Mohon tunggu...
syarifuddin abdullah
syarifuddin abdullah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat Seni dan Perjalanan

Ya Allah, anugerahilah kami kesehatan dan niat ikhlas untuk membagi kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Menghitung Kemungkinan Putin Menggunakan Bom Nuklir di Ukraina

21 Februari 2023   18:44 Diperbarui: 22 Februari 2023   22:47 784
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: pixabay.com via kompas.com

Selama satu tahun sejak invasi Rusia ke Ukraina pada 24 Februari 2022, saya aktif menelusuri dan membaca berbagai analisis tentang kemungkinan Presiden Rusia Vladimir Putin menggunakan senjata nuklir di Ukraina.

Hasilnya, hampir semua analis dan pakar perang berpandangan: masih sangat kecil kemungkinan Vladimir Putin akan menggunakan senjata nuklir dalam perang Ukraina. Tentu dengan alasan yang masuk akal.

Saya akhirnya berkesimpulan sementara: jika diilustrasikan dan diukur dengan skala satu sampai sepuluh, kemungkinannya kurang dari satu atau 0,1 sampai 0,99.

Tapi betapa pun kecilnya kemungkinan tersebut (kurang dari satu), semua pengamat memastikan, tetap harus diantisipasi secara serius.

Sebelum lanjut, mungkin sebaiknya menelusuri ulang peristiwa-peristiwa militer yang memicu Amerika Serikat menggunakan bom nuklir dalam Perang Dunia-II (1939 hingga1945).

Pelajaran dari Hiroshima dan Nagasaki 

Dalam berbagai dokumen yang telah dipublikasikan, persiapan menuju pemboman Hiroshima dan Nagasaki Jepang dimulai melalui pembentukan "509th Composite Group" pada 9 Desember 1944, yang secara efektif diaktifkan pada 17 Desember 1944. Dengan kata lain, persiapan riil untuk membom Hiroshima dan Nagasaki berlangsung sekitar 10 bulan.

Dalam ulasan reasoning-nya, Presiden Harry Truman bukan ingin menghancurkan kebudayaan dan bangsa Jepang; tapi menghancurkan (mempreteli) kemampuan Jepang untuk menyulut perang. Maka diperlukan serangan yang membuat Jepang menyerah dan tak lagi mampu menyulut api perang.

Artinya, niat Amerika menghancurkan Jepang dengan bom nuklir patut diduga sudah muncul paska penyerangan pasukan udara Jepang ke pangkalan angkatan laut Amerika di Pearl Harbour, Hawaii.

Sebab serangan mendadak pasukan udara Jepang ke pelabuhan pangkalan angkatan laut Amerika Serikat di Hawaii pada 07 Desember 1941 adalah peristiwa militer yang memalukan dan mempermalukan sekaligus melucuti harga diri dan keunggulan militer Amerika. Dan tentu saja melukai batin Presiden Amerika (ketika itu) Franklin D. Roosevelt, yang meninggal pada 12 April 1945, lalu digantikan oleh wakilnya, Harry Truman.

Mempermalukan Putin

Jika kasus Pearl Harbour dan pemboman Hisoshima-Nagasaki dijadikan acuan, maka hanya ada satu hal yang potensial memicu "emosi dan akal" Putin untuk menggunakan bom nuklir di Ukraina: jika Putin dipermalukan.

Dalam pidato panjangnya pada 21 Februari 2023, Putin masih bersikeras bahwa invasinya ke Ukraina lebih disebabkan oleh sikap tipu-tipu pihak Barat (Amerika, Eropa, NATO). Putin mengirim pesan kuat bahwa Rusia bersedia mengarungi petualang panjang di Ukraina.

Artinya, Putin tidak mengirim pesan keinginan untuk mengakhiri perang Ukraina dalam waktu dekat. Singkat kalimat, Putin mengirim pesan bahwa dirinya bisa berjudi dengan taruhan tertinggi (atau risiko maksimal) di Ukraina.

Dan mengacu pada berbagai dinamika pertempuran Ukraina, setidaknya terdapat tiga posisi yang bisa dipahami mempermalukan atau melukai batin Putin sebagai berikut:

Pertama, jika ada serangan darat masif ke wilayah darat Rusia oleh pasukan Ukraina yang dibantu oleh pasukan Barat (Amerika, NATO, Uni Eropa).

Posisi ini kecil kemungkinannya, karena pihak Amerika sendiri sejak awal sudah mewanti-wanti agar pasukan Ukraina menghindari untuk melancarkan serangan masif ke wilayah darat Rusia.

Tentu saja dimungkinkan akan ada beberapa pucuk peluru Ukraina yang melintasi perbatasannya dengan Rusia, namun tindakan seperti akan tetap dihindari, khususnya jika serangan Ukraina itu menyasar pemukiman penduduk.

Kedua, jika Putin berada pada posisi yang membuatnya terpaksa-dipaksa menarik pasukan Rusia dari wilayah Semenanjung Crimea yang telah diduduki sejak 2014.

Posisi kedua ini juga kecil kemungkinannya. Sebab berbagai analisis menyebutkan bahwa isu Crimea bisa ditunda agar tidak mempermalukan Putin. Dan sejak awal, Amerika memang tidak terlalu antusias mempersoalkan isu Crimea.

Ketiga, jika Putin berada pada posisi tersudut dan terpaksa/dipaksa menarik pasukan Rusia dari wilayah timur Ukraina yang telah diduduki (Donetsk, Luhansk, Zaporizhzhia, Kherson), yang telah dianeksasi ke dalam Federasi Rusia pada 29 September 2022.

Posisi yang ketiga memang cukup rentan. Sebab di satu pihak, Ukraina mengultimatum bahwa perjuangannya tidak akan berhenti hingga berhasil merebut kembali wilayah yang berhasil diduduki Rusia selama satu tahun pertempuran. Di sisi lain, Rusia telah menganeksasi keempat wilayah Timur Ukraina sebagai bagian dari Federasi Rusia.

Dengan tiga posisi terpojok Rusia itu, sekali lagi, jika diilustrasikan dan diukur dengan skala satu sampai sepuluh, kemungkinan Rusia-atau-Putin menggunakan senjata nuklir di Ukraina masih kurang dari satu atau 0,1 sampai 0,99.

Jika diasumsikan Putin akhirnya memutuskan menggunakan senjata nuklir di Ukraina, muncul dua pertanyaan kunci: pertama, kota Ukraina mana yang akan dijadikan sasaran bom nuklir; kedua, apakah Putin akan menyerang dengan bom nuklir tunggal di satu kota saja atau serangan bom nuklir kembar di dua kota (seperti halnya Hiroshima dan Nagasaki)? Dua pertanyaan kunci ini akan coba diulas pada artikel berikutnya.

Syarifuddin Abdullah | Selasa, 21 Februari 2023/ Sya'ban 1444H

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun