Mohon tunggu...
syarifuddin abdullah
syarifuddin abdullah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat Seni dan Perjalanan

Ya Allah, anugerahilah kami kesehatan dan niat ikhlas untuk membagi kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Menjalani Gelombang Panas, Faktor Psikologis Sangat Menentukan

4 Mei 2023   12:34 Diperbarui: 4 Mei 2023   12:47 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: SHUTTERSTOCK/VladisChern via Kompas.com

Pada Senin 01 Mei 2023, saya menyetir mobil dari Jakarta ke arah Bekasi. Saya kaget melihat indikator suhu (berdasarkan pengukur suhu udara di mobil) yang menunjukkan angka 39 derajat celcius.

Saya lalu melakukan cek silang melalui pengukur suhu di handphone, yang ternyata menunjukkan suhu udara lebih rendah,yaitu 34 derajat celcius. Beda lima derajat, dan saya tidak tahu indikator mana yang benar atau mendekati benar (34 atau 39 derajat celcius).

Untuk memastikan, saya sengaja berhenti di rest area, keluar dari mobil selama sekitar 30 menit, sambil ngopi dan ngerokok. Dan ternyata memang pppuuanass. Gerah dan keringatan.

*_*_*

Warga yang hidup di wilayah khatulistiwa diasumsikan akan relatif terbiasa dengan suhu panas antara 25 hingga 30 derajat celcius. Mereka akan mulai terganggu rasa gerah, bila suhu melewati batas kebiasaan itu, misalnya 31 sampai 45 bahkan 50 derajat celcius.

Sementara warga di belahan bumi lainnya, di Eropa dan Amerika Utara, atau di Selandia Baru dan Australia, mereka akan sudah kegerahan bila suhu mencapai 25 derajat. Kalau 30 derajat, sudah puuanas banget.

Saya ingat, waktu pernah hidup di Belanda selama tiga tahun lebih, warga Belanda akan bergembira sekali jika suhu udara mencapai sekitar 20 derajat celcius. Pada hari itu, akan banyak pekerja yang tiba-tiba mengaku sakit, agar tidak masuk kerja, padahal sebenarnya tidak sakit, tetapi ingin menikmati suhu 20 derajat tersebut bersama keluarganya. Meskipun itu hanya dimanfaatkan duduk-duduk di taman kota sepanjang hari.

Sementara buat saya pribadi, yang relatif kurus, suhu 20 derajat itu masih terasa dingin. Karena itu, tetap bersiaga dengan jaket, khawatir jika suhu tiba-tiba turun di bawah 20 derajat.

Artinya, di sini, faktor psikologis cukup menentukan untuk dan dalam menghadapi-menjalani suhu udara, yang panas yang di atas 30 derajat celcius.

Contoh paling riil tentang pengaruh faktor psikologis dalam menjalani suhu udara, adalah ketika menunaikan umrah atau haji di Makkah-Madinah, Saudi Arabia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun