbagai bidang. Ia tidak hanya berperan dalam dunia jurnalisme dan penerjemahan, tetapi juga dalam bidang penyembuhan dan pendidikan.Â
Dengan semua pencapaian tersebut, Sosrokartono meninggalkan warisan yang kaya bagi bangsa Indonesia, menginspirasi generasi-generasi selanjutnya untuk mengejar pengetahuan dan mengabdikan diri pada masyarakat.Â
Keberanian, kecerdasan, dan integritasnya membuatnya menjadi salah satu tokoh penting dalam sejarah Indonesia yang patut dikenang dan dicontoh. Warisannya terus hidup dalam semangat perjuangan untuk kemajuan pendidikan, perdamaian, dan kesejahteraan masyarakat Indonesia.
Trilogi kepemimpinan yang diajarkan oleh Ki Hajar Dewantara, yang dikenal sebagai "Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, dan Tut Wuri Handayani," adalah sebuah filosofi yang sangat mendalam dan berbasis pada kearifan lokal Jawa.Â
Ungkapan ini tidak hanya menjadi pedoman bagi kepemimpinan dalam lingkup lokal, tetapi telah menjadi prinsip yang diadopsi secara nasional dan bahkan internasional dalam berbagai bidang, terutama dalam konteks pendidikan.
Ki Hajar Dewantara, yang dikenal sebagai Bapak Pendidikan Nasional dan pendiri perguruan Tamansiswa, merumuskan trilogi ini sebagai panduan etika kepemimpinan yang seimbang dan bijaksana. Setiap bagian dari ungkapan ini menggambarkan tiga peran utama yang seharusnya dimiliki oleh seorang pemimpin dalam memimpin dan membimbing orang-orang di sekitarnya.
Ing Ngarsa Sung Tuladha berarti "di depan memberikan teladan." Seorang pemimpin harus mampu menjadi panutan bagi orang-orang yang ia pimpin. Dalam budaya Jawa, teladan atau contoh yang baik memiliki arti yang sangat penting.Â
Pemimpin yang baik tidak hanya memberikan perintah, tetapi juga menunjukkan melalui tindakan mereka bagaimana seharusnya bertindak.Â
Seorang pemimpin yang berdiri di depan harus menjadi sosok yang bisa diteladani, memperlihatkan integritas, kejujuran, tanggung jawab, dan sikap moral yang tinggi. Filosofi ini menggarisbawahi pentingnya kepemimpinan yang bersifat praktis dan nyata, di mana pemimpin tidak hanya berbicara, tetapi juga bertindak sesuai dengan nilai-nilai yang ia anut.
Ing Madya Mangun Karsa, yang berarti "di tengah-tengah membangkitkan semangat," menekankan peran seorang pemimpin yang berada di antara orang-orang yang dipimpinnya, ikut serta dan membangun semangat serta inisiatif dari dalam.Â
Di sini, pemimpin tidak harus selalu berada di garis depan, tetapi ia harus mampu memotivasi dan mendorong anggotanya untuk bertindak sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan bersama.Â