‘Dear diary’. Ingat bagaimana ketika masih kecil kita biasa memulai tulisan dalam diary kita dengan dua kata tersebut? Menulis diary mungkin pada saat ini merupakan kegiatan yang nostalgia. Penulisan diary membiarkan kita untuk menuliskan pengalaman sehari-hari kita, perasaan kita, dan hal-hal lain yang mungkin kita anggap ‘rahasia’ tanpa khawatir orang lain akan menilai kita.
Kegiatan menulis diary, pada saat ini lebih dikenal dengan istilah journaling. Journaling merupakan kegiatan menuliskan apa yang ada di dalam pikiran dan juga perasaan kita agar pikiran dan perasaan itu dapat dipahami lebih dalam. Salah satu manfaat dari journaling ini dapat membantu kita mengendalikan emosi dan meningkatkan kesehatan mental.
Journaling dikenalkan oleh Ira Progoff dan rekan-rekannya pada awal tahun 1965. Dengan journaling, kapasitas batin seseorang akan diperkuat. Journaling dipercaya dapat menuntun seorang individu menuju keutuhan dirinya dengan tempo mereka mereka masing-masing (Hiemstra, R: 2002). Dalam journaling, kita melakukan percakapan dengan diri kita sendiri, orang lain, bahkan dengan seseorang yang kita bayangkan. Dengan journaling ini, kita dapat mereview kembali dan membaca kembali tulisan-tulisan kita dan juga progres yang telah kita lalui.
Journaling adalah sebuah metode yang mendorong refleksi dan pelepasan emosi. Penulisan literatur dengan journaling termasuk ke dalam manfaat dalam meningkatkan kesadaran diri; pelepasan emosi yang terpendam; pencatatan mengenai pengalaman hidup; penyembuhan hubungan; mengeksplorasi pikiran bawah sadar; dan meningkatkan kesehatan yang dapat meliputi penurunan tekanan darah, peningkatan fungsi kekebalan tubuh, dan penurunan gejala depresi (Dimitrof, L. J., dkk: 2017).
Journaling ini jika dikaitkan dengan psikologi positif dapat masuk ke dalam salah satu virtues yaitu virtue wisdom. Hal ini dikarenakan, untuk mencapai wisdom atau kebijaksanaan dapat dilakukan dengan beberapa character strength yaitu creativity (kreativitas), curiosity (rasa ingin tahu), love of learning (kecintaan untuk belajar), open-mindedness (keterbukaan pikiran), dan perspective (sudut pandang) atau memiliki gambaran besar mengenai kehidupan.
Pada hasil tulisan yang disusun oleh Allison Utley dan Yvonne Garza asal Texas, Amerika, kedua merumuskan dua kegunaan:
1. Journaling as a Learning Tool (Journaling sebagai Alat Pembelajaran)
Journaling sebagai alat pembelajaran dapat menjadi sarana untuk berdialog batin yang menghubungkan antara pikiran, perasaan, dan tindakan. Journaling dapat membantu menghubungkan potongan-potongan respons stres menjadi cerita yang satu. Begitu mengembangkan pemahaman baru tentang pengalaman-pengalaman itu, lalu nantinya dapat diringkas, disimpan, dan dilupakan dengan lebih efisien.
2. Journaling as a Means to Heal (Journaling sebagai Sarana untuk Menyembuhkan)
Journaling dapat membantu dalam penyembuhan luka emosional yang mendalam dan memberikan kesempatan bagi individu untuk “menghormati luka” yang berbekas dengan mencatat perasaan yang dirasakan dalam sebuah buku catatan. King (2003) mengatakan bahwa menulis dapat dikaitkan dengan pengurangan stress dan menghasilkan resolusi konflik. Hal-hal tersebut menjadi fakta bagi diri yang nantinya merangsang rasa takut dengan cara yang aman dan nanti pada akhirnya akan memudahkan pemulihan.
Manfaat Journaling