Mohon tunggu...
Sabila Rosyida
Sabila Rosyida Mohon Tunggu... Mahasiswa - Sabila

An aspiring writer.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Menilai Cerpen "Saksi Mata" Karya Seno Gumira Ajidarma

4 Juli 2021   09:52 Diperbarui: 4 Juli 2021   09:53 5471
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Untuk memenuhi kriteria kepaduan, kita akan membedah unsur intrinsik Saksi Mata.

Tokoh dalam Saksi Mata adalah Saksi Mata, Hakim, dan kelompok ninja. Sebagian besar cerita dilangsungkan di ruang pengadilan dan sebagian kecilnya di rumah Saksi Mata. Waktu dilaksanakannya pengadilan tidak disebutkan pengarang, namun mimpi Saksi Mata terjadi di malam hari, yang tertera dalam kutipan berikut:

Ketika hari sudah menjadi malam, saksi mata yang sudah tidak bermata itu berdoa sebelum tidur. Ia berdoa agar kehidupan yang fana ini baik-baik saja adanya, agar segala sesuatu berjalan dengan mulus dan semua orang berbahagia.

Pada waktu tidur lagi-lagi ia bermimpi, lima orang berseragam Ninja mencabut lidahnya--kali ini menggunakan catut.

Sementara itu, suasana yang tercipta adalah suasana mencekam.

Keseluruhan unsur intrinsik ini menciptakan kepaduan yang terwujud dalam alur cerita: bagaimana seorang saksi mata yang tidak bermata hendak memberikan kesaksiannya di pengadilan atas sebuah pembantaian. Ketika pengadilan ditunda, Saksi Mata diserang oleh sekelompok "ninja" yang mencatut lidahnya dengan harapan Saksi Mata tidak dapat memberikan kesaksiannya lagi.

Salah satu ketidakpaduan dalam alur cerita Saksi Mata adalah bahwa pencongkelan mata Saksi Mata berlangsung dalam mimpi namun efeknya tetap terjadi di dunia nyata. Pencongkelan ini merupakan "tumpu" dari cerita -- saksi mata yang tak bermata. Penjelasan di baliknya tidak diungkapkan SGA.

Ketidakpaduan sama terdapat pula pada darah yang mengalir tanpa henti dari lubang bekas kedua mata Saksi Mata, tapi tidak seorangpun bisa melihatnya. Ketidakpaduan ini terdapat pada kutipan berikut:

 

Darah masih mengalir perlahan-lahan tapi terus menerus sepanjang jalan raya samapi kota itu banjir darah. Darah membasahi segenap pelosok kota bahkan merayapi gedung-gedung bertingkat sampai tiada lagi tempat yang tidak menjadi merah karena darah. Namun, ajaib, tiada seorang pun melihatnya. 

Unsur terakhir yang akan dibahas adalah unsur kompleksitas. Kerumitan dalam cerpen ini terdapat pada tokoh Saksi Mata yang hendak memberikan kesaksiannya, tapi kedua matanya dicongkel "untuk dijadikan tengkleng" oleh sekelompok orang yang berpakaian seperti ninja. Dengan lenyapnya mata Saksi Mata, ia diharapkan mengurungkan niat untuk memberikan testimoni. Namun, Saksi Mata tetap muncul di ruang pengadilan yang kehadirannya digambarkan SGA secara dramatis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun