Mohon tunggu...
syarifuddin abdullah
syarifuddin abdullah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat Seni dan Perjalanan

Ya Allah, anugerahilah kami kesehatan dan niat ikhlas untuk membagi kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Seribu Satu Kisah Duka dari Gempa Turki-Suriah

11 Februari 2023   11:23 Diperbarui: 11 Februari 2023   11:33 392
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: AP PHOTO/MUSTAFA KARALI via kompas.com

Sejauh mata memandang, yang terlihat mencolok adalah puing-puing dan reruntuhan. Gedung-gedung yang terlihat masih berdiri utuh sekalipun tetap rawan untuk kembali difungsikan, bahkan untuk sekedar berlindung dari paparan suhu dingin.

Yang dibangun selama sekian dasawarsa tiba-tiba hancur berantakan dalam hitungan detik, dan tidak mungkin dibangun kembali dalam hitungan beberapa tahun ke depan.

Pencarian dan penyelamatan korban di bawah dan celah-celah reruntuhan terus berlangsung. Tim penyelamat yang di Turki berjumlah 141.000 personil berlomba dengan waktu, sambil berharap-harap cemas menemukan korban yang masih hidup.

Waktu berlalu, dan harapan menemukan korban yang masih hidup semakin menipis.

Wilayah terdampak

Di Turki, wilayah terdampak gempa berada dalam radius sekitar 500 km, yang membentang dari Adana di barat hingga Diyarbakir di timur, dan dari Malatya di utara hingga Hatay di selatan.

Sementara di Suriah, wilayah terdampak adalah Provinsi Aleppo bahkan Provinsi Hama, yang berjarak sekitar 250 km dari episentrum gempa di Kaharmanmaras, Turki.

Kepala Humanitarian Relief Foundation Turki, Bulent Yildirim, ketika berkunjung ke beberapa titik di Turki dan Suriah pada 10 Februari 2023, menggambarkan situasi dan keadaan lapangan: "Tiap gedung terlihat seperti baru saja dihantam peluru kendali".

Sumber: aljazeera.com (English)
Sumber: aljazeera.com (English)
Korban

Ketika artikel ini ditulis pada 11 Februari 2023 (pada hari kelima paska gempa), updating jumlah korban di Turki telah mendekati hampir 20.000 (dua puluh) ribu jiwa. Korban cedera melewati angka 80.000 (delapan puluh ribu) orang. Secara total, lebih dari 13 juta orang terdampak gempa.

Sekitar 6.500 bangunan rata dengan tanah di Turki. Dan itu berarti jutaan manusia kehilangan tempat tinggal.

Di Suriah, korban tewas mendekati angka 4 ribuan jiwa; korban cedera lebih dari 7.000 (tujuh ribu) jiwa. Total warga yang terdampak lebih dari 6 juta jiwa.

Total korban tewas di Turki dan Suriah diperkirakan atau bisa mencapai angka 30.000 (tiga puluh ribu) jiwa. Akan dicatat sebagai bencana alam dengan korban terbesar dalam sejarah Turki dan Suriah, selama satu abad terakhir.

Gempa kembar

Tiap gempa berkekuatan besar lazimnya akan diikuti rentetan gempa susulan berkekuatan kecil..

Gempa Turki-Turki pada 6 Februari 2002 agak unik, karena terjadi gempa kembar besar yang magnitudenya hampir sama: pertama, gempa magnitude 7,8 pada pukul 04.17 local time (08.17 WIB). Sekitar sembilan jam kemudian, disusul gempa kedua dengan magnitude 7,5 (7,6) pada pukul 13.24 local time (17.24 WIB).

Seribu Satu Kisah Duka

Banyak kisah unik, khususnya korban-korban yang masih bisa diselamatkan dalam keadaan hidup hingga hari kelima paska gempa.

Di kota Jandaris Suriah, seorang ayah, Naser al-Wakaa tersedu-sedu sambil duduk di atas reruntuhan dan menutupi wajahnya dengan pakaian bayi milik salah satu anaknya. "Bilal, oh Bilal", teriaknya menyebut nama salah satu anaknya.

Di kota Diyarbakir, timur Turki, Sebahat Varli, 32 tahun dan anaknya Serhat pada hari Jumat pagi 10 Februari 2023 (sekitar 100 jam paska gempa) diselamatkan dari tumpukan reruntuhan,

Di Kahramanmaras, pada Jumat sore10 Februari 2023, seorang ibu dan putrinya bisa diselamatkan dari tumpukan reruntuhan.

Hampir seluruh gedung di Kota tua Antakya sudah kolaps. Kawasan bazar kuno telah berubah menjadi puing-puing. Mesjid Ulu yang berusia berabad-abad sudah rata dengan tanah; gedung parlemen tua, yang merupakan ikon destinasi wisata di pusat alun-alun kota Antakya tak lagi utuh berdiri.

Akibat kerusakan jalan-jalan akses antar wilayah, banyak titik wilayah Hatay (selatan Turki) yang terlambat dijangkau tim penyelamat. Dan setiap detik keterlambatan penyelamatan akan berarti pertambahan korban tewas.

Warga yang berada di tempat-tempat pengungsian, yang umumnya berupa tenda-tenda di ruang-ruang terbuka di berbagai titik dalam wilayah terdampak gempa, berjibaku menghadapi paparan suhu dingin yang rata-rata antara minus hingga 3 derajat celcius.

Kondisi pengungsian, di berbagai titik ini bisa berlangsung paling kurang hingga tiga bulan ke depan. Mereka akan menjalani bulan Ramadhan dan lebaran 1444H di tempat pengungsian.

Di sepanjang perbatasan Suriah-Turki, kelompok sukarelawan yang populer dengan sebut Helm Putih (White Helmets) terus aktif melakukan upaya penyelamatan dengan tangan dan peralatan sekedarnya, menemukan banyak korban yang masih hidup, salah satunya seorang gadis, yang masih mengenakan baju piyama berwarna pink, dan masih hidup.

Media Nasional Turki TRT pada Jumat 10 Februari 2023 melaporkan, Tim Penyelamat berhasil menyelamatkan tiga bersaudara dari reruntuhan bangunan dua lantai di kota Hatay. Korban pertama diselamatkan 117 jam paska gempa, dan yang kedua pada pukul 119 jam paska gempa.

Seorang anak, Kamil Can, berusia 16 tahun berhasil diangkat dari reruntuhan dalam keadaan hidup di kota Kahramanmaras, 119 jam paska gempa. Pemandangannya mengharukan dan sekaligus menggembirakan karena Kamil Can tersenyum saat digendong oleh seorang tim penyelamat. Penyelamatan Kamil Can dilakukan setelah tim penyelamat mendengar suaranya dari bawah reruntuhan.

Suriah terabaikan

Selama empat hari paska gempa, liputan berita tentang suasana dan korban gempa di wilayah Suriah, sangat minim. Wilayah Suriah (Provinsi Aleppo dan Idlib), yang terdampak gempa memang masih belum stabil secara keamanan antar berbagai kelompk.

Setelah terpojok, pada Jumat 10 Februari 2023 (Kamis 9 Feb 2021 waktu Amerika), Departemen Keuangan Amerika mengumumkan tidak akan mengaktifkan (membekukan) sanksi terhadap Suriah selama 180 hari untuk semua transaksi yang terkait upaya penyelamatan korban dan pemulihan paska gempa.

Beberapa jam kemudian, pada hari yang sama (Jumat 10 Februari 2023), Presiden Suriah Bashar Assad bersama istrinya dilaporkan membesuk korban gempa yang dirawat di Rumah Sakit Universitas Aleppo.

Dewan Keamanan PBB, atas desakan Sekjen PBB, baru akan bersidang pekan depan untuk mendiskusikan apakah akan membolehkan PBB memberikan bantuan kewilayah yang dikuasai pemberontak di bagian timur laut Suriah, melalui lebih dari satu check point perlintasan perbatasan Suriah-Turki. Sampai hari kelima paska gempa, hanya satu check point perbatasan, yakni Bab al-Hawa yang dibuka memasukkan bantuan kemanusiaan untuk korban gempa di Suriah.

Pada Jumat 10 Februari 2022, Mirjana Spoljaric, presiden International Committee of the Red Cross mengimbau dan meminta akses lebih banyak ke semua kawasan di utara Suriah, dan menegaskan, "Impartial humanitarian assistance should never be hindered, nor politicized (bantuan kemanusiaan yang adil mestinya tidak dihalangi apalagi dipolitisasi)". 

"Mayat membusuk"

Setelah memasuki hari keenam paska gempa (pada 11 Februari 2023), mayat-mayat korban gempa yang belum dapat diangkat dari tumpukan reruntuhan bangunan dikhawatirkan akan memicu bau tidak sedap dan bakteri.

Syukurlah, kemungkinan horor mayat membusuk ini relatif akan berkurang atau bisa dinetralisir oleh suhu dingin (0-3 derajat celcius) di seluruh kawasan yang terdampak gempa.

Menurut para ahli, sekitar 74 persen korban gempa masih bisa diselamatkan dalam 24 jam paska gempa. Tapi persentase itu sudah turun drastis: hanya 6 persen korban gempa yang bisa diselamatkan dalam keadaan hidup lima hari (120 jam) paska gempa.

Pada Jumat 10 Februari 2022, Mirjana Spoljaric, Presiden International Committee of the Red Cross mengumumkan batas akhir penemuan korban yang masih hidup. Karena setelah 108 jam paska gempa, sudah sulit menemukan korban yang masih hidup. Tentu saja, kecuali untuk kasus-kasus pengecualian.

Takkan pernah ada ungkapan-kalimat duka yang benar-benar dapat mewakili kesedihan yang muncul akibat kematian.

Dan seribu satu kisah duka akibat gempa Turki-Suriah itu dapat diringkas dengan kalimat: di semua wilayah yang terdampak gempa, setiap keluarga telah kehilangan satu atau lebih satu dari anggota keluarga intinya.

Syarifuddin Abdullah | 11 Februari 2023/ 19 Rajab 1444H

Sumber: aljazeera.com (English); economist.com; nytimes.com; reuters.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun