Mohon tunggu...
syarifuddin abdullah
syarifuddin abdullah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat Seni dan Perjalanan

Ya Allah, anugerahilah kami kesehatan dan niat ikhlas untuk membagi kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Seribu Satu Kisah Duka dari Gempa Turki-Suriah

11 Februari 2023   11:23 Diperbarui: 11 Februari 2023   11:33 392
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: AP PHOTO/MUSTAFA KARALI via kompas.com

Dewan Keamanan PBB, atas desakan Sekjen PBB, baru akan bersidang pekan depan untuk mendiskusikan apakah akan membolehkan PBB memberikan bantuan kewilayah yang dikuasai pemberontak di bagian timur laut Suriah, melalui lebih dari satu check point perlintasan perbatasan Suriah-Turki. Sampai hari kelima paska gempa, hanya satu check point perbatasan, yakni Bab al-Hawa yang dibuka memasukkan bantuan kemanusiaan untuk korban gempa di Suriah.

Pada Jumat 10 Februari 2022, Mirjana Spoljaric, presiden International Committee of the Red Cross mengimbau dan meminta akses lebih banyak ke semua kawasan di utara Suriah, dan menegaskan, "Impartial humanitarian assistance should never be hindered, nor politicized (bantuan kemanusiaan yang adil mestinya tidak dihalangi apalagi dipolitisasi)". 

"Mayat membusuk"

Setelah memasuki hari keenam paska gempa (pada 11 Februari 2023), mayat-mayat korban gempa yang belum dapat diangkat dari tumpukan reruntuhan bangunan dikhawatirkan akan memicu bau tidak sedap dan bakteri.

Syukurlah, kemungkinan horor mayat membusuk ini relatif akan berkurang atau bisa dinetralisir oleh suhu dingin (0-3 derajat celcius) di seluruh kawasan yang terdampak gempa.

Menurut para ahli, sekitar 74 persen korban gempa masih bisa diselamatkan dalam 24 jam paska gempa. Tapi persentase itu sudah turun drastis: hanya 6 persen korban gempa yang bisa diselamatkan dalam keadaan hidup lima hari (120 jam) paska gempa.

Pada Jumat 10 Februari 2022, Mirjana Spoljaric, Presiden International Committee of the Red Cross mengumumkan batas akhir penemuan korban yang masih hidup. Karena setelah 108 jam paska gempa, sudah sulit menemukan korban yang masih hidup. Tentu saja, kecuali untuk kasus-kasus pengecualian.

Takkan pernah ada ungkapan-kalimat duka yang benar-benar dapat mewakili kesedihan yang muncul akibat kematian.

Dan seribu satu kisah duka akibat gempa Turki-Suriah itu dapat diringkas dengan kalimat: di semua wilayah yang terdampak gempa, setiap keluarga telah kehilangan satu atau lebih satu dari anggota keluarga intinya.

Syarifuddin Abdullah | 11 Februari 2023/ 19 Rajab 1444H

Sumber: aljazeera.com (English); economist.com; nytimes.com; reuters.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun