Meski didera dengan sanksi ekonomi yang berjilid-jilid, khususnya terhadap ekspor minyak mentahnya, Rusia relatif masih survive. Kenapa dan mengapa?
Produksi minyak mentah Rusia
Berdasarkan data yang terpublikasi dari tahun 2010 hingga 2021, Rusia rata-rata memproduksi minyak mentah sekitar 10 (sepuluh) juta barel per hari. Dan hanya sekitar 30 persen di antaranya yang dipakai untuk konsumsi dalam negeri Rusia. Sebagian diekspor setelah disuling. Artinya, Rusia memiliki surplus produksi sekitar sekitar 5 juta barel per hari, yang tentu saja perlu dieskspor (dicarikan pembeli) di luar negeri.
Tingkat produksi itu sempat menurun selama tiga bulan pertama Perang Ukraina (Maret-April-Mei 2022). Tapi setelah itu, kembali lagi ke posisi hampir normal seperti sebelum Perang.
Relatif stabilnya tingkat produksi minyak Rusia ini antara lain karena sebagian untuk memenuhi perjanjian kontrak pembelian jangka panjang. Sebab kontrak-kontrak penjualan-pembelian minyak lazimnya diikat dengan klausul komitmen berjangka panjang, lima sampai sepuluh tahun bahkan lebih.
Karena itu, tingkat produksi minyak mentah Rusia relatif tidak berubah, bahkan setelah Rusia menginvasi Ukraina pada 24 Februari 2022 hingga saat ini.
Dan secara praktis ataupun teoritis, ekspor minyak mentah Rusia memang tidak mungkin dihentikan secara total.
Jika ekspor minyak mentah Rusia langsung dihentikan, dengan jumlah surplus produksi yang besar (sekitar 5 juta barel per hari), sangat berpotensi memicu gonjang-ganjing harga minyak dunia.
Dari sinilah kemudian muncul ide memberlakukan sanksi terhadap ekspor minyak Rusia melalui kebijakan atau skema price cap.
Sanksi price cap